Matahari tak begitu menampakkan diri hari ini, bukan karena malu. Tetapi, karena langit sedang dipenuhi oleh segerombolan awan gelap. Meski begitu, matahari tetap melaksanakan tugasnya untuk menyinari bumi.Di daerah pedalaman negara Australia, ada sebuah rumah besar dan megah yang berdiri menjulang ke atas. Tapi itu bukan tampak seperti rumah, melainkan apartemen.
Bagaimana tidak? Bangunan yang memiliki kisaran 10 lantai itu apa masih bisa disebut rumah? Bangunan dengan hiasan dan pernak-pernik yang sangat klasik dan antik itu berada di daerah pedalaman negara Australia.
Didalam bangunan itu, ada sebuah ruangan dengan interior yang sangat elegant. Terdapat sebuah kursi yang cukup besar dan meja yang juga tak kalah elegant.
Seorang pria tua berumur sekitar 80 tahun itu menggertakkan giginya hingga menimbulkan suara yang cukup keras dalam keadaan sekarang yang sedang hening.
Ia duduk di single sofa yang berwarna abu-abu itu. Duduk dengan berwibawa dan menatap lawan bicaranya yang berada diseberang sofa.
Wajah yang dipenuhi dengan kerutan itu tampak tegang sekaligus marah. Tapi, ia tahan. "Gak ada pilihan lain?" Tanyanya dengan nada mengintimidasi.
Seorang perempuan muda yang duduk santai diseberang single sofa itu menghembuskan napasnya sedikit kasar, "Udah aku jelasin berulang kali."
"Kenapa? Harus banget sendirian? Gak mau kita semua?" Tanya Mr. Zynn cepat.
Belum sempat menjawab. Mr. Zynn kembali mengajukan pertanyaan, "Kita semua pindah aja sekalian. Biar kamu gak kesepian."
"Engga Pi. Aku mau sendirian aja disana," jawab Al dengan sabar.
"Kalau gitu. Biar Vero anaknya pak Dion ikut sama kamu ya?" Tanya Mr. Zynn lagi.
Al hendak menjawab tapi dipotong oleh Mr. Zynn. "Kamu gak boleh nolak. Pilihannya cuma dua. Kamu kesana tapi Vero ikut atau gak sama sekali."
Al diam sebentar. Ia mengetukkan jarinya diatas paha, tanda sedang berpikir. Ia juga menatap Mr. Zynn dengan seksama yang menatapnya dengan ekspresi memohon.
Ia menghembuskan napas sebentar, "Setuju Pi. Tapi aku butuh bantuan dari Papi."
Mr. Zynn mengerutkan keningnya sebentar, "Apa itu?"
"Sesuatu yang sangat aku butuhkan disana."
♠ ♠ ♠
Perempuan berambut coklat dengan kepang dua baru saja turun dari penerbangan, ia menarik koper abu-abu miliknya dan berjalan dengan santai.
Dibelakang perempuan itu ada seorang lelaki berumur sekitar 19 tahun yang mengikuti. Dengan hoodie merah bata, ia menarik koper berwarna hitam dengan sedikit corak dipinggiran berwarna biru tua.
Al memutar pergelangan tangan kiri yang terdapat sebuah jam tangan berwarna hitam pekat dengan jarum jam berwarna silver.
"Non-""Sstt! Panggil gue Al aja, okay?" Sela Al sambil mengibaskan tangannya cepat didepan muka Vero.
"Iya, maaf. Itu kita udah dijemput," Vero menunjuk mobil berwana abu-abu yang tak jauh dari mereka berdiri.
Al mengangguk paham. Ia berjalan mendekati mobil yang ditunjuk Vero tadi, meninggalkan Vero yang hendak berbicara lagi. Buru-buru Vero mengikuti Al dari belakang.
Setelah koper masuk ke mobil, Vero mempersilahkan Al masuk ke mobil. Tapi, Al bukannya masuk mobil, namun ada sesuatu yang lebih mencuri perhatiannya.
Ia menutup pintu mobil, "Lo pulang duluan, gue ada urusan. Entar gue nyusul."
Belum sempat Vero bertanya, tapi Al langsung ngibrit entah kemana. Kalau sudah begini, ia jadi bimbang. Mengikuti kemana Al pergi tapi nanti Al pasti ngomel, atau diam saja menuruti perkataan Al.
Vero jadi pusing.
♠ ♠ ♠
HAI!Untuk sementara, prolognya sedikit aja biar kalian penasaran wkwk.
Ini genre nya bakal campuran.
Ada action, fantasy ada tapi dikit. Romance juga ada tapi dikittt bangettttt. Soalnya aku mau bikin cerita yang banyak banget actionnya.Semoga kalian suka ya🥺
Jangan lupa buat ajak teman-teman kalian baca ya!
SEE U ON THE NEXT PART!🖤
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Side
ActionAlexa memiliki dua sisi yang sangat berbeda. Dan juga sangat jarang orang yang tau, bahkan tak ada orang yang tau kecuali keluarganya. Tetapi, sisi Alexa yang lain yang selama ini ia tutupi rapat-rapat dari orang luar keluarganya akhirnya ketahuan. ...