Minggu Panas

6 2 1
                                    

Semua tak lagi sama, banyak yang berubah dan hilang.


***

Hari minggu, biasanya banyak orang jogging atau sekedar jalan-jalan hingga sarapan di luar pada pagi hari. Tidak berlaku dengan minggu ku kali ini. Bangun tidur saja males, lebih kuat nafsu tidurnya.

Aku bukan tipe  orang yang rajin olahraga, kalau pengen aja baru mau. Hari minggu tujuanku keluar bukan olahraga, melainkan makanan.  Memang pantas badanku ini sedikit berisi, walaupun engga gede-gede amat ya. Bersyukur tertolong badan yang tinggi, dan wajah yang masih indah dilihat.

Matahari sudah ditempat yang tinggi, terik sekali siang ini cocok nih kalo minum yang dingin-dingin. Aku memutuskan untuk keluar rumah. Mengeluarkan motor pemberian mas Reno kakak sepupuku tersayang. Jangan heran anak SMP sudah mengendarai motor, sekarang aja udah banyak bocah SD mengendarai motor gonceng tiga lagi. Tenang kok aku kalau naik motor cuma dirumah.

Matahari yang terik ditambah angin, ini sungguh menyiksa. Aku memberhentikan motor disebuah cafe tidak jauh dari komplek rumahku. Cafe ini pas untuk anak-anak remaja belum penghasilan yang hanya mengandalkan uang jajan. Aku memesan satu es kopyor dan roti ice cream rasa vanilla.

Aku berjalan menuju bangku didekat jendela, yang bisa melihat jalanan.

Tak lama kemudian pesanan ku datang. Segar. Itu yang ku rasakan saat meminum es kopyor ini. Menikmati pesanan yang ku pesan, sambil berkelana dengan pikiran ini.

Sebuah motor baru saja memakirkannya di depan cafe. Cukup familiar.  Aku belum bisa melihatnya, karena tertutup oleh masker. Saat maskernya dibuka. Jrengggg. Sahabatku Zihan dan mantan pacarku.

" Siang yang terik, ditambah dengan yang panas, ke bakar sudah, " batinku.

Saat memasuki cafe, mereka memilih tempat yang cukup jauh dariku. Baguslah.

Aku tahu mereka pacaran, bahkan saat aku dan Dani masih pacaran. Inilah yang disebut ditikung sahabat sendiri. Rasanya itu sakit cuyy, walaupun aku menerima Dani karna kasian, tetapi tetap saja. Apalagi melihat Dani yang masih enggan putus denganku, yang masih mendekat-dekat meminta makanan kepada majikannya (kasar bett dah).

Tujuan dia apa coba, mau jadi fake boy. Muka ganteng, tapi kalo masih minta duit bapake jadi fake boy. Jijiquee.

Aku penasaran dengan mereka. Alasan Dani masih mendekatiku, dan Zihan yang mau jadi pacarnya padahal tau masih berpacaran sama sahabatnya.

Masa SMP ku begini sekali, udah kaya para readers belum nih?

Pesanan ku sudah habis. Aku keluar dari cafe tak memperdulikan mereka melihatku apa tidak.

Sesampainya dirumah, ku parkirkan motor di garasi rumah. Berjalan ke arah pintu, memasukinya dengan asal nyelonong.

"Dari mana ta?" tanya Bunda yang sedang menonton tv di ruang keluarga.

"Dari cafe bun," jawabku.

"Sini nonton tv sama Bunda," ajak Bunda.

"Aku langsung ke kamar aja ya bun, mau rebahan nih," ucapku.

"Kamu ya ngekandang terus dikamar, " ucap Bunda.

"Dari pada nanti suasana rumah jadi berapi bun kalau aku lama diluar kamar, aku ke kamar ya bun," ujarku yang hanya di jawab dengan anggukan Bunda.

Walaupun Bunda tinggal disini baru 15 tahun, tetapi bunda baik terhadapku. Selama beberapa tahun aku tidak dapat mendapatkan kasih sayang dari Ibu. Bunda datang dan memberikan rasa itu padaku.

Tetapi rasa yang ku dapatkan dari Ayah sudah tidak lagi terasa sama. Banyak yang hilang dan terjadi.

***
Loha semuanya? Apa kabar? Curut ini berharap kalian baik-baik saja ditengah situasi ini.

Lebih dari satu tahun cerita ini kgk jalan-jalan. Dan akhirnya hari ini lanjut kembali. Yeyyyy. Duarrr duarrrr.

Bentar lagi buka puasa nih teman-teman, selamat berbuka bagi yang menjalankan.

Terima kasih sudah membaca, jangan lupa vote dan komennya ya.

XOXO
EMONCURUT.


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 22, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

INILAH TANIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang