Siapa kamu??

13 2 0
                                    

Semenjak aku mengetahui kelebihan itu, hidupku seakan - akan tidak tenang lagi. Di teror secara terus - terusan oleh sosok makhluk ghaib yang meminta bantuan padaku hampir menjadi kebiasaan setiap harinya.

"Nak, jadi kamu diberi kelebihan oleh Allah untuk dapat melihat makhluk tak kasat mata. Jadi kamu pergunakan sebaik mungkin kelebihan ini". Pesan Ayah padaku.
"Sari, nggak kuat yah, kalau terus - terusan harus melihat makhluk itu". Jelasku.
"Cu, nggak apa - apa. Ini semua adalah karunia untukmu". Tambah nenek.

Aku seakan belum siap untuk menerima semua ini. Tapi mungkin ini hadir atas kehendak Allah. Jadi aku harus bisa menerimanya. Namun.... mengenai teror itu, ?.

Tak lama setelah itu, aku pergi ke kamar dan merenung apakah aku sanggup menghadapi semua ini. Terasa pusing kepalaku dan akhirnya tertidur. Dalam tidur itu aku kembali bermimipi ada banyak orang yang minta bantuan padaku. Mereka menarik dan terus menarikku karena butuh bantuanku.

Setelah itu, aku terbangun dari mimpi itu. Aku hanya merenungkan dan terdiam memikirkan apa maksud mimpi itu. Malam harinya, merupakan malam teror pertama yang aku hadapi. Pasalnya aku di datangi oleh sosok perempuan yang minta tolong padaku.

"To.to.tolloooong, tolong aku". Kata hantu itu sambil menangis.

Aku belum tau saat itu bahwa itu adalah makhluk astral. Kulihat orang itu menangis dibalik pintu jendela kamarku. Aku dekati perlahan, kujalankan kakiku secara pelan dan ku buku jendela itu dan benar saja, tidak ada satu pun orang yang berada di situ. Aku tutup kembali jendela itu dan.....

"Sisisiapa kkkkamu?". Kataku pada makhluk itu sambil leherku di cekik oleh nya.
"Hihihihi, Sari bantu aku". Kata makhluk itu sambil mencekik dengan kuat leherku.
"Siapa kamu?". Tanyaku lagi.
"Aku Dewi, orang yang ada disebelah kamu ketika kamu masuk rumah sakit". Jelasnya.
"Dewi?? Kenapa kamu terus menerorku? Salahku apa?". Tanyaku.
"Kamu nggak salah, yang salah sarung bantal itu". Kata Dewi menunjuk sarung bantal yang aku pakai.
"Apa??". Kataku penasaran.
"Ya, sarung bantal itu yang membawaku kesini. Berarti kamu adalah orang yang bisa membantuku mengungkap kasus kematian ini".
"Tidak, aku nggak sanggup Dewi. Jangan aku". Kataku mengelak.
"Kamu harus bantu aku". Balas Dewi.
"Tidaaaaaakkkkkk". Kataku berteriak dengan sekeras mungkin. Hingga membangunkan Ayah dan Ibu yang sedang tertidur.
"Nak, kamu kenapa sayang?". Tanya ibu sambil mengetuk pintu kamar.
"Pergi. Pergi kamu!!" Teriaku.
"Yah, sari kenapa. Cepat buka pintu kamarnya". Pinta ibu sambil gelisah.
"Ayah dobrak saja pintu kamarnya". Kata ayah .

"Braaaakkk". Suara ayah mendobrak pintu kamarku.

Aku langsung berlari memeluk ibu dan tak lama setelah itu, aku ceritakan semua itu. Termasuk masalah sarung bantal itu.

"Oo jadi begitu ceritanya. Nak". Jelas ibu.
" sebentar ibu ingat - ingat dulu mengenai sarung bantal itu.". Ibu mengingat perihal sarung bantal yang dimaksud oleh Dewi.

"Ibu ingat, jadi sewaktu Dewi meninggal. Kamu di pindahkan ke tempat tidurnya Dewi nak, sedangkan Dewi langsung di bawa pulang oleh pihak keluarganya. Kamu di pindahkan ke tempat Dewi karena tabung oksigen yang kamu gunakan habis dan saat itu kamu sesak
. Nah ibu juga nggak tau gimana sarung bantal ini bisa ada di kamarmu.". Jelas ibu.
"Jadi, aku harus bagaimana bu?".
 
Tak lama setelah itu, arwah Dewi langsung masuk kedalam tubuh Sari. Dia berkata pada mereka bahwa dia sangat memohon pada keluarga Sari agar bisa membantu membuka misteri kematiannya. Tak lama setelah itu, barulah Dewi keluar dari tubuh Sari.

"Nak, kamu harus bisa membantu Dewi.". Pinta Ayah.

Aku hanya terdiam diri dan tak menjawab pinta ayah. Keesokan harinya, aku bersiap - siap untuk pergi ke kampus. Ketika aku sedang siap - siap. Terdengar suara orang yang sedang berada di kamar mandi. Langsung ku buka pintu kamar mandi dan.

"Jrengngngnggg". Rupanya tidak ada orang dan mungkin hanya suara kucing atau tikus.
Tapi seketika aku melihat ke arah cermin di kamar mandi, ada tulisan " Tolong Aku". 

Setelah itu, aku pergi ke kampus. Dan ketika di perjalanan. Terlihat di kaca mobil yang aku bawa ada orang yang duduk di belakangku. Ku tolehkan kepalaku ke arah belakang. Ternyata tidak ada seorang pun. Dan..

"Hallo Sari, apa kabar?". Rupanya itu arwahnya Dewi yang ada di sampingku.
"Kenapa kamu terus ngikutin aku sih??". Cetus Sari.
"Aku minta tolong sama kamu, bantu aku. Dan aku janji bakal terus ngikutin kamu dari belakang. Sehingga tidak ada orang yang berani nyakitin kamu". Pinta Dewi.
"Terserah kamu deh, tapi aku mohon, jangan ganggu aku. Dan aku bakal bantu kamu". 

Tak lama setelah itu, aku sampai di ruang kelas dan benar memang, Dewi selalu mengikutiku dari belakang.

"Aduh mbak, kamu jangan ngikuti terus dong". Kataku bergumam pada arwah Dewi.
"Biar. Aku bakal ikutin kamu terus". Jawab Dewi.
"Nggaak usah,.". 

Nampak ternyata reaksiku itu dilihat oleh teman Eliza temanku.

"Hus, sari kamu sakit ya?? Ngomong sendirian terus!." Jelas Eliza.
"Eh za, nggak kok. ". Kataku.

Tak lama setelah itu, perkuliahan dimulai.

"Baik, hari ini kita kedatangan mahasiswa baru di kelas ini, namanya Edo". Kata dosen mata kuliah pagi ini.
"Ya ampun, tampan banget". Kata Eliza yang mulai nampak kumat penyakit bucinnya.
"Dasar bucin kamu za"  samberku.

Nampak Dewi melotot ketika melihat Edo.

"Wouy, kamu bucin juga?". Kataku berbisik pada arwah Dewi.
"Eeeeedo. Didididiaa itu". 
"Dia itu siapa emang?". Tanyaku pada Dewi.
"Dia itu pembunuhku". Jelas Dewi.
"Apa???". Kataku sambil berteriak keras sehingga seisi kelas memperhatikanku.
"Ada apa kamu Sari?". Tanya pak dosen.
"Eh nggak pak. Hehe". Jawabku.

Setelah itu mata kuliah selesai. Nampak Edo dari tadi memperhatikanku dari belakang.

"Hai cantik, namamu siapa?". Tanya Edo.
"Namaku Sari, kenapa emang?".
Tanyaku.
"Masih jomblo nggak??". Tanya Edo.

Dewi menginjak kakiku secara sengaja hingga aku teriak.

"Aduh, sakit tau". Jelasku pada Dewi.
"Kamu sakit?"  Tanya Edo.
"Eh, nggak". Jawabku.
"Ya udah aku duluan, i love you". 
"Ih. Dasar cowok nggak bener tuh, belum kenal udah bilang - bilang i love you. Dasar aneh".

Dewi tak hanya diam. Sekarang dewi nampak menasehatiku.

"Sari, kamu harus hati - hati dengan Edo. Dia itu pembunuh. Laki - laki nggak bener. Dan Edo lah yang aku cari untuk menyelesaikan dendamku". Jelas Dewi.
"Jadi, Edo itu orang jahat,?." Ringkas ku.
"Ada 3 orang yang terlibat dalam kematianku, yang membunuhku adalah Edo sedangkan dua orang lagi adalah bapak - bapak nelayan yang memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan. Kamu harus bantu aku menemukan mereka". Tambah Dewi.
"Iya, iya. Walau bagaimanapun kamu sudah ku anggap seperti teman aku sendiri. Jadi aku akan bantu kamu". Hiburku.

Ternyata kelebihan ini seakan membawa cerita dalam hidupku. Aku bisa tau siapa dan apa tujuan orang yang menerorku secara terus - terusan melalui sarung bantal itu. Dan rupanya dia adalah Dewi. Sosok perempuan yang dibunuh secara tidak wajar dengan kasus pembunuhan yang belum terungkap. Dan ini adalah tugasku untuk membantu mengungkap misteri kematian itu melalui indera keenamku.

                     ☆☆☆☆

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 22, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Teror Sarung BantalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang