Awal

4 2 0
                                    

Bersama tapi begitu sepi, itu yang dirasakan Aistya. Kini ia akan melanjutkan dunia dewasanya tanpa kedua orangtuanya. Yang ia sebut sebagai malaikat tak bersayap. Aistya mencoba untuk tegar menghadapi kenyataan pahit ini. Aistya paham, semua yang hidup akan merasakan mati.

Hari ini, tepat bertambahnya usia Aistya. Ibu Aistya meninggal dunia. Aistya mencoba untuk tak cenggeng di depan para pelayat termasuk sahabatnya. Namun, bagaimanapun air mata itu tak bisa dibendung Aistya. Bercucuran begitu derasnya dan tak ada sepatah kata pun keluar darinya. Hanya isak tangisnya yang terdengar.

Azzahra mencoba untuk menenangkan Aistya. Azzahra tau bahwa Aistya orang yang amat tangguh menghadapi suatu hal. Azzahra memberi semangat Aistya dengan menepuk bahunya. Aistya pun tersenyum, menghapus air matanya, ia tak ingin kesedihannya dilihat banyak orang.

Kemudian Alian dan Lina datang mengucapkan rasa duka citanya kepada Aistya. Aistya pun membalasnya dengan senyuman dan menahan air mata yang sebenarnya ingin segera keluar dari pelupuk matanya.

Alian begitu tahu bagaimana Aistya, karena dia sudah lama bersahabat. Alian tak banyak bicara, ia hanya men-support Aistya dengan kata sabar. Dan Lina setelah turun dari mobil tadi, Lina masih nangis sesengukan.

Pukul 12.00 WIB, jenazah Ibu Aistya akan segera dimakamkan, setelah di mandikan, di kafani, dan di sholatkan. Sebagian pelayat membopong keranda itu. Justru tangis Lina pun semakin menjadi jadi. Aistya memeluk erat Lina, dan mereka menuju ke tempat pemakaman umum. Aistya berjalan sambil memeluk foto ibunya, yang ia kemas rapi di frame. Dan sesekali ia mencium foto itu.

Tak lama, sekitar 30 menit. Dan prosesi pemakaman ibu Aistya selesai. Semua pelayat meninggalkan tempat pemakaman ibu Aistya. Dan tinggal Aistya, Azzahra, Lina, dan Alian. Aistya mengelus batu nisan ibunya, dan tanpa sadar air matanya mengucur deras. Azzahra mencoba menenangkan Aistya. Dan Alian, ia hanya diam melihat keadaan itu, karena ia yakin Aistya bisa mengontrol dirinya. Setelah berpesan dan berpamitan kepada almarhumah ibunya, Aistya dan sahabat - sahabatnya pulang.

"Satu tarikan napas adalah waktu yang singkat, gunakan sebaik-baiknya. Karena kita tak tau kapan kita pulang"~AZ

Sesampainya dirumah Aistya merasa tubuhnya lemas, tiba-tiba ia pingsan. Lina pun panik,

"Tolong... Tolong... Tolong... "

Alian dan Azzahra pun lari ke sumber suara.

"Loh, Kak Aistya kenapa, kak?"

"Iya Lin, Aistya kenapa? "

"Tadi, aku mau anterin dia ke kamar, biar istirahat gitu. Terus tiba-tiba pingsan"

"Yaudah, kita bawa ke dokter aja yuk."

"Iya kak, ayo, cepetan. "

Zahra, begitu panik, karena ia takut akan keadaan kakaknya. Alian dan Lina begitu cemas.

Sesampainya di rumah sakit, Alian yang begitu pendiam, sesaat ia gercep untuk bertindak. Zahra pun berteriak.

"Suster... Dokter... Tolong kakak saya. "

Lina berusaha menenagkan Zahra, yang begitu cemas. Tak lama seorang suster datang sambil mendorong kursi roda. Aistya pun di bawa ke ruang UGD. Lina, Azzahra, dan Alian menunggu di luar, dan berdoa agar semuanya baik - baik saja.

15 menit kemudian, dokter keluar dari ruang UGD. Alian pun, menanyakan kepada dokter apa yang terjadi pada Aistya.

"Dok, bagaimana keadaan Aistya? "

"Aistya, tidak apa-apa, ia hanya kecapean, sementara harus di rawat inap dulu, agar kami bisa memantaau keadaannya. "

"Syukurlah, baik dok, lakukan yang terbaik, agar sahabat saya cepat sembuh. "

Lina dan Zahra tenang mendengar kabar baik itu dari sang dokter.

"Alhamdulillah, Kak Aistya ngakapa-apa. "

"Iya. "

Dan mereka diizinkan untuk masuk menengok Aistya.

"Aistya"

"Eh, kalian, makasih ya udah bawa aku kesini. Tapi, tadi aku kenapa ya? "

"Iya sama-sama Is, tadi kanu itu pingsan, katanya dokter sih kamu kecapean. Banyakin istirahat aja ya Is. "

"Iya tu kak, kakak jangan banyak pikiran dulu, anggep aja ini refreshing, hehe. "

"Kamu ini bisa aja Ra, kakak udah enakan kok ini"

"Iya Is, bener kata Lina sama Zahra kamu harus banyak istirahat. "

"Duh, makasih ya, aku udah ngerepotin kalian. "

"Ngakapa kali Is, santai aja. "

Aistya merasa begitu bahagia, karena masih ada orang yang menghiburnya.

"Jika aku sendiri, mungkin saat aku terjatuh akan sulit untuk berdiri"~AZ

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 26, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kipas RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang