[B]

236 17 1
                                    

B is for “Bloody Mary”

.
.
.

Jam sudah menunjukkan pukul 11 malam. Sudah seharusnya orang-orang pergi tidur. Namun tidak untuk dua orang ini. Mereka malah duduk sembari menatap layar komputer--juga laptop masing-masing. Sepertinya mereka akan begadang mengerjakan tugas.

Salah satu dari mereka menyahut, “Kakuzu, kau tau permainan bloody mary?”

Kakuzu--pria yang sedang menatap layar komputer--tidak menyahut, namun ia berbalik dan menatap temannya itu.

“Kau sebut itu permainan?” tanya nya dingin

“Disini tertulis nya permainan!”

Kakuzu semakin menatap tajam temannya itu. Jadi selama ini ia menatap layar laptop nya bukan untuk mengerjakan tugasnya, melainkan sedang bermain-main?! Kakuzu pasrah dengan kebodohan nya!

Pria itu kemudian membalikan badan nya lagi, “aku menolak”

“Cih, dasar penakut!” Hidan memanas-manasi. Sayangnya Kakuzu tidak terpancing, toh kata-kata itu sudah terlalu mainstream bagi nya.

“... Aku akan mentraktir mu selama seminggu!” sepertinya Hidan tidak mau kalah

“......”

“... Baiklah, bagaimana dengan bayar uang kas tepat pada waktunya?”

Kakuzu menghentikan kegiatan nya. Ia lalu berbalik dan menatap temannya lagi

“Setuju”

☆•☆

“Jadi katanya disini, bahan yang di perlukan hanyalah sebuah lilin, dan juga cermin,” ucap Hidan sembari membaca artikel tentang bloody mary

“Kalau tidak salah ada cermin di kamar mandi, kan?” sahut Kakuzu

“Yap! Kebetulan aku juga membeli lilin tadi siang. Ini, ambil lah,” kata Hidan sambil memberikan sebuah lilin pada Kakuzu

“Jadi... Bagaimana cara 'memainkan' nya?” Kakuzu hanya mengetahui bahwa bloody mary merupakan sebuah urban legend

“Kita akan memainkan nya saat tengah malam nanti. Pertama-tama kau masuk kamar mandi, kemudian nyalakan lilinnya, lihat cermin sambil mengucapkan 'bloody mary' sebanyak tiga kali,” jelas Hidan antusias

Kakuzu melirik kearah jam, “masih ada waktu setengah jam. Aku mau menyelesaikan tugas dulu. Ngomong-ngomong, kau saja yang duluan 'memainkan' nya”

Hidan hanya menatap sebal pada Kakuzu.

☆•☆

Jam sudah menunjukkan pukul 00.00 sekarang. Lampu di seluruh ruangan sudah Hidan matikan beberapa menit sebelumnya. Membuat timbul nya pertanyaan di benak Kakuzu

“Haruskah kita mematikan lampu di seluruh ruangan?”

“Entah,” balas Hidan pendek, membuat perempatan imager muncul di dahi Kakuzu

“Aku duluan, ya? Kau ingat kan cara bermain nya?”

“Apa aku terlihat tua sampai-sampai kau menganggap ku pikun, hah?!”

“Tidak semua orang yang tua itu pikun. Buktinya si Pain masih muda, tapi ia selalu melupakan tugas bahkan materi yang baru saja di terangkan”

“Itu kau juga sama! Ngaca dong, bego!”

Tanpa babibu lagi, Hidan memasuki kamar mandi. Tak lupa ia mengunci pintu kamar mandi tersebut. Setelahnya ia menyalakan api di lilin nya. Pria berambut klimis itu menaruh lilin nya di wastafel, kemudian dirinya menatap kearah cermin di hadapannya.

“Bloody mary... Bloody mary... Bloody mary...”

“...”

“.....”

“......”

“Hahh?! Tidak ada yang terjadi? Aneh, apa ada yang salah?”

Karena tidak ada apapun yang terjadi, Hidan memutuskan untuk keluar dari kamar mandi

“Bagaimana? Kau masih terlihat seperti saat masuk tadi”

“Cih, tidak berhasil,” ucap Hidan sambil menggaruk tengkuk nya

“Yasudah, giliran ku. Aku bertaruh tidak akan terjadi apapun juga,” ucap Kakuzu

Hidan hanya menatap heran pada temannya itu, “benarkah?” gumam nya pelan

Kakuzu sudah berada di dalam kamar mandi. Ia melihat bekas lilin yang tadi dipakai oleh Hidan. 'masih bisa digunakan,' batin nya

Seperti yang Hidan katakan sebelumnya, nyalakan api di lilin nya, kemudian sebut bloody mary sebanyak tiga kali.

“Bloody mary... Bloody mary... Bloody mary...”

“......”

Whusssss...

Patss(?)

Api di lilin itu tiba-tiba padam. Tentu itu membuat Kakuzu terkejut. Tiba-tiba saja kaca di hadapannya berubah, bukan memperlihatkan pantulan dirinya maupun sekeliling nya. Tetapi memperlihatkan seorang wanita berambut panjang, dengan wajah yang penuh luka, darah yang terus mengucur di wajahnya itu, dan jangan lupakan tangan nya yang berusaha menggapai Kakuzu.

Pranggg!!!!

Ceklek!

Brakkkkkk!!!!

'Hosh.. Hoshh.. Hoshh...'

Hidan terkejut karena Kakuzu tiba-tiba saja keluar dari dalam kamar mandi dengan keadaan seperti itu. Pria yang masuk jurusan yang sama dengan Pain, dan juga Itachi itu langsung menyalakan lampu di masing-masing tempatnya. Ia kemudian membawakan segelas air pada Kakuzu.

“Yaahh.. Sepertinya kau.. Berhasil?” ucap nya agak ragu, tentu karena ia takut di cekik oleh Kakuzu

“Pindah.. Sebaiknya kau pindah!”

“Eh?”

Setelah meminum habis air yang tadi Hidan berikan, Kakuzu langsung bangkit dan pergi mengambil tas nya.

“Ayo, untuk sementara kau tinggal dulu di kost-an ku”

-End

Learn Alphabet with Akatsuki's Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang