TBW 5 - Kedatangan Fateh

1.5K 132 22
                                    

Setelah bel pulang sekolah berbunyi, Fatim beserta keempat sahabat nya bergegas membereskan alat tulis yang tergeletak di atas meja dan langsung berjalan beriringan ke parkiran. Atta, Thoriq dan Saaih, mereka masing-masing membawa motor, maka nya mereka ke parkiran. Sekaligus Fatim dan Soleha menunggu di sana, karena biasa nya Fatim dijemput di area parkiran. Kebetulan daerah parkiran bersebelahan dengan gerbang utama.

"Ada yang mau bareng gue ngga?" ucap Saaih sebelum memakai helm full face nya.

"Buka jasa ojol, mas?" canda Thoriq.

"Iya, nih. Tapi ngga bayar. Baik hati kan gue?"

"Halah, sampe sana juga nanti minta uang bensin." cibir Atta yang sudah bertengger di motor gede nya.

"Gue kan bilang naik nya doang yang gratis, berarti kalo jalan bayar, dong."

Semua diam, tak ada yang menyahut bacotan Saaih yang semakin tidak ada guna nya. Saaih yang sadar tengah dikacangin, langsung saja dia menghidupkan motor nya dan menancap gas keluar parkiran sebelum hilang di tikungan. Atta, Thoriq, Fatim dan Soleha menatap kepergian Saaih dengan tawa tertahan. Saat Saaih sudah benar-benar hilang dari pandangan mereka, detik itu juga mereka meledakkan tawa nya secara bersamaan.

"Anjir, Saaih bisa ngambek juga ternyata." ucap Atta di sela-sela tawa nya.

"Tapi gue kasian juga, dari dulu dia mulu yang kita pojokin." timpal Soleha.

"Gapapa, Sol. Anak nya aja ikhlas." kata Thoriq.

"Iya, dia rela jadi bahan tertawaan asal sahabat nya selalu tertawa." ucap Fatim mendramatiskan keadaan.

Ya, walau terkadang Fatim terlihat dingin dan datar di depan semua orang. Namun di depan sahabat-sahabat nya, sifat dingin dan datar itu tiba-tiba hilang entah kemana. Inti nya, Fatim itu bisa mengubah-ubah ekspresi nya ketika bersama seseorang. Kalau menurut Atta, Fatim orang yang misterius dan tertutup. Kalau menurut Thoriq, Fatim orang yang tidak mudah berteman. Kalau Soleha, dia merasa kalau Fatim itu lebih ke menutupi kepribadian nya kepada semua orang. Saaih? Anak itu memang sedikit berbeda dari yang lain, kalau menurut Saaih, Fatim orang yang ceria dan terbuka, tidak sok jaim dan lebih ke malu-maluin.

Kini hanya tinggal Atta, Soleha, Thoriq dan Fatim. Biasa nya mereka berlima, namun tadi Saaih pulang duluan karena ngambek, jadilah mereka berempat disini, di parkiran. Memang, kedua cowok itu sangat setia menunggu putri-putri nya pulang dan selamat sampai tujuan. Tetapi, bukan berarti mereka menyimpan perasaan lebih, hanya sebatas sahabat. Saat mereka tengah asik berbincang, seseorang mendekati mereka dan memberhentikan acara bincang-bincang mereka.

"Fatim," ucap nya menatap Fatim.

"Hm."

"Gue disuruh bokap lo nganterin lo pulang."

"Ngga."

"Kalo lo ngga mau, lo ngga pulang." kata nya terdengar seperti ancaman.

"Jangan maksa, deh!"

"Oke." dia pun pergi.

Namun, saat dia baru beberapa langkah menjauh, dia membalikkan badan nya kembali, "ATTA! ANTERIN FATIM PULANG!"

"Lah? Kok gue?"

"Tau, aneh. Gajelas." ketus Fatim.

"Coba calling bokap lo, siapa tau bener, dia nyuruh si ketos itu nganterin lo pulang." usul Thoriq.

"Ya kali bokap gue yang nyuruh, kenal aja ngga."

"Coba aja, Tim." sambung Soleha.

Fatim hanya mengangguk pasrah kemudian mengambil hape nya dan mencari nomor papa nya. Saat ketemu, Fatim langsung menghubungi nomor tersebut. Di sambungan pertama sudah ada jawaban.

The Best WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang