Prolog

11 4 0
                                    

Aku Lee Jisoo
Umurku 17 tahun
Aku lahir di keluarga yang biasa saja
Dan aku anak tunggal

________________________________________

Sinar mentari masuk menerobos jendela kamarku. Perlahan aku mulai mengerjab kan mataku. Jujur saja aku sangat mengantuk. Aku baru tidur 3 jam yang lalu. Tentu saja, karena tugas yang menumpuk.

Aku segera bersiap mandi dan memakai seragamku sebelum teriakkan seseorang merusak gendang telingaku. Aku segera turun dan sarapan bersama keluargaku. Siapa lagi kalau bukan Ibuku.

"Pagi Ibu, Ayah." Sapa ku.
"Pagi." Jawab keduanya tak lupa dengan senyum yang selalu menghiasi wajah mereka.

Aku memulai sarapanku dalam diam begitupun kedua orang tuaku. Beginilah keluargaku. Tidak ada yang berbicara saat makan. Itulah aturan mutlaknya. Sebenarnya, aku bahagia di keluarga ini. Aku punya ayah yang baik dan tegas juga ibu yang lembut, penyayang dan kadang cerewet. Hanya saja keduanya begitu sibuk dengan pekerjaan masing-masing.

Ayahku seorang pebisnis yang bergerak di bidang produk makanan. Perusahannya tidak besar namun penghasilannya cukup untuk memenuhi kebutuhan kami. Ibuku seorang penjual bunga yang memiliki satu toko kecil. Jaraknya sekitar 15 menit dari rumah jika menggunakan sepeda karena rumah kami memang sedikit jauh dari keramaian.

Aku menghabiskan sarapanku dan segera berangkat ke sekolah. Aku tak mau terlambat lagi seperti kemarin dan mendapat hukuman membersihkan toilet yang super bau. Tidak lagi!

Aku berangkat sendiri. Sebenarnya ayah ku selalu ingin mengantarku, tapi aku ingin mandiri. Aku berangkat menaiki bus kota dan harus berjalan sekitar 10 menit untuk sampai ke halte. Aku suka jalan pagi dengan suasana yang tenang seperti ini.

Aku memasuki bus dan ketika bus akan berangkat tiba-tiba ada seorang lelaki masuk. Dilihat dari wajahnya sepertinya dia berumur sekitar 20 tahun. Dan tunggu? Dia mabuk? Pagi-pagi seperti ini? Yang benar saja!

Ku lihat bangku kosong di sebelahku. Tidak! Tidak! Aku tidak mau sebangku dengan pria mabuk itu. Aku tak ingin membuat masalah pagi ini dan berakhir dengan hukuman. Aku memilih beranjak dari bangkuku dan memilih berdiri. Pria itu langsung mendudukkan dirinya dan tertidur.

Aku sampai di depan sekolah dan langsung memasuki kelas. Sungguh, mataku sangat berat pagi ini. Tapi aku tak mau tertidur di kelas. Aku mengalihkan kantukku dengan mengobrol bersama teman-teman ku.

Tak ada yang spesial hari ini, semuanya terlalu membosankan bagiku. Banyak orang yang berkata padaku 'Makanya cari pacar, biar hidup gak datar banget kayak muka lu'. Sungguh, aku tak menyukai hal-hal seperti itu. Aku hanya ingin menikmati kehidupan bebas ku. Aku juga bukan orang yang menyukai keluar malam. Biasanya setelah sekolah usai, aku langsung pulang ke rumah dan mengurung diri di dalam kamar.

Namun, saat aku memasuki rumah. Tumben sekali mereka sudah pulang. Aku melihat ayahku sedang beradu mulut dengan ibuku. Bukan, mereka tidak bertengkar. Yang aku dengar hanya..

"Jisoo itu sudah waktunya mencari pasangan. Aku sudah menemukan laki-laki yang tepat untuknya." Itu Ayahku.

"Tapi dia bahkan masih kelas 2 SMA. Apa maksudmu ingin menjodohkannya?"

"Jimin adalah laki-laki yang baik dan dari keluarga yang baik juga. Ibunya menawari ku untuk menjodohkan keduanya setelah lulus. Jadi kamu tak perlu khawatir. Dia bisa meneruskan pendidikannya."

'WTF... apa ini!!' batinku.

"Tapi, apa tidak lebih baik mencarikan Jisoo laki-laki yang lebih tua darinya? Jimin lebih muda dari Jisoo bukan? Lalu bagaimana dia akan menafkahi anak kita nanti?"

Aku masih setia mendengarkan perdebatan itu dari ruang tamu. Dan aku tak bisa apa-apa. Lagipula hidupku memang seperti ini, hanya mengikuti alur dan sangat monoton. Jadi, aku pasrah saja.

"Jimin akan kuliah sambil sedikit membantu pekerjaan ayahnya setelah lulus. Kita hanya perlu meyakinkan Jisoo."

"Baiklah, aku hanya ingin yang terbaik untuk Jisoo saja." Balas Ibuku dengan tersenyum.

Aku menunggu beberapa saat baru masuk. Tak ingin mereka curiga padaku.

"Loh Ayah? Ibu? Kalian sudah pulang?" Kataku.
"Oh, Jisoo kebetulan sekali, cepat ganti bajumu dan makan."
"Baiklah." Jawabku. Pasti setelah ini mereka akan membahasnya. Aku hanya bisa pasrah.

Setelah selesai makan siang ayah ku mulai angkat bicara. Aku sedikit gugup, bagaimana aku menanggapinya nanti?

"Jisoo."
"Ya, yah." Oh, aku sangat gugup saat ini.
"Besok malam ikut ayah makan malam bersama teman ayah ya, sekalian ayah ingin mengenalkan mu dengan putranya."
"Baiklah." Jawabku pasrah.

Ibuku sepertinya menghela napas lega mendengar jawabanku dan ayahku juga tersenyum. Aku segera masuk ke kamar dan mengunci pintunya. Sungguh, saat ini jantungku berdetak sangat cepat.

Aku harus bagaimana nanti? Apa dia akan menerimaku? Bagaimana jika dia kasar? Banyak sekali pertanyaan-pertanyaan yang ada di otakku. Aku gugup, sungguh. Aku jarang sekali berbicara dengan laki-laki. Aku hanya mempunyai teman perempuan saja.

Juga, siapa itu Jimin? Aku tak peduli dia tampan atau tidak. Aku hanya ingin merasa nyaman dengan hidupku. Lagipula ayah ku tak mungkin memilih sembarangan orang bukan?

Aku terlelap bersama tumpukan pertanyaan di otakku. Sepertinya aku akan tidur sampai siang mengingat besok adalah hari Sabtu. Akhirnya aku bisa istirahat.

JodohTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang