Dua

9 1 0
                                    

Then the sun upleapt in might and in power,

And the worlds woke to hail the hour,

"Konnichiwa!" 

Dahi Samatoki mendadak mengerut mendengar seruan wanita itu dari pintu depan.

Cih, dia datang lagi. Gerutunya.

Belakangan ini Shoko, si gadis biola Yokohama Koen, hampir setiap hari bertandang ke kediaman Aohitsugi. Alasannya macam-macam. Mulai dari ingin belajar bersama Nemu, mengerjakan tugas bersama Nemu, ingin menghabiskan akhir pekan bersama Nemu, dan alasan-alasan lain yang semakin tidak masuk akal bagi Samatoki.

Nemu, adik perempuan Samatoki, dan Shoko memang teman sekelas yang cukup dekat. Tapi seingat Nemu mereka tidak sedekat itu. Setidaknya hingga sebulan yang lalu, sebelum Shoko tahu bahwa Samatoki adalah kakak Nemu.

Hari itu Shoko tidak sengaja bertemu Nemu disebuah resital amal, tepat seminggu sejak pertemuan pertama Samatoki dan dirinya di Yokohama Koen. Shoko datang sebagai violis yang akan tampil pada resital tersebut sedangkan Nemu datang mendampingi kakaknya si 'penguasa Yokohama'. 

Shoko dan Samatoki sama-sama terkejut mengetahui bahwa mereka berdua mengenal Nemu. Lebih-lebih Shoko. Ia tidak pernah menyangka bahwa pria yang Ia temui di taman hari itu adalah kakak kandung dari Nemu, teman sekelasnya. Sejak saat itulah Shoko mulai menginvasi kediaman Aohitsugi sebagai 'rumah keduanya'.

"Tunggu sebentar!" seru Nemu dari balik pintu.

Nemu tidak pernah keberatan dengan Shoko yang hampir setiap hari datang kerumahnya. Bahkan sebenarnya dia cukup senang. Dia suka mendengarkan cerita-cerita Shoko tentang berbagai hal, begitu juga dengan keluh kesah Shoko yang selalu terdengar lucu bagi Nemu dan yang paling penting, Nemu sangat suka mendengarkan permainan biola Shoko.

Ya. Shoko memang sering memberikan pertunjukkan gratis untuk Nemu.

Nemu juga sangat senang tiap kali Shoko meminta pendapatnya tentang permainan biolanya. Apakah permainannya sudah bagus. Apakah lagu yang dia pilih untuk sebuah kompetisi atau acara sudah sesuai dengan temanya dan berbagai pertanyaan lain yang sebenarnya Nemu tahu bahwa jawabannya tidak banyak membantu perkembangan musik Shoko. Meski begitu, Shoko tetap bersikeras menghujani Nemu dengan pertanyaan-pertanyaan serupa tiap kali Ia membutuhkannya.

"Kakakmu ada?" tanya Shoko begitu pintu dihadapannya terbuka. Nemu mengangguk. 

"Dimana? Di ruang kerjanya? Ada yang ingin kusampaikan padanya"

 Nemu kembali mengangguk. Matanya melebar. Tidak biasanya dia mencari nii-san.

Shoko  membalas wajah bingung Nemu dengan senyum tipis. 

"Ojamashimasu!" serunya sambil menerobos masuk.

Nemu mematung didepan pintu, mengamati Shoko yang bergerak menuju ruang kerja Samatoki. 

Shoko berhenti sejenak di depan pintu ruang kerja Samatoki yang terbuka lebar. Dikepalnya erat-erat kedua tangannya, menarik nafas panjang sebelum akhirnya masuk ke dalam dan membanting pintu dibelakangnya.

Samatoki tidak mengalihkan pandangannya dari tumpukan kertas dihadapannya. Ia hanya melirik sedikit, memastikan sosok yang kini berdiri di depan meja kerjanya.

"Samatoki-san berkencanlah denganku!" ujarnya setengah berteriak. Kedua matanya terpejam dan wajahnya merah padam.

Samatoki meremas pena ditangannya. Kerutan ditengah kedua alisnya terlihat menebal dan mulutnya menganga.  Ia terdiam. Tak tahu harus bereaksi bagaimana.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 26, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Salut d'AmourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang