Pintu apartemen terus diketuk keras, bel juga tak henti bunyi. Pria diluar sana melakukan keduanya dengan bersamaan dan teratur, tidak berhenti barang sedetikpun, dan ini sudah selama hampir kurang lebih 6 menit.
Sebenarnya ia lelah, "Hah... Mau sampai kapan aku begini?" namun ia tetap tidak bisa menyerah. Kalau menyerah, pria didalam sana pasti senang.
"JEON JEONGGUK!!! CEPAT KELUAR!!! KAU SUDAH JANJI!!!"
Setelah sekian lama perjuangan, akhirnya pria berwajah kelinci dan bantal itu pun menampakkan wajah diantara pintu hanya dengan celana dalam, tanpa pakaian lainnya.
"Hyung, tidak jadi saja, ya?"
"Kupotong hidungmu, sampai tidak jadi." Namjoon menaruh buku di atas meja setelah dirinya sampai di ruang tamu. "Kau sudah janji akan belajar lebih giat. Mau sampai kapan kau malas-malasan seperti itu? Aku membiayaimu kuliah karena kau dulu mohon-mohon. Sekarang kenapa seperti ini, ha? Mau kucabut saja beasiswamu? Harusnya aku biayai saja anak yang lebih pintar darimu."
"Hyung~ jangan begitu... Hanya... Jangan sekarang, ya? Seminggu ini aku belum istirahat, tau!" Jeongguk merengut dan menyenderkan tubuh pada sofa- masih dengan hampir telanjang.
Namjoon menghela nafas kasar, "Kalau kau terus memohon begitu, aku cabut sekarang." Namjoon mengeluarkan ponselnya dari saku.
"IYA! AYO KE PERPUSTAKAAN!"
Jeongguk segera melarikan diri ke kamar mandi, menyiapkan diri untuk ikut dengan Kakak angkatnya itu. Sebenarnya malas, tapi Jeongguk tidak mau hanya menyandang gelar lulusan SMA. Ia mau terlihat sukses.
Tapi, Jeongguk itu terlalu malas untuk belajar.
Ah omong-omong, Namjoon ini adalah CEO perusahaan yang cukup besar di Seoul. Dan beberapa tahun lalu ia memberikan beasiswa untuk beberapa siswa pintar di sekolah Jeongguk.
Keluarga Jeongguk dan keluarga Namjoon sangat dekat, keduanya juga cukup dekat, sudah seperti kakak adik.
Dan ketika Namjoon sedang mencari 3 siswa pintar disekolah Jeongguk, bocah itu berhari-hari memohon untuk dibiayai kuliah.
Karena keluarganya tidak mau membiayainya, keluarganya ingin ia mandiri. Bahkan uang jajan pun dibatasi. Ayahnya hanya memberikan uang untuk biaya apartemen dan makan setengah bulan, sisanya harus cari sendiri. Untuk kuliah, ia harus mencari biayanya sendiri.
Sementara Jeongguk, ia tidak tahu cara untuk mendapatkan biaya kuliah dan makan setengah bulannya lagi itu dari mana.
Oleh karena itu, ketika pria yang amat ia kenali itu sedang membuka beasiswa, ia sangat senang. Namun juga sedih karena dirinya tidak sepintar itu untuk mendapatkan beasiswa. Karena itu, ia hanya bisa memohon pada Namjoon agar membiayainya kuliah.
Setelah 3 bulan memohon, Namjoon pun mengiyakan. Dengan syarat Jeongguk harus dapat peringkat 10 besar saat kelulusan nanti.
Dan Jeongguk berhasil.
Tapi hanya saat itu.
Setelah masuk ke dunia perkuliahan, ia kembali bermalasan dan ber-bodoh ria.
"Ayo!" Jeongguk kembali dari kamarnya, sudah rapi dengan coat yang melapisi tubuh berototnya.
Setelah melamun lama memikirkan nasib Jeongguk, Namjoon mengusap wajahnya dan mengambil bukunya di atas meja. "Awas saja kau kalau tidak serius belajarnya." ancam Namjoon yang diangguk Jeongguk sebagai jawaban.
Mereka turun ke basement menuju mobil Namjoon terparkir. Didalam mobil, Jeongguk lagi-lagi melihat buku yang sedari tadi Namjoon bawa, kini Namjoon meletakkannya diatas dashboard.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Silla Boy [KookV]
Science FictionKarena rasa penasaran setelah membaca buku bahwa pernah ada pria tercantik didunia pada abad ke-6, Jeongguk dan Seokjin terdampar di era kerajaan Silla berkat mesin pemutar waktu milik Prof. Kim Seokjin. ●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●● Tags: - KOOKV - T...