Chapter 21

4K 360 35
                                    

Mark harus terima menjadi korban misuh-misuh dari keempat temannya, terutama Mingyu yang hampir saja memukulnya kalau tidak ditahan oleh Yeonjun dan Yugyeom.

"Pfftt.."

"Yeu si anjir udah terciduk bisnis haram masih aja sempetin ketawa. Jangan tahan gue, jangan tahan gue." Mingyu sudah berancang-ancang akan memukulnya lagi.

Mark berusaha mengelak sambil tertawa keras.
"Ngakak banget gue asli liat ekspresi lo tadi." Ucapnya sambil memegang perutnya.

Mingyu menangis. Ia menunduk sambil menangis begitu keras, tangisannya begitu menyayat hati siapapun yang mendengarnya.

"Gue salah apa sama lo, Mark? Kenapa lo tega? Hiks.. kalo gue kecanduan lele jumbo pemakan tinja gimana? Apa gue bisa idup normal setelah ini? Hiks.. Lidah gue udah mengenal rasa baru." Yang lain memandangnya iba, namun Mark dengan kurang ajarnya masih tertawa begitu bahagia.

"Aduh lucu banget sih lo pada.. Kok bisa sih percaya aja sama omongan gue?"

Bugh

Itu Yugyeom yang memukulnya. Ia sudah terlanjur emosi melihat Mark.

"Prank lo ga lucu bangsat!"

"Wah gila lo, Mark. Hampir aja gue mau bikin grup WA baru tanpa lo, biar bisa gibahin lo disana." Ucap Jungkook, ia pun tak menyangka Mark akan melakukan itu, tapi sejujurnya ia bersyukur jika memang ini hanya prank semata.

"Ya lagian mana mungkin keluarga gue tega bisnis gituan, makannya pelet sama kangkung kok. Sumpah deh gue, kalo ga percaya ambil aja lelenya biar di tes DNA nya."

Pletak

Itu Yeonjun yang menjitaknya.

"Ngapain tes DNA, bego?"

"Ya biar lo tau kalo lele gue makanannya itu bukan kuning mengambang." Ucapnya sambil mengusap jidatnya.

"Setelah ngeliat lo gue jadi bersyukur, setidaknya gue bukan yang paling tolol disini," Jungkook mengucapkannya dengan senyum bahagia yang akhir-akhir ini jarang ditunjukkannya.

"Ming udah ming, jangan nangis lagi. Masa depan lo masih cerah kok." Yugyeom mencoba membujuk Mingyu, ia tak ingin sahabatnya itu berlarut pada kesedihan.

"Loh ada apa ini ribut-ribut?" Bunda Mark datang tergopoh-gopoh ketika melihat kericuhan yang terjadi.

Yeonjun menceritakan semua yang terjadi, dapat terlihat raut kecewa dari wajah bunda Mark. Memanggil sang suami dan menceritakan kelakuan putranya itu, tentu saja ayah Mark begitu marah mendengarnya.

"Baru kali ini ayah liat ada anak yang fitnah bisnis ayahnya sendiri!" Raut wajahnya terlihat tegas, memancarkan emosi yang menguar.

"Maaf, yah. Mark cuma ngeprank aja. Ini becandaan aja kok, yah." Kepalanya tertunduk lesu, ia tak bisa berkutik lagi.

"Ayah kecewa sama kamu. Bun, mulai hari ini jangan izinin lagi dia nonton yutub!"

°○°○°○°

"Ri, gue keluar bentar ya."

"Kemana Bam?"

"Ke luar deket sini kok, bentar ya.." Ia keluar dari minimarket itu buru-buru, berjalan agak menjauh dari sana lalu mengambil handphonenya untuk dijadikannya senter dan melihat ke bawah. Ia mengambil salah satu batu berukuran sedang dan menggenggamnya.

"Semoga bisa ditahan sampe rumah." Tangannya menggenggam batu itu erat lalu memasukkannya ke dalam saku celananya.

"Kok cepet baliknya?" tanya Taeri.

"Iya, gue cuma keluar buat nelpon nyokap aja bentar." Bambam kembali duduk di kursinya, memakan mie cup yang telah diseduh itu.

"Udahan kan galaunya?"

Taeri mengangguk sambil tersenyum. Sebenarnya ia belum bisa melupakan penolakan Jimin tadi, namun ia tak tega melihat Bambam yang begitu mengkhawatirkannya.

Jungkook merasa heran ketika Taehyung menghubunginya.

"Ha? Ada apa?"

"Gue mau cari Taeri.. Nyokap gue udah nangis-nangis karena jam segini dia belum balik juga." Suara Taehyung terdengar panik di seberang sana.

"Loh? Kok bisa?" Pertanyaan klasik yang Jungkook lontarkan ketika dia bingung harus berkata apa.

"Posisi lo dimana? Gue jemput sekarang ya?"

"Hah?"

"Temenin gue cari adek gue ya, Kook. Lo bisa kan?"

"E-eh, bisa.."

"Sendloc ya, gue ketempat lo sekarang."

Sudah sejam mereka mengelilingi jalan di sekitar sekolah Taeri.
"Tae, gue aus nih. Kalo lewat warung mampir bentar ya, beli minum."

Kebetulan satu kilometer setelahnya ada NO 248, Taehyung memakirkan mobilnya, ikut turun karena ditempat ini tak ada tukang parkir. Ketika mereka masuk, Taehyung sontak kaget melihat ternyata sang adik ada disana bersama dengan seorang laki-laki.

Brakk

"Taeri! Kamu ngapain disini!?" Taehyung menggebrak meja Taeri dan Bambam.

Mie cup beserta air panasnya tumpah membasahi seragam Bambam.
"Aw aw aw!" teriak Bambam.

"Kamu tau ga mama sampe nangis nyariin kamu!? Anak SMP macam apa yang udah semalam ini masih belum pulang kerumah!?"

Taeri hanya menunduk, bulir-bulir air mata menuruni pipinya.

"K-kak, jangan marahin Taeri kak.." ucap Bambam ragu-ragu.

"Kamu siapanya hah!? Kamu yang ngajak Taeri kan!?"

Jungkook yang tangannya memegang minuman langsung berlari menahan Taehyung yang menarik kerah seragam Bambam.
"Tae, lepasin! Dengerin dulu apa katanya, jangan maen tangan." Berusaha menenangkan Taehyung yang terlihat sedang dikuasai amarah.

Keringat membasahi wajah Bambam, sebagian diakibatkan dari rasa ketakutannya pada Taehyung dan sebagian lagi karena ia tak mampu lagi mengendalikan panggilan alam yang sedari tadi mengusiknya, tangannya masuk ke dalam saku celananya, menggenggam batu itu erat sampai tangannya bergetar.

"Biarin, Kook! Seenaknya aja ajarin adek gue yang engga-engga! Heh, jawab dong kalo ditanya!" Taehyung mencengkram erat bahu Bambam, menggoncangnya beberapa kali.

Disaat itu juga kasir dan beberapa pekerja datang, menjauhkan Taehyung yang akan memukul Bambam.

Puf puf cprittt

Pertahanannya runtuh, rasa malu tak begitu dipikirkannya lagi karena jujur saja ia merasa lega. Bambam hanya mampu tersenyum setidaknya ia pernah mencoba untuk bertahan.

.
.
.

Tbc

Boys Love (Taekook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang