Warning 4157 words!
.
.
.
.Year 840
Seorang perempuan berambut baby blue berjalan melalui lorong lorong kecil disamping toko toko yang sedang bersiap untuk tutup malam ini. Tungkainya berjalan melewati kubangan air yang terbentuk akibat hujan deras tadi sore menyebabkan roknya sedikit kotor. Tangannya yang tertutupi sarung tangan memeluk dirinya sendiri agar merasa hangat.
Iris crimsonnya melihat sebuah rumah yang dicintainya, kakinya otomatis bergerak cepat dan berakhir dengan roknya yang semakin basah akibat air kubangan yang terinjak injak kaki mungilnya. Sesampainya di depan pintu, ia mengangkat roknya lalu membuka pintu setelahnya. Didalam sana terlihat ayah dan ibunya dengan ekspresi khawatir yang memenuhi wajah mereka.
"Lama sekali Eden pulang, ibu khawatir" kata Stella--ibu Eden sambil bergerak memeluk tubuh Eden yang sedikit dingin. "Eden tidak apa apa bu, Polisi Militer itu hanya menanyakan nama, nama orangtua dan tempat lahir Eden." jawab Eden, suaranya samar samar karena dia menelusupkan kepalanya ke leher ibunya.
Rey--ayah Eden mengelus surai baby blue Eden pelan "Eden memberitahu mereka nama belakang yang berbeda kan?" tanya Rey dan dijawab anggukan kepala oleh Eden. Rey menghela napas lega. Itu hal yang sedari tadi dikhawatirkannya saat Polisi Militer datang sore tadi dan membawa semua anak anak di desa untuk diinterogasi. Untung tadi pagi dia sudah mengingatkan Eden karena mimpinya tadi malam.
Stella melepaskan pelukannya "Eden lapar kan, ayo kita makan" Stella menggandeng tangan mungil Eden dan membawanya ke meja makan. Setelah Eden dan Rey duduk, Stella mengambil semangkuk sup kentang dan roti lalu membawanya ke meja makan. Eden mengambil mangkuk dan roti yang dibawa Stella lalu segera dia makan sebelum dingin.
"Ayah" panggilnya pelan, Rey menatap anak semata wayangnya lembut sambil tersenyum hangat "Kenapa?" Eden menunjukkan sarung tangannya yang sudah sobek "Sarung tangan Eden rusak, entah kenapa akhir akhir ini kekuatannya sering tak terkendali" jawab Eden lalu melepaskan sarung tangannya dan memberikannya kepada Rey. "Ayah akan membelikan yang baru"
Stella yang mendengar percakapan suami dan anaknya itu langsung menuju meja makan lalu mendudukkan diri disamping Eden "Energinya mulai menguat akhir akhir ini?" tanya Stella sambil memegang pergelangan tangan Eden "Hm.." Eden mengangguk membenarkan, Stella mengelus pipi Eden pelan "Ibu akan mengajarimu cara mengendalikannya besok, sekarang Eden makan dulu ya" Eden mengangguk paham sebagai jawaban.
°[progéniture spéciale]°
Eden berjalan kedapur untuk membantu ibunya memasak. Setelah memasuki area dapur, ia dapat melihat ibunya yang sedang menghidupkan api menggunakan tangannya. Hal itu sudah biasa dilihat oleh Eden, tetapi ia belum pernah mencoba melakukan hal yang sama seperti ibunya.
Stella menoleh kebelakang karena mendengar derit lantai kayu diikuti dengan senyum hangatnya saat melihat anaknya berjalan kearahnya "Ibu, aku ingin mencoba menghidupkan api juga seperti ibu" kata Eden tanpa menatap Ibunya, iris crimsonnya hanya menatap tumpukan kayu yang sudah terbakar.
"Kemarilah, ibu akan mengajarimu" Stella mengibas ngibaskan tangannya tanda menyuruh Eden mendekat. Eden memiringkan kepalanya sedikit, bingung karena ibunya akan mengajarinya cara menggunakan kekuatannya, tak seperti biasanya. Stella tertawa pelan melihat kelakuan menggemaskan anaknya "Kau lupa perkataan ibu tadi malam?"
Eden tampak bingung beberapa saat lalu mengangguk, dia ingat sekarang. Eden tersenyum kaku "Eden lupa" Stella menggeleng gelengkan kepalanya, memaklumi anaknya yang suka cuek dengan keadaan. Setelah itu, Eden berjalan kehadapan ibunya yang mulai mematikan api yang telah dihidupkannya tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
progéniture spéciale [Levi Ackerman]
FanficEden Wheeler, satu satunya perempuan yang tak peduli dengan keberadaan seorang manusia terkuat di Pasukan Pengintai--seseorang yang dipuja puja kaum hawa akibat ketampanannya, kekuatannya dan sikapnya. Levi Ackerman, itu dia. Lelaki yang dipuja kau...