02: MAYA

25 3 0
                                    

"WHAT? Mama masih ngotot soal perjodohan itu? No way! Mama pikir ini zaman Siti Nurbaya, apa?" Serunya dengan nada melengking dan memekkakan telinga.
Di seberang telpon hanya terdengar hembusan nafas. "Mama nggk mau tau, kamu harus ketemu sama dia!"
Maya mematikan sambungan telpon secara sepihak. Dan membanting ponselnya hingga pecah.
"Ckckck..." Seorang gadis yang sedang sibuk mengepang rambutnya berdecak sambil berlalu. Tampaknya ia sudah terbiasa dengan perilaku kasar barusan.
Maya melempar tubuhnya di atas kasur keras yang entah sudah berapa tahun berada disana. "Aduh..., Kasur Lo keras banget sih, Nis!"
"Menurut Lo?" Sahut sahabat nya
Maya mendengus, sambil menatap langit langit rumah sahabatnya.
"Oh my God... Kuteks gue lepas! Udah jadwalnya gue mani pedi. Dan!" Ia menjerit, namun Anisa masih saja cuek.
"Lo kok kaya gak peduli sama gue sih?" Akhirnya Maya kesal juga akibat diabaikan oleh sahabat nya. "Nis! Nisa! Anisa! Are you deaf!?"
Anisa menghela nafas dan menatap Maya tajam.
"May..., Mending Lo pulang, deh" kata Anisa.
Maya melotot. "Lo ngusir gue?"
Anisa membisu.
"Hellooo...? Gue temen Lo! Dan disaat gue ada masalah, Lo malah ngusir gw, gitu? How nice!" Sindir Maya
Anisa lagi lagi hanya diam. Kali ini diikuti gerakan isyarat dari bahunya yang mengedukasi acuh. Teman? Sudah seminggu ia menampung sahabat nya sekaligus tamu dirumahnya. Ia pikir tidak salah kalau menampung sahabatnya ya sedang ada masalah keluarga.
Namun, rupanya maya membawa banyak masalah. Orang tua anisa tidak menyukai sifat angkuhnya. Maya menjadi sangat menyebalkan dan anisa sudah tidak tahan lagi.
"Besok gue anterin Lo ke stasiun," kata Anisa sambil berlalu pergi ke luar kamar.
Maya menjerit prustasi. "What?! Are you nuts?!".

***************

Dan sampailah Maya di stasiun pasar Senen Jakarta. Berjam jam perjalanan, ia berharap bisa segera tidur di kasur yang nyaman. Maya sengaja meminjam baju kampung milik Anisa yang berupa kaos melar serta rok yang kedodoran di bagian pinggang. Agar tidak melorot, ia menyematkan peniti di bagian pinggang rok. Ia bertanya tanya, berapa perubahan ukuran pinggang nya ya? Seingatnya, dulu ukuran tubuhnya dan Anisa nyaris sama. Jika kini tubuhnya berukuran 4, mungkin dulu ia berukuran 7. Ia yang dulu pasti sangat mengerikan.
Sejenak ia menyesali dirinya yang rupawan. Ia lebih memilih terlihat Kumal saat ini di depan calon tunangannya agar kabur seketika. Tentu saja, laki laki itu dikirim mamanya untuk menjemputnya, begitu sang mama menerima SMS dari H.eunbi bahwa akhirnya ia pulang ke Jakarta. Tapi...
Ia melirik jam yang ada di salah satu toko. Sudah setengah jam berlalu, dan pria itu belum juga datang menjemputnya. Mungkin yang terjadi adalah laki laki itu sudah terlanjur melihat penampilan noraknya dan memutuskan untuk kabur.
Yes! Ia bersorak dalam hati. "I... Did it!"
Ia mengangkat tas jinjing nya dan berjalan dengan riang menuju pangkalan taksi. Namun tiba tiba seseorang menghalangi jalannya keluar.
Laki laki itu cukup tinggi, laki laki itu menghembuskan asap rokok nya perlahan sambil melihatnya dari sudut mata.
"Maia?" Ujar laki laki itu.
"Maia dari tulanggung?" Laki laki itu bertanya lagi. Terbesit penyesalan dalam hati Maya karna berpenampilan norak. "Gue Jojo. Gue yang jemput Lo," ujar lelaki itu.
Maya masih terkejut melihat penampilan laki laki di depannya dengan mata sipit dan rambut acak acakan. Gayanya cuek dan asal asalan.
"He?! Budek, ya? Maia, bukan? Bengong aja!" Bentak lelaki itu
Maya mengangguk kikuk.
"Gue lagi banyak job ini!" Omel lelaki itu sambil mencengkeram tangan maya dengan erat.
Cengkeraman itu cukup kasar. Untuk pertama kalinya ia di perlakukan kasar oleh laki laki. Namun, bagaimanpun... Dalam hati... Maya merasa aneh. Ia mungkin sudah kehilangan akal sehatnya.

Jangan lupa vote nya

Maya Maia (Di Novelkan) Karya; Devania AnnesyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang