Sesama Guru Baru

1.3K 1 0
                                    

Aku diterima kerja sebagai guru mathematics Primary (SD) kelas 1 dan kelas 4. Awalnya aku ragu juga sih, soalnya di kampus kami dipersiapkan untuk mengajar SMP atau SMA. Aku gak ada dasar teori bagaimana menghadapi anak anak usia SD. Kalau urusan materi pembelajaran sih gak ada masalah.
Tanda tangan kontrak di bulan mei dan baru mulai kerja di akhir juni, kalau gak salah tanggal 29. Hari pertama kerja ternyata murid belum masuk, hanya guru dan staff saja. Pagi di awali dengan rapat. Nah, di rapat itu aku secara resmi di kenalkan ke semua guru. Setelah rapat kantor disibukjan dengan pindahan, karena denah kantor di rubah. Aku mendapat meja di deretan pertama dekat pintu. Aku duduk di urutan kedua di deret ini. Di depanku dua orang guru cewek yang masih muda. Mereka berdua guru seni. Meja di sampingku kosong dan di belakangku ada rak buku. Jadi deret kami hanya di isi 3 orang guru saja.
Cerita punya cerita, ternyata aku bukan satu satunya guru baru yg direkrut. Ada guru bahasa inggris dan guru olahraga baru. Mereka di rekrut lebih awal sehingga sempat di perkenalkan ke rekan sekantor sebelum libur akhir semester.
Guru bahasa inggria baru ini cewek, satu tahun lebih muda dariku. Baik, cantuk dan nampaknya sih pintar banget. Aksen dia ajaloh, british abis. Kalau aja aku doyan cewek, dan gua embat nih. Guru olahraga baru ini udah dewasa, mungkin 27 atau 28 tahun umurnya. Orangnya tinggi besar. Kulitnya gelap dan agak buncit. Tampangnya macho abis lah pokoknya. Ini nih yang bikin aku ngiler banget. Walaupun dia masih lajang pasti enak banget di peluk dia, serasa di peluk gadun kali yak, ahahaha.
Kebiasaanku kalau jumpa orang baru ya gini, langsung menilai fisik sampek dalam dalam nya. Dia ini, sebut saja namanya Wira, tipikal cowok normal banget. Setiap bicara bawaannya bahas cewek melulu. Tapi gaya nya itu loh yg macho agak cuek bikin aku gak tahan. Bibirnya yg tebal trus hitam karena banyak merokok, bikin aku pingin jilati.
Sering aku bayangin peluk dia dari belakan. Menyandarkan kepalaku di bahunya dan tanganku melingkar di atas perutnya yang agak buncit. Trus tanganku merosot deh sambil mengelus selangkangannya. Hehehe.
Bicara tentang selangkangannya, kayaknya pistol dia kecil deh. Soalnya dari pengamatan ku yang telah ku lakukan ratusan kali, tonjolah di selangkangan gak terlalu besar. Padahal dengan badan yg besar kayak raksasa gitu, aku sih berharap kontol kuda yg ada di selangkangannya. Tapi gak tau juga ya, soalnya belum pernah lihat langsung. Atau emang kecil waktu tidur aja, kalau udah dibagunkan baru deh menampakkan keperkasaannya.
Dari cerita yang terdengar, dia sih udah punya pacar. Gak heran sih, dia kayaknya tipe yang player nih. Jelas aja dia punya pacar, masih aja mau godain temen sekantor yang masih gadis. Malah yang digodain agak pemalu pulak. Kadang kalau dia lagi godain kakak itu dan temen sekantor ikut bantu men-cie-kan, aku berhayal jd kakak yang di godain itu. Kayaknya aku juga bakal malu-malu gitu di godain cowok semacho dia. Aku juga kadang iri sama pacarnya yg aku gak kenal sama sekali. Gimana enggak, waktu kami para guru cowok lagi kumpul, cerita dia gak jauh dari sex. Aku bayangin kalau aku jadi ceweknya dan dia mulai mancing ke arah-arah sex, pasti dia langsung aku terkam. Langsung aja aku ngangkan menyerahkan kenikmatanku untuk direnggut kontolnya.
Pernah suatu ketika kantor lagi sepi dan kerjaan ku juga udah pada beres. Aku lagi capek jadi pingin baring ke UKS yg letaknya di pojok kantor. Antara UKS dan kantor hanya dibatasi dinding kaca yang buram. Kaca buram itu hanya setinggi leher, dan lebihnya hanya kaca biasa. Aku buka UKS dan dia sedang baring di salah satu ranjang. Ada dua ranjang kecil di UKS. Dia berbaring mengahadap ke dinding. Walau ragu akhirnya aku masuk juga. Ku lepas sepatu dan langsung berbaring di ranjang yang kosong. Aku dengar hembusan napasnya yg teratur. Kayaknya sih di nyenyak. Dari tempat ku berbaring, aku hanya bisa memandang punggungnya. Bahunya yg lebar naik turun seturut napasnya. Aku pandang pinggangnya yang lebih kecil, turun ke bokongnya yang berisi. Dari balik celana training nya tercetak jelas tali kolornya. Pikiranku sudah mulai melayang kemana-mana, seandainya aku bisa berbaring di pelukannya bersembunyi di dadanya yang kekar. Memandang wajah lelapnya, wajah yang akan selalu dilihat pagi hari oleh pasangan hidupnya. Shit, ada rasa ada yang menegang dibawahku. Aku putar badanku menghadap arah yang lain. Duh, celana kantirku slim-fit semua jadi tersiksa kalau tegang.
Aku putuskan untuk bangkit keluar dr UKS menenteng sepatu.
"Kok keluar Vi?"
"Iya kak, ada Mr. Wira di dalam, jd gak bisa tidur aku, ngoreksi aja deh." Kataku beralasan.
Belakangan aku sadar kalau rasa suka ku ke Wira ini hanya lah kagum dengan fisiknya yang emang kekar ala ala guru olahraga. Rasa suka ini pun tak bertahan lama, makin kesini aku makin ilfil sama dia yg ternyata kasar mulutnya. Trus sifatnya yg pemalas dan selalu menghindar kalau ada kerjaan. Tapi kalau dia butuh bantuan memanjakan kontol nya, aku sih siap siaga, kalau untuk sekedar ngemut aja. Tapi kalau kasih keperawananku sih ogah.

DIARY SANG GAYWhere stories live. Discover now