Chapter 1

12 0 0
                                    



Suasana halaman sekolah SMA Angkasa dipenuhi sorak gembira dari kelas 3 karena hari ini adalah hari pengumuman kelulusan mereka, hari puncak setelah 3 tahun mengenyam pendidikan dan selama beberapa bulan mereka perang dengan soal-soal dan hari ini terbayar sudah perjuangan mereka.

Termasuk Wulandari gadis peringkat satu itu ... Ia sungguh bahagia atas pencapaian yang dia usahakan selama ini ... tak sia-sia ia belajar giat sejak dulu karena ia sekarang bisa mendapat beasiswa ke universitas yang selama ini ia inginkan.

"Hari ini kita party dirumah gue!! Titik" suara Misya mengintrupsi

"Lo yakin Sya ... maksud gue, lo kan baru aja patah hati" ujar Stefy

"Maka dari itu gue pengen lupain walau hanya sekejap"

Sedangkan Wulan hanya terdiam tanpa mampu berbicara lebih karena dirinya pun baru saja putus cinta beberapa bulan lalu.

Mungkin lima bulan atau bahkan lebih dan rasanya pun masih sama terlanjur sakit.

Flashback

Wulan tengah berjalan menuju kelas hingga matanya tak sengaja melihat Fino sang kekasih bersama Nike temannya sedang berpelukan di koridor sekolahan.

"Sayang" panggil Fino pada Nike

Sret

Plak ... bugh

Wulan menarik baju Fino dan langsung ia hadiahi sebuah tamparan dan bogem mentah, setelah itu ia menerjang Nike dengan jambakan pada rambutnya dan beberapa kali ia memberikan tamparan.

"Gila!!"

"Lepasin ... akh sakit"

Nike terus saja meraung kesakitan akibat ulah Wulan, jangan lupakan dia adalah atlet taekwondho.

"Cewek murahan!!!"

"Wulan lepasin dia, bisa copot kepalanya!!" teriak Misya melihat kelakuan sang sahabat.

Wulan melepaskan tangannya dari rambut Nike dengan nafas terengah-engah.

"Bisa-bisanya lo nikung temen sendiri Nike!!"

"Gue salah apa ... dan lo bisa-bisanya lo khianatin gue sama temen gue ... cowok brengsek"

"Heh, emang ya penghianat sama penggoda itu emang cocok ... dan kalian gak sebanding dengan ratu"

Setelah mengatakan itu mereka digiring ke ruangan BP disana mereka disidang, dengan hukuman skors selama satu minggu.

°°°

Mereka tengah asik bercanda ria di taman belakang rumah Misya namun suasana seketika menjadi senyap saat tiba-tiba seorang pria bertubuh jakung itu menganggetkan semuanya...

Bahkan Wulan yang duduk dipinggir kolam renang pun tercebur kedalamnya. Seakan tersadar Misya segera berteriak kepada sepupunya itu untuk menyelamatkan Wulan karena ia tak bisa berenang..

Setelah beberapa menit Wulan tersadar untung saja ia tak perlu nafas buatan.

"Lo kenapa duduk dipinggir kolam kalau gak bisa berenang?" Tanya Ivan setengah menggerutu.

"Ya kan aku yakin mereka gak bakal nyeburin aku kekolam .... Kan cuma duduk ya sebelum kamu dateng, nganggetin sih" ujar Wulan sungkan

Ivan kembali mengedarkan penglihatannya kepada Stefy yang sedari tadi memperhatikannya. Senyuman di bibir keduanya pun terbit.. sedangkan Wulan ah entah rasa apa ini ... rasa kagum yang berlebihan...

Kejadian itu tak luput dari pandangan Misya bahkan ia pun berdecak kesal ...   rasa penasaran dan kagum akan berubah menjadi cinta seiring berjalannya waktu ... dan Misya yakin ini bakal menarik ... Cinta segitiga.

Malam pun semakin larut mereka berdua tengah berada dikamar Misya malam ini mereka berencana akan tidur bertiga disini.

"Lo yakin mau lanjut kuliah di luar negeri?" Tanya Misya

"Tentu ... hanya tinggal satu bulan gue disini"

Tiba-tiba Stefy bangkit dari posisi duduknya dan segera mencari tasnya, Wulan yang berdiri di samping jendela pun menatap heran Stefy.

"Apa Stef?" Tanya Cinta yang duduk di sofa kamar itu.

"Gue harus pergi sekarang .... Ada pekerjaan yang menunggu"

"Malam-malam begini?" Tanya Wulan pasalnya jam sudah menunjukkan pukul 10 malam

"Iya Mamaku segera menjemput, gue pergi dulu"

"Gue antar"ujar Misya

"Ikut"

"Enggak lo tetep disini ... kasihan badan lo kena angin malam" Tolak Stefy

Cklek

"Kalian berisik ... Inget Sya kamar lo gak kedap suara ya ... So kalian gak usah pada teriak gak jelas" ujar Ivan yang menobros masuk

"Baguslah lo kesini, tetep disini temani Wulan gue mau nganter Stefy"

Stefy dan Misya  meninggalkan mereka berdua berada di dalam kamar.

"Makasih pertolongan lo tadi sungguh menyelamatkan nyawa gue" ujar Wulan setelah beberapa saat keheningan menerpa mereka.

"Oh ya ... kita belum kenalan nih... Tadi lo masuk duluan ... nama gue Ivander .. serah mau manggil gue apa"

"Ip? Gak masalahkan .. kalau Van itu temen gue juga Van.. oh ya nama gue Wulandari" ujar Wulan menyamai panggilan lelaki itu

"Kita sama ya.. cuma satu suku kata.. singkat, padat, jelas" ujar Ivan

Hanya senyuman sebagai jawaban Wulan namun senyuman itu tak bertahan lama setelah Ivan berkata.

"Bantuin gue buat dapetin Stefy dong ... gak enak kalau minta bantuan sama Misya yang baru patah hati"

"Lo jangan gitu napa Van ... Wulan juga habis patah hati ya ... lo pikir cuma gue" ujar Misya menganggetkan Ivan

"Btw ngapain bawa-bawa nama gue? Ghibahin apaan Lan" lanjut Misya karena ia hanya mendengarkan kalimat terakhir.

"Mau pdkt sama si Stef dianya" ujar Wulan dengan tampang tak berdosa

"Ya tuhan ... ember banget sih"

Tawa mereka mengglegar seisi rumah, obrolan mereka berlanjut hingga tengah malam dan disana tinggallah Wulan karena Misya sudah terlelap tidur sedangkan Ivan ia sedang mengambil minum di dapur.

"Eh tadi kata Misya lo habis patah hati?" tanya Ivan yang baru saja datang

"Ya, pacar gue selingkuh sama temen gue"

Mereka saat ini berada di balkon kamar Cinta, sambil meminum secangkir teh panas, yang dibuat Ivan kenapa ia membuat teh, karena Ivan berkata jika kopi mengandung cafein dan dipastikan dirinya sulit tidur setelahnya.

Keesokan harinya mereka terbangun karena sinar matahari dan jangan lupakan mereka berdua ternyata terlelap tidur di sofa yang disediakan di balkon tersebut.

"Van lo gimana dia itu kemarin dia kejebur kolam, dingin bisa-bisanya lo biarin dia tidur di luar ... kalau sakit gimana?" tanya Misya dengan nada tinggi.

"Udah deh Cin, orang guenya juga gak papa," lerai Wulan

Mereka melanjutkan sarapan dengan tenang, jangan lupakan mama Cinta yang saat ini tengah geleng-geleng kepala karena ulah sang anak dan keponakannya yang dari dulu tidak pernah akur.

"Hari ini kita jalan yuk ...gue yang bayarin deh," ajak Ivan

"Seriusan!!" tanya keduanya dengan girang

"Eh tunggu katanya cuma jalan, apanya yang dibayarin sih?" tanya Misya

"Eh maksud gue jalan sambil jajan." jawab Ivan dengan menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

Setelah bersiap-siap mereka pun pergi ketempat yang sudah dijanjikan oleh Ivan pada Misya dan Wulan, hal ini dia lakukan untuk mengisi liburannya ke indonesia kali ini dan rencananya untuk mendapatkan istri orang indonesia, supaya ia bisa tinggal di negara ini bukan hanya sekedar berlibur.

Don't Leave MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang