1. Kota Pahlawan

11 3 3
                                    

HAIII!!

Gimana kabar kalian? semoga baik terus yaa
Tetep stay safe kalian semua!!

Sorry ya kalau lamaaaa bangetttt, soalnya mau ngetik lagi kurang dapet moodnya nanti malah ga maksimal:(

YAUDAH SEKARANG UDAH MOOD JADI KITA BACA, NGENGG
HAPPY READINGG✨

—— ♦ ——

1. Kota Pahlawan

"Kota dengan segala kenangan perang, tertulis dengan kata yang terbukti dengan tumpah darah didalam sejarah untuk selamanya."

—— ♦ ——

"Lah? Udah masak?" Vero yang sedang meletakkan wajan dan alat dapur lainnya diwastafel berjengat kaget.

Al menatap jam dinding yang ada diruang makan dan dapur, "Masih juga jam 8 pagi, rajin amat si lo."

"Tak apa non-"

"Lu manggil gue non lagi, gua usir lu dari sini," potong Al dengan nada sedikit geram. "Ngobrol sama gue santai aja anjing, kek temenan gitu," ujar Al lagi.

Vero tertawa sebentar, "Gak nyangka non-eh maksudnya Al agak kasar."

"Iya Al, maaf ya sa-duh! masih gak terbiasa," lanjut Vero dengan tangan yang berkutat diwastafel.

"Sans aja, ntar juga kebiasa," jawab Al mengangkat kakinya ke kursi. "Lu ngapain si asu lama banget. Gue udah laper nih," ujarnya memperhatikan Varo.

"Makan dulu-"

"Gak, udah lo sini cepet. Lu yang masak ya lu juga ikut makanlah," Al melambaikan tangannya tanda menyuruh Vero agar cepat menghampirinya.

Vero menurut. Ia meletakkan sisa alat dapur diwastafel, padahal kurang sedikit. Nanggung banget. Ia menghampiri Al yang sudah terlihat tidak makan selama 3 hari.

"Oh iya! Tadi Mr. Zynn telpon ke sa-eh gue, kalo mulai sekolahnya minggu depan." Vero memberitahu Al.

Al mengerutkan keningnya, "Dih? Kenapa mingdep?"

"Katanya tuan, biar lu istirahat atau mau keliling-keliling dulu," jawab Vero dengan sabar.

Al menggeleng pelan, "Gak gak, gue besok masuk sekolah aja. Bilangin ke Papi ini keinginan gue."

"Kalo gak, yauda gue bakal tetep berangkat sekolah besok," lanjut Al. Vero mengangguk tanda paham, "Oke, nanti gue sampein."

"Btw, lu gak mau keliling-keliling Surabaya dulu? Kok lo malah mau langsung sekolah," tanya Vero.

"Gue bakal liat-liat Surabaya kok," jawab Al. Vero mengerutkan keningnya, "Sekarang?"

Al menelan makanannya dan menegak dua gelas air putih dengan sekejap, lalu bangkit dari duduknya. Vero menatap dengan heran.

Al tersenyum lebar, "Of course! Let's go!"

—— ♦ ——

Mentari begitu bersemangat menyinari bumi, terutama Surabaya. Begitu juga dengan penduduknya, sangat aktif meski hari sudah sedikit panas.

Sudah ketiga kalinya Al menginjakkan kakinya di Surabaya setelah sekian lama. Mungkin sudah sekitar 8Ternyata Surabaya tidak jauh beda dengan Jakarta yang macetnya minta ampun.

Two SideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang