Leery || 07

6K 998 23
                                    

Dua minggu sebelum hari kematian

Chenle berjalan tertatih menyusuri trotoar yang di guyur hujan. Begitupun seragamnya yang sudah lecek karna tanah dan darah. Sekarang yang tubuh kecil itu inginkan hanya pulang dan beristirahat.

Tapi semua menjadi sulit saat indra penglihatnya menangkap sosok jangkung yang terduduk lemah di tempat bus.

Sosok yang mengisi ruang kosong di hati dan pikiranya, setiap saat dan waktu.

Mereka berdua dalam keadaan yang sama, kotor, basah, dan penuh darah. Tapi  punya alasan yang beda.

Chenle dipukili, tapi jisung memukuli.

Sangat berbeda.

Chenle merogoh sakunya dan mengluarkan sebuah Sapu tangan putih dengan lambang lumba-lumba di sudutnya.

Tubuh lelahnya ikut mendudukan diri tak jauh dari jisung.  Dan tanganya terulur untuk memberikan sapu tangan putih itu.

"Darah di pelipis mu terus mengalir, gunakan ini"

Jisung menahan pening dan menoleh kekiri, dimana orang yang sama berantakan denganya memberikan sebuah sapu tangan.

Jisung menerima, lalu terkekeh kecil "hidung mu juga berdarah"

Dan lagi kondisi aneh ini jadi lelucon untuk mereka, tertawa lepas sebari menahan sakit, lupa bahwa chenle adalah orang lemah dan jisung adalah orang tak terkalahkan.

















Jisung masuk kekamarnya, sedikit kesal. Karna saat pertama masuk pandanganya langsung tertuju pada Pemuda berkulit putih—mau hidup atau mati—dan berseragam sekolah, Tersenyum mengejek padanya.

Abaikan jisung abaikan saja..

"Ya!! chenle, Kenapa kau masuk ke kamar Mama ku?" Jisung tak bisa mengabaikanya.

"Um maaf jisung. Kau meminta ku keluar dari kamar mu saat kau tidur, dan aku baru tau ternyata aku tidak bisa tidur, jadi aku kekamar ibumu"

"Ah astaga Le"

"Aku minta maaf" chenle menunduk Takut dengan rasa menyesal, dia hanya merasa bingung dan kesepian kala itu.

"Mulai sekarang kau harus tetap di kamar ini, jangan kemana-mana. Paham" perintahnya telak

Chenle Sedikit lama mencerna, tapi akhirnya chenle mengangguk mantap, Lumaian bisa  melihat jisung terus setiap tidur. Chenle asik memikirkan Posisi mana yang enak saat melihat jisung tidur, sebelum Sebuah tangan terulur dengan sapu tangan yang ia kenal.

Chenle mendongak dengan ekspresi bertanyanya.

"Ini milik mu kan?"

"I-iya, kau menganal ku? Waktu itu?"

"Hanya kau orang bodoh yang memberiku sapu tangan untuk membersihkan darah orang lain sedangkan keadaanya lebih buruk dari ku..."

"...akan aku beritahu sekarang, alasan mereka membully mu itu bukan hanya karna kau lemah, tapi karna kau terlalu baik, lihat bagai mana mereka memanfaatkan kebaikan mu, bahkan Yuna menjadi iri pada mu, aku tau kau sudah mati dan tidak akan ada lagi kehidupan untuk mu di sini.  Tapi aku harus memberi tahu mu sekarang selagi kau masih gentayangan"

Chenle tertegun, walau dia masih belum bisa menangkap bagian positif atau negatifnya dari ucapan jisung, tapi dia melihat raut penyesalan di matanya.

Jisung kenapa?.

Dan panggilan di ponsel jisung mengintrupsi mereka.

Jisung mengakatnya tanpa peduli siapa yang membuat panggilan.

Dan setelah pangggilan berakhir jisung menatap chenle

"Ada apa??"

"Aku di suruh ke rumah mu".

Dan chenle tersenyum kecut.

Misi kedua sudah di mulai. Dia harap jisung tidak membencinya setelah ini.





Tbc

A/n:

Aku udah lama ga nulis, pasti tulisan jadi aneh. Maaff

圈-LEERY〘Sungle〙Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang