05: "RUMAH" BARU

10 1 0
                                    

KELUARGA Mahardika terkenal sebagai keluarga pas Pasan kalau tidak bisa dikatakan miskin. Sampai akhirnya, bisnis produksi jamur tiram turun temurun milik keluarga mereka yang berkembang pesat dan merambah pasar internasional. Kabarnya jamur tiram milik keluarga Mahardika tak hanya memiliki distributor yang sangat bagus, tetapi juga berkualitas sempurna: tebal dan kenyal.
   Produksi jamur mereka kemudian diikuti pemanfaatan olahan pangan berbahan jamur berupa keripik jamur dan sebagainya. Sang kepala rumah tangga sibuk mengurusi pemasaran jamur, sementara nyonya Delia Mahardika, sibuk mengurusi pengolahan pangana jamur. Mereka memiliki nama yang sangat baik. Mungkin satu satunya kekurangan keluarga mereka adalah seorang anak perempuan cantik yang sibuk menghabiskan pendapatan keluarga guna berjalan jalan keliling Eropa. Maya Mahardika adalah nama gadis tersebut.
   Kabar baiknya, gadis manja tersebut berhasil diseret kembali ke tanah air setelah membeku semua akses keuangan miliknya. Kini, ia harus tinggal berdekatan dengan calon suaminya dan bekerja sama mengelola perusahaan Komputer nya. Bagi Maya, tempat ini tidak lebih dari tempat rongsokan barang barang elektronik.
   "Ma! Kok, bisa sih, mama ngejodohin aku sama kain pel?"
   "Kain pel? Kamu lagi ngepel disana? Anak mama rajin amat, sih..." Nyonya Delia Mahardika terkenal cerdas mengelola bisnis panganan jamurnya. Tetapi pada saat yang sama, ia terkenal suka GK nyambung ketika diajak bicara.
   "Mamaaa...! Maksud May, yang namanya Jojo itu mukanya kaya kain pel!!! Kata Maya ngegas (emang anak laknat)
   "Ah, ngawur kamu! Bocah setampan itu?" Kata mamanya.
   "Ganteng dari Hongkong?" Serga Maya
   "Hah?! Jadi kamu ngabisin duit mama di Hongkong???" Tanya mamanya kaget.
   "Lho? Kok, mama tahu?" Kata Maya keceplosan. "Eeh! Bukan gituuu... Maksudku, yang namanya Jojo itu nggk ada ganteng gantengnya sama sekali!!!" Teriak Maya.
   "Kok, kamu ke Hongkong nggk ngajak mama, sih? Mama kan, pengin shopping juga ke sana. Kamu itu ya, jadi anak jangan suka bohong! Jangan suka boros! Jangan suka ngelantur! Kamu itu harusnya blablabla..." Mamanya kembali absurd dan Maya menyerah.
   Selama setengah jam kedepan, Maya terpaksa mendengar mamanya berceramah betapa durhakanya ia sebagai anak satu satunya keluarga Mahardika. Yang suka berbelanja lah, yang kuliah nggk jelas lah, yang pacaran sama bule anehlah, beginilah..., begitulah..., Blablabla...
   "Sekarang, kamu udah lulus kuliah blom?"
   "Err belum sih... But I promise I Will...," Kata Maya terbata bata.
   "Halah! Promis promis! Ngomong thok kamu ini! Mama udah nggk percaya lagi sama kamu! Mulai sekarang, kamu mesti nurut sama mama. Jojo itu anak baik. Kamu harus nikah sama dia!" Kata nyonya Delia Mahardika tegas.
   "Ma... Ma... Huhuhu...," Kata Maya tersedia sedu.
   "Udah deh... Shut up! You nggak usah crocodile tears!" Sergah mamanya.
   Eh? Crocodile tears? Air mata buaya? Sejak kapan mamanya jadi kaya alay gini? Apakah diam diam mamanya suka keluar pas ujan ujan main becyek bareng tukang ojek?
   "Pokoknya kalau kamu nggk nikah sama dia, semua credit card kamu tetep BEKU! Titik! Kamu tahu apa artinya itu...? No clubbing! No shopping! No walking walking!" Kata mamanya.
   "Oh, nooo...!!! Mama... NO MAN NO CRY, NO MONEY I DIE!!!" Jerit Maya.
   " Oh really? Like I care!"
   Dan tiittt..  bunyi nyaring telpon terputus.
   Maya melihat sekeliling kamarnya yg di penuhi sarang laba laba. Setidaknya membiarkan ia tinggal di apartemen Jakarta. Namun, mamanya sudah keburu mematikan sambungan telepon nya. Kalau di pikir pikir..., Kalau ia sungguh menikah dengan Jojo... Bukankah itu artinya ia justru akan tinggal dirumah kumuh ini selamnya.
   "I Will definitely die!" Jerit frustasi.
   Lima menit berikutnya, Maya habis kan untuk menangis Bombay di kasur dan baru berhenti ketika ada suara dari perutnya.
   Cekrek! Pintu kamar itu terbuka. Dan muka kain pel jojo nongol tanpa dosa.
   "Makan!"
   Kemarahan Maya sudah sampai di ubun ubun. "Nggk bisa apa Lo ketuk pintu dulu?!"
   "Rumah... Rumah gue, pintu... Pintu gue," kata Jojo cuek.
   "Gentle dikit jadi cowok kenapa?" Gerutunya sambil bangkit dari kasur. Running mengenakan kaus katun putih polos dan celana jins. Rambutnya sudah basah sehabis keramas dan ia terlihat segar. Sebelum menelepon mamanya ia mandi dulu. Penampilannya sungguh kontras dengan cowok kain pel kumuh, yang masih memakai kaus dan celana jins yang sama sejak tadi sore. Belum mandi dan kucel. Melihat penampilan jojo, Maya jadi pengen menyiram cowok itu dengan pembersih lantai, dicelupin ke ember, terus menggunakannya untuk mengepel lantai kamar mandi.
     Membayangkan evil plot barusan, Maya jadi ketawa ketawa sendiri. Rasanya cocok banget kalau cowok itu dijadikan kain pel. Tawa isengnya terhenti ketika kakinya tersandung LCD komputer yang ditempatkan sembarangan di lorong, yang menghubungkan kamarnya dengan dapur.
     "Aduh!"
     "Aduh, moga moga nggk kenapa napa!" Joni turut menimpali dan dengan tanggap menangkap lengan eunbi.
   "It hurts. But it's okay," kata Maya terkesan pada perhatian Joni.
   "Ck... Bukan Lo, tapi LCD komputernya. Gimana sih, kalo jalan lihat-lihat dong!" Sergah Joni.
   Holly shit?
   Joni sibuk berjongkok memeriksa LCD komputernya dengan wajah cemas, sementara eunbi memutar mata. Cowok pribumi emang gitu, nggak pandai menyenangkan hati wanita. Kalau di Inggris, pasti dia sudah digendong atau dipeluk. Tetapi di Indonesia yang dalam sistem sosialnya Stara wanita tidak lebih tinggi atau sederajat dengan lelaki, kejadian macam itu mustahil terjadi. Di Indonesia wanita dilarang memiliki ego lebih tinggi dari pada lelaki kalau tidak mau menjadi lajang seumur hidup. Huh!
     Di sepanjang lorong dipenuhi barang rongsokan komputer dan laptop. Beberapa sudah di beres dan beberapa sedang di perbaiki. Rumah Joni lumayan besar walaupun tampilannya tidak jauh dari berbeda dari si pemilik rumah. Lusuh dan tidak terawat. Sampai di dapur pun, rongsokan rongsokan serupa masih eksis terlihat.
     "Rumah Lo kesehariannya kaya gini?" Tanya Maya takjub.
     "Nggk. Biasanya lebih ruwet lagi. Ini habis diberesin sama adik gue gara gara bakal ada tamu. Padahal gue udah kasih tau dia, tamunya rewel!.
     Maya menyeringai sinis.
     "Halo!" Seorang gadis muncul menyapa mereka. Ia segera mendatangi Maya dan menyalami nya dengan ramah.
     "Namaku putri, seneng rasanya ada cewek di rumah ini!" Katanya sambil tersenyum lebar. Wajahnya bersih dan senyumanya cerah.
    "Adiknya... Kain pel?"
    "Eh?" Putri melongo.
     Maya mengarahkan matanya kepada Joni dengan dingin. Putri tertawa. "Iya. Kak Maya betah betah disini, ya. Mas Jojo emang nyebelin."
     "How sweet!" Puji Maya. "Ngomong ngomong, kok nggak mirip? Lo anak pembokat, kali." Namun kata kata terakhir Maya ditunjukan kepada Joni. Namun, Joni tidak ambil pusing dan sibuk melahap makan malamnya.
     Putri adalah tipe anak populer SMA di Jakarta. Tingkahnya ceria dan menyenangkan. Wajahnya juga cantik. Seingat Maya, dulu, waktu ia masih sekolah di Jakarta, tipe gadis seperti putri ini biasanya di perebutkan banyak cowok di sekolah. Sayangnya, dulu, waktu SMA, Maya masih jadi itik buruk rupa, sementara kini ia sudah menjadi angsa yang anggun.
     "Ya ampun, kan Maya cantik bener...," Putri memuji takjub. "Itu eyeshadow nya, eyeliner nya, maskara nya, blush-on nya... Oke banget, kaaakk... PAS!"
     Maya tersenyum anggun. Tentu saja, ia belajar segala hal fashion dan make up dari runway London yang sering ditontonnya. Mana mungkin nggk oke?
     "Apa bagusnya muka dempulan gitu? Artifisial...," Grutu Joni.
     "Ngomong apa Lo, kain pel?" Kata Maya galak.
     "Nggk ngomong apa apa," elak Joni.
     "Nggk ngerti apa apa soal fashion mending diem aja deh!" Bentak Maya.
     "Iya, mending mas diem aja. Mas itu jadul, tau gak sih looo...!" Sahut putri dengan logat sok gaulnya.
     Maya tertawa. Akhirnya ia dapat follower. Sepertinya disini tidak akan terlalu membosankan asal ia bisa mempermainkan Joni lewat adik perempuannya. Kalau dilihat gaya berpakaiannya dan arah pembicaraan putri, gadis ini terlihat memiliki ketertarikan serupa dengannya. Putri bercerita ia membaca banyak majalah fashion luar negeri walaupun tidak terlalu paham maksud artikel artikel didalamnya.
     Menu makan malam hari ini adalah semur tahu telur. Maya ingat, dulu ia sering menikmati makanan ini sebelum akhirnya menu makan malamnya berubah menjadi menu ala Eropa. Maya maka dengan porsi sedikit karena tidak ingin dietnya berantakan. Tapi, tanpa sadar, ia mengenang masa masa kecil ketika ia masih diremehkan, ketika keluarganya masih begitu miskin dan tidak memiliki apa apa untuk di banggakan. Rasanya sudah berabad abad yang lalu.

Jangan lupa vote ya guys😁
  

Maya Maia (Di Novelkan) Karya; Devania AnnesyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang