Gema petasan mengisi telinga. Dari balkon kamar terlihat anak-anak kecil bersama remaja lainnya asyik memukul bedug bergantian sambil mengumandangkan takbir. Perempuan itu tersenyum kecil melihat pemandangan yang memenuhi indra penglihatannya. Pun angin yang berkesiur menyapa wajahnya sopan.
“Sal,” Suara lain menyapa. Mengusap punggung belakang ramah. “Dari awal ramadhan, Ibu belum liat Naga datang ke rumah lagi. Kamu nggak lagi berantem, 'kan?”
Perempuan itu tersenyum getir. “Nggak, Bu. Nggak lagi berantem kok. Naga lagi pengen istirahat, katanya.”
Ibu tersenyum mendengar jawaban dari anak perempuannya. Ikut duduk dan menatap lurus ke depan. “Pasangan kita itu manusia, yang nggak pernah bisa kita tebak ke mana arah pikiran dan hatinya. Jadi versi yang paling terbaik untuk diri kita udah lebih dari cukup. Tapi, kangen dan sedih juga manusiawi. Nggak ada salahnya kalau kita ngelakuin itu. Asal nggak berlarut-larut,” jelasnya masih mengusap punggung belakang anak perempuannya. Mentransfer energi baik berharap suasana hati sang putri ikut membaik. “Ibu turun, ya. Mau nemenin Ayah sama adik kamu di bawah. Nanti kamu turun juga, ya Kak?”
“Iya, Bu.”
Ibu mengangguk, beranjak dari sisi anak perempuannya. Berjalan menjauh dan keluar dari kamar yang selalu rapih.
Perempuan itu mulai mengatur napas dan isi kepalanya yang sudah terlampau jauh bercabang ke mana-mana. Hatinya tersentil mengingat kalimat dari sang Ibu. Dia menarik napas pelan, ikut beranjak dari balkon kamar— meninggalkan keramaian di depan.
Dia tersenyum kecil melihat potret dirinya bersama pria yang dipanggil, Naga— yang sengaja ditempel di meja kerjanya. “Ga, selamat untuk hari jadi kita yang ke sekian kalinya. Mudah-mudahan, kamu nggak lupa. Aku juga selalu berdoa, semoga kamu di sana selalu baik-baik aja dan sehat,” ucapnya sambil mengusap wajah pria itu. Kemudian, dia meraih boneka kecil berwarna cokelat yang terduduk di pinggir meja. Diletakkan bersisian dengan foto tadi. “Kamu tau seberapa besar perasaan yang aku punya. Lekas bertemu, ya Ga.”
Lekas melepas rindu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seperti Tulang
Historia CortaCerita Pendek untuk Perasaan yang Tidak Ada Habisnya - dari Salwa. Tulisan ini dibuat untuk hatinya yang sedang bertumbuh, meski tidak lagi sempurna. copyright© Vira Nurhaliza, 2020.