part 1

125 18 153
                                    

Malam ini, angin berhembus kencang bukan.? Dan bulan sedang temaram, padahal tidak ada awan gelap tandanya hujan akan turun.malam ini langit terasa hampa, seakan tak punya kehidupan. Kemana bintang yang biasanya mengusik ketenangan bulan?. Dan kemana bulan yang sinarnya meredup karna sinar bintang bintang?. 

Tak taukah mereka..? Aku sedang butuh pelipur antara keputusan saat ini, hei! Aku butuh sinar kalian, setidaknya untuk pengalihan kebingbangan hati.

Aku disini di apartnya, orang yang kucintai dengan hidupku. Bantu aku tolong!. Aku butuh pelipur lara dikala kacaunya perang batin saat ini.

Aku sudah mengambil keputusan, karna itu aku berada disini dengannya. Aku tak tau keputusan ini akan membuat kehidupan ku kedepannya seperti apa?

So, selamat menikmati kisah hidupku. Aku hanya menceritakan kisahku. Bantu aku menjalani semua ini, lewat nasehat bijak pikiran kalian.

"sayang sini" dia Rendy Verdian anak tunggal dari keluarga Verdian keturunan konglomerat. aku menyukainya dari kelas sepuluh semester dua. sama seperti yang lain aku menyukainya karna pesonanya yang tak bisa ditolak. aku berani sumpah tak ada seorang gadis pun yang bisa menolak pesonanya.

" ya.."aku berjalan dengan gugup kearahnya menuju ranjang king size miliknya. Melakukan hal yang tak seharusnya dilakukan bagi pasangan yang belum menikah, gemetar tubuh terlihat sangat jelas.

"duduk di pangkuan gua! ngangkang!" baru saja aku duduk disisi kasur tepat disampingnya, mendengar nada tegas suaranya dengan reflek aku langsung berdiri. Menghilangkan sejenak malu aku duduk ngangkang berhadapan dengannya.

oh demi otak patrick yang sebesar biji kacang, dia mengelus puncak kepalaku dan tersenyum padaku. " good girl." Meski senyumannya terkesan nakal, tapi, oh tuhan! tampan sekali mahkluk mu ini.

sebulan yang lalu kita resmi menjadi sepasang kekasih tepatnya saat aku kenaikan kelas sebelas . Entah apa yang terjadi  dia melirikku menginginkan aku jadi miliknya. seminggu setelahnya dia mengatakan menginginkan aku sepenuhnya, Dan dengan kebodohan cinta aku setuju.

Aku tak bisa menolaknya seakan dia punya sihir tersendiri untuk menaklukan lawannya. Sampai sekarang aku masih tak percaya bahwa dia menjadi kekasihku, bagaimana tidak dilihat dari segi manapun aku tak cocok dengannya, kecuali otak ku yang bisa diandalkan. Aku miskin, jelek, hitam, nerd...

atau.... mungkin ini bentuk kasih sayang tuhan padaku.?

"sekarang ayo olahraga"aku mengangguk saja. diam saat dia menelanjangiku menjatuhkan ku dibawah kuasanya, mencumbuku semaunya. Layaknya robot aku mematuhi segala perintahnya. Aku tau ini salah, kusampingkan sejenak itu.
Oh seperti ini saat dia menekan sisi sensitifku aku terbuai nikmat sekali.

"oh....tara..arrggghh." ada kepuasan yang tak bisa ku utarakan saat dia mengerang puas sambil menyebut namaku, seperti sekarang ini. aku sungguh bahagia saat dia seakan tak pernah puas dengan tubuhku. meski saat dia selesai aku terlebih dahulu menyapa kegelapan, atau aku sudah terkulai lemas
but, Aku sungguh bahagia!.

"kak...ah.. aku  harap tak akan menyesal...ahkk..." selalu kata itu yang kulontarkan sebelum aku masuk dalam kegelapan. Itu bukan aku sungguh! aku tak sadar saat mengucapkannya, mungkinkah itu hati kecilku yang coba ku buang.

06:15 WIB

selalu saja seperti ini. saat aku terbangun dia sudah menghilang, aku sendiri dibawah selimut tampa benang ditubuh.Sudahlah aku harus cepat-cepat bersiap ke sekolah.

dikamar mandi kuperhatikan lamat lamat tubuhku yang dipenuhi bercak merah. Aku sempat berfikiran, mungkinkah aku sama seperti pelacur?

aku keluar dari kamar mandi hanya dengan haduk, dengan pikiran yang masih dipemuhi spestakulasi tentang diri. " ah sudahlah!," mengambil seragamku yang kemarin. tampa dicuci dan aku terpaksa memakainya kembali. toh ada parfum kak Rendy disini, jadi seragamku bakalan tetap harum.

disekolah seperti sebelum sebelumnya mereka pada acuh padaku seakan aku tak ada .  hanya saat tugas saja mereka melihatku, maklum otak aku kan pintar jadi sering dimanfaatin.~

"..dim.. aku mau duduk..?" dia dimas teman sebangku, tampan, tapi sayang dia dingin banget. duduk sama dia kayak duduk di lemari es, dingin banget sumpah! kalo gak percaya sini tukeran tempat duduk ama aku. kayak sekarang, aku kode mau duduk tapi, karna dia duduk disamping aku jadi aku harus izin dulu. cuman geser dikit aja tampa liat gua, tampa ngangguk, cuman gitu. auranya astagah..~

"pinjem penggaris..?" itu Dimmas yang ngomong atau aku salah denger. diliat Dimas lagi asik kerjain tugas, fix aku salah denger. dirumah aku harus bersihin telinga.

"pinjem penggaris?" nada perintah disertai aura dingin aku yakin itu dimas yang bicara. tapi, dia bicara sama aku atau sama siapa sih?

ok. aku tanya dari pada kayak orang linglung.
"mmm.. kamu tanya sama aku." dan karna gak ada jawaban, aku anggap jawabannya iya. pelan pelan aku geser penggaris kearahnya. buru buru aku liat buku sok sibuk ngerjain tugas padahal lagi nunggu reaksinya~

penggarisnya Dimas ambil, fwuh syukurlah ternyata Dimas beneran ngomong sama aku "thank's." Tadi malam aku mimpi apa sampe Dimas bilang makasih sambil liat aku!

"astaga!."saking khusu'nya aku bengong, sampe gak sadar kalo Dimas liatin aku makin intens.Mana aku gak sempet make up lagi. Reflek aku mundur dan gak sengaja ninggiin suara, dan yeag! sekarang jadi pusat perhatian.

oh! Pattrick yang otaknya sekecil hama, aku malu bangettt....sekarang..
atas nama kesopanan. aku berdiri dari kursi dan mengucapkan maaf atas ketenangan yang baru saja ku rusak "Maaf kan saya pak, ~"

BROKEN!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang