The 1st Death - Gluttony

20 2 0
                                    

Bising dari arah luar membuat tidur nyaman Wonwoo terganggu, bersamaan dengan matanya yang terbuka, wajah sang adik langsung menutupi pandangannya.

"Aku kira setelah pindah ke sini, aku akan terhindar dari suara-suara mengganggu itu."

"Maaf, tapi hanya ini yang bisa kutemukan."

"Bangunlah, aku akan melanjutkan tidur di kamarku."

Setelah kesadarannya penuh terbangun, Wonwoo duduk di pinggiran ranjang. "Tidurlah, akan aku buatkan sarapan. Dan aku belum tau jam berapa nanti aku akan pulang."

"Selalu seperti itu, bukan?"

Wonwoo segera melangkahkan kakinya ke kamar mandi untuk bersiap diri lalu menyiapkan sarapan untuk dirinya dan sang adik.

Wonwoo terpaksa menyewa rumah yang kelewat sederhana di pinggiran kota setelah kepergian orang tuanya 1 bulan lalu, gajinya yang tidak cukup untuk melanjutkan sewaan apartement orang tuanya mengharuskannya untuk memboyong sang adik pindah dan mencari tempat tinggal baru. Beruntungnya harga sewa di pinggiran kota jauh lebih terjangkau daripada rumah-rumah di tengah kota.

Dengan terpaksa pula sang adik harus putus sekolah karna seluruh harta orang tua digunakan untuk membayar hutang ayahnya yang membludak. 3 hari setelah pemakaman orang tuanya, beberapa debt collector berdatangan ke apartement mengikis sedikit demi sedikit sisa uang yang orang tuanya tinggalkan. Belum lagi tabungan adiknya yang terkuras habis akibat kekasih adiknya mencuri dengan alibi ibunya yang sakit parah.

Wonwoo tidak ingin ambil pusing dan membiarkan satu penjahat lolos, kepergian orang tuanya sudah cukup meninggalkan stress jadi untuk sekali itu Wonwoo ingin tenang tanpa mengambil jalur hukum atau apapun.

Setelah menerima panggilan, Wonwoo bergegas memakai jas abunya lalu dibalut mantel berwarna hitam.

.
.
.

"Kopi?"

"Tidak, terimakasih." Mingyu mengeratkan mantelnya.

"Aku tidak menyentuh apapun. Keadaannya masih sama."

"Kapan waktu kematiannya?"

"Kukatakan aku tidak menyentuhnya, detektif Jeon; jadi aku belum tau."

Mingyu, Wonwoo dan seorang petugas berjalan sedikit tergesa menuju TKP.

"Wajahnya tertutupi spaghetti selama beberapa puluh menit."

"Kau yakin dia sudah mati Seungkwan?"

"Kau gila, detektif Jeon? Siapa yang akan terpejam dengan lumuran saus spaghetti di wajahnya; tentu dia tidak bernapas kecuali dia hidup dengan saus spaghetti sepanjang hidupnya." Ujar Seungkwan dengan napas terburu.

"Tidak perlu menjelaskannya seperti itu." Tanya Wonwoo tanpa ekspresi yang berarti.

"Maaf detektif." Seungkwan memberi jeda dalam ucapannya. "Tapi dia kencing dan buang air besar disitu, jika dia masih hidup pasti dia tidak akan mendudukinya."

"Baiklah, terimakasih."

"Ya, terimakasih."

Mingyu dan Wonwoo lalu memasuki bangunan kayu dengan minim pencahayaan.

"Apa maksud pertanyaanmu tadi?"

Wonwoo mengernyit. "Kau tidak tau?"

"Apa?"

"Banyak kasus dengan mayat-mayat yang ternyata belum mati."

Mingyu dan Wonwoo kembali menyusuri bangunan itu dengan membawa senter kecilnya masing-masing.

Deaths; SEVENTEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang