<<END>>

122 21 6
                                    

1 minggu kemudian...

Ara berdiri di dekat pembatas rooftop sambil menatap gedung gedung yang terlihat dari sana.

Nggak, Ara bukan tipe cewe yang bakal bunuh diri akibat ditinggal pergi oleh seseorang. Apalagi orang itu gak bakal pernah kembali lagi ke kehidupan Ara.

Ara menaruh kedua tangannya di pembatas rooftop. Dia menarik napas dalam dalam, lalu kemudian membuangnya bersama beban pikirannya sekarang ini. Di kedua tangannya sekarang ada dua kertas surat dari orang yang berbeda. Yang satu adalah surat pemberian Yechan dulu dan yang satunya lagi adalah surat yang gak sengaja dia temuin di kelas tadi.

Surat itu juga yang sekarang ini membuat Ara termenung panjang.

Tentang sekolah, beberapa hari ini bisa dibilang cukup aman. Udah gak ada lagi makhluk halus yang gangguin para murid setelah kejadian satu minggu yang lalu itu. Semuanya bisa bebas kemana mana tanpa merasa takut digangguin makhluk halus lagi. Dan tentang Sunwoo, anak itu juga udah dikeluarin pak kepsek gara gara memperalat makhluk halus buat dapetin kekayaan.

Sepertinya bener, kita harus melalui hal yang buruk dulu buat dapetin hal yang lebih indah. Ara harus mengalami berbagai kejadian pahit hingga akhirnya sekolah yang dia cintai itu bisa terbebas dari gangguan makhluk halus yang jahat.

Dan karena kejadian itu juga, dia akhirnya tau siapa malaikat penolongnya waktu SMP. Meskipun semuanya berakhir gak seindah drama drama korea yang biasa di tontonnya.

Tapi seenggaknya masih banyak sisi positif yang bisa dia ambil dari apa yang udah terjadi.

"Ra"

Ara langsung noleh ketika denger panggilan itu.

Haechan.

Dia langsung berlari kecil kearah Ara setelah sebelumnya lemparin senyuman. Ini juga yang membuat Ara berdiri di rooftop itu. Dia nungguin Haechan.

"Kenapa Ra?"

Ara memutar tubuhnya buat menghadap ke Haechan. Lalu setelahnya dia tersenyum tipis.

"Ini". Ara ngulurin sebuah kertas ke Haechan. Awalnya Haechan natap kertas itu dengan bingung, tapi kemudian Haechan tergagap ketika sadar sesuatu.

"L-lo da-dapat darimana?!"

Ara tersenyum lagi. Dia narik tangan Haechan ke ujung rooftop lalu kemudian mengajaknya duduk dengan kaki yang menjuntai ke bawah.

"Ra, jawab gue!"

"Lo mau gue jawab yang mana? Pertanyaan tadi atau pernyataan di surat ini?"

Haechan langsung terdiam. Tapi Ara malah ketawa.

"Oke, pertama gue bakal jawab pertanyaan lo yang tadi". Ucap Ara setelah tawanya reda. Ara mainin kertas ditangannya lagi, sedangkan Haechan cuma diem buat dengerin Ara. "Ini tadi gue gak sengaja nemu di samping meja gue. Gue gak tau ini gak sengaja jatuh atau malah disengajain biar jatuh disamping meja gue??". Ara natap tajam Haechan. Sedangkan Haechan langsung gelengin kepalanya berulang kali.

"Sumpah gue gak tau! Makanya tadi gue kaget"

Ara cuma berdecih, lalu kemudian dia gelengin kepalanya pelan. Sekarang dia tau kalau Haechan itu ceroboh.

"Dan jawaban yang kedua". Ara gantungin kalimatnya. Dia malah nunduk sambil mainin kakinya yang terbalut sepatu. "Gue mau"

Haechan tiba tiba berasa tuli ketika denger jawaban Ara. Dia deketin telinganya ke Ara. "Apa tadi Ra??"

Ara yang kesel langsung mukulin Haechan karena dia berlagak tuli. Tapi Haechan langsung nangkap kedua tangan Ara biar dia berhenti. "Sakit, Ra. Gila, lo makan apaan sih??"

Ara cuma mendengus. Dia langsung narik tangannya dari Haechan.

Untuk beberapa saat mereka berdua cuma diem dieman membuat suasana jadi canggung. Tapi gak lama setelah itu Haechan berdehem.

"Jawaban lo tadi beneran?". Tanya Haechan buat mastiin.

Ara terdiam cukup lama. Tapi kemudian dia jawab pertanyaan Haechan itu dengan deheman sambil nunduk.

Haechan tersenyum melihat itu. Dia beralih natap ke depan, menikmati pemandangan di hadapannya.

Jujur, Haechan seneng sama jawaban dari Ara. Tapi entah kenapa Haechan merasa jawaban Ara itu gak berasal dari hatinya.

"Ra, gue tau di hati lo sekarang ini masih ada Yechan. Lo gak perlu bohongin perasaan lo sendiri"

Ara langsung natap Haechan. Haechan juga beralih natap Ara.

"Lagian gue juga gak maksa lo buat jawab iya"

Ara nunduk lagi. Merasa bersalah sama Haechan.

Di kertas itu Haechan bilang kalau dia suka sama Ara tapi dia gak tau gimana cara ngungkapinnya. Sesuatu yang gak pernah Ara duga duga. Dan sekarang ini Ara masih bingung sama perasaannya sendiri. Apa dia juga punya perasaan yang sama ke Haechan?

Ara mengangkat kepalanya, menatap kearah langit yang lagi cerah cerahnya. Haechan juga ngikutin aktivitas Ara itu.

"Lo tau?? Waktu itu Yechan juga suka sama gue tanpa gue ketahui, persis kayak lo ini. Dan tanpa gue sadari, Yechan ternyata adalah orang yang berperan penting dalam kehidupan gue. Dia rela ngorbanin dirinya sendiri buat nyelamatin gue". Ara tersenyum mengingat potongan memorinya di masa lalu. Tapi Haechan tau itu pasti senyum kesedihan.

"Tapi sekarang dia udah pergi. Pergi untuk selamanya. Udah terlambat buat gue sadar sama perasaan ini, Yechan gak bakal kembali meski gue teriak sekeras kerasnya dari sini kalau gue juga cinta sama dia"

Setetes air mata langsung menetes begitu aja di pipi Ara. Haechan langsung nadahin telapak tangannya ketika melihat air mata Ara jatuh. Ara yang liat itu cuma diam aja natap Haechan, tapi kemudian Ara langsung ngusap kedua matanya.

Perlahan Haechan menghela napasnya. "Gue ngerti. Lo masih belum bisa relain kepergian Yechan". Ucap Haechan lalu kemudian menepuk pelan punggung Ara.

Ara cuma nunduk aja. Tapi gak lama setelah itu dia natap Haechan lagi. "Karena itu Chan, gue gak mau ngulangin kesalahan gue lagi. Gue gak mau kehilangan seseorang yang tanpa sadar sebenernya orang yang gue sayang"

Haechan terdiam. Dia natap Ara yang sekarang juga lagi natap dia. Perlahan Haechan tersenyum tipis.

"Gue gak bisa pacaran dengan kondisi di hati lo masih ada Yechan". Tangan Haechan terulur buat ngusap pipi Ara. "Tapi gue juga gak bisa jauhin lo"

Ara masih diam natap Haechan. Tiba tiba air matanya menetes lagi. "Yechan punya tempat sendiri di hati gue. Tapi bukan berarti orang lain gak boleh masuk". Ara menggantung kalimatnya ketika ngerasain jari jari tangan Haechan ngusap air matanya. "Lo mau bantu gue relain kepergian Yechan dan move on dari dia?"

Haechan terdiam cukup lama. Tapi kemudian dia tersenyum sambil ngangguk. "Bakal gue bantu"

Ara tersenyum sekali lagi, lalu kemudian dia meluk Haechan yang tentunya dibalas Haechan juga.

END

Ghost MOS [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang