Gadis itu mengehela nafas pelan. Entah seperti apa nanti kehidupannya. Namun ia yakin,setelah hari ini hidupnya tidak akan baik-baik saja. Setelah ia diklaim salah satu murid satu angkatan sebagai kekasihnya.
Gadis itu berjalan dengan langkah gontai menuju parkiran. Dilihatnya parkiran sekolah yang sepi. Hanya ada beberapa kendaraan disana. Kemudian ia melanjutkan langkahnya menuju parkiran. Tepat di depan pintu mobilnya ia melihat ban mobilnya kempes.Entahlah,mungkin ia tak sengaja menginjak paku di jalan.Masih beruntung ia selamat sampai sekolah.
Kemudian ia mengotak-atik ponselnya. Mengirimkan pesan kepada seseorang. Lalu ia berjalan menuju gerbang sekolah. Nasib baik tak berpihak padanya. Tak ada satupun kendaraan umum yang bisa ia naiki untuk mengantarkannya pulang.
Dengan langkah berat. Ia mulai melangkah menjauh dari gerbang sekolah. Ia mengangkat pandangannya kedepan. Melihat seseorang yang telah mengubah hidupnya.
Ia melihat seseorang yang sangat ia hindari itu berjalan mendekat. Ingin sekali ia lari sejauh mungkin agar tidak berhadapan dengannya. Namun yang ia lakukan hanya diam memandangi orang itu yang semakin mendekat.
Tepat dihadapannya. Ia mengangkat tangan kanannya. Kemudian....
Plak
Ia menampar laki-laki tampan dihadapannya ini seolah melampiaskan emosi yang ia pendam hari ini.
"Maaf." ucap laki-laki tersebut sambil menatap wajah cantik dihadapannya.
"Kenapa?" tanya gadis itu tenang.Namun,sedetik kemudian cairan bening yang sudah ia tahan sedari tadi lolos begitu saja.
Laki-laki itupun semakin merasa bersalah. Ia melakukan ini bukan tanpa alasan. Ia ingin melindungi gadis di hadapannya yang sekarang berstatus sebagai kekasihnya. Tak tinggal diam, ia maju satu langkah. Mempersempit jarak dan memeluk perempuan dihadapannya. Membuat si empu semakin terisak.
"Maafin gue.Keisha Nayara."
***
"Itu tuh Ra!! Udah ditunggu pangeran di depan." ucap Ania.
"Biarin! Siapa suruh nunggu." balas Keira acuh.
"Mau sampai kapan sih lo gituin dia?" tanya Ania geram.
Keira mengehela nafas pelan. "Sampe dia mutusin gue. Udah ah gue cabut." jawab Keira kemudian berjalan ke luar kelas. Baru saja satu langkah dari pintu kelas seseorang mencekal tangannya.
"Mau kemana?" tanya cowok yang mencekal tangan Keira.
"Bukan urusan lo." jawab Keira dingin dan menghempaskan tangan cowok itu kasar. Cowok itu tersenyum miring.
"Pulang sama gue! Nggak ada penolakan." titah cowok tersebut kemudian ia menautkan jarinya dengan jari Keira dan menggenggamnya erat.
Sesampainya di mobil. Tak ada yang membuka suara. Keira yang merasa canggung itupun akhirnya memulai pembicaraan.
"Lo tau rumah gue?" tanya Keira sambil menatap lurus ke depan.
"Lo lupa ya kalo gue pernah nganterin lo pulang?" tanya balik laki-laki itu. Iya,setelah adegan drama korea di dekat gerbang sekolah, laki-laki ini memang mengantar Keira pulang.
"Nggak penting buat diingat." jawab Keira ketus.
Kemudian mobil yang mereka tumpangi melesat membelah jalanan Ibu Kota.Sesampainya di depan rumah Keira. Keira membuka pintu mobil namun lagi-lagi tangan Keira tercekal oleh seseorang di sampingnya.
"Benci aku sebesar aku mencintai kamu." ucap laki-laki tersebut.
Keira mengurungkan niatnya untuk membuka pintu. Ia menoleh dan menatap lekat laki-laki tampan disampingnya.
"Gue nggak mau benci lo. Karena benci dan cinta itu. Beda tipis." balas Keira kemudian melenggang pergi meninggalkan laki-laki tersebut tanpa mengucapkan terima kasih karena telah mengantarkannya pulang.
Laki-laki itu menghela nafas pelan. Kemudian tersenyum."Kenapa gue jadi bucin gini?" Pikirnya.
***
"Pulang sama siapa Sha? Kok nggak diajak mampir?" tanya Mama Keira yang sedang berkutat di dapur.
"Sama temen Ma. Keisha ke kekamar dulu." jawab Keira kemudian berjalan menaiki tangga menuju kamarnya.
"Jangan lupa makan siang!" Teriak Mama Keira dari bawah.
Keira tak menanggapinya,kemudian ia membanting tubuhnya dikasur empuk favoritnya. Entah kenapa ia jadi memikirkan perkataan laki-laki yang telah mengklaim dirinya sebagai kekasih.
"Gimana mau cinta? Kenal aja nggak." Gumamnya.Terlalu larut dalam pikirannya. Nafas Keira mulai teratur. Pertanda ia sudah menjelajahi alam mimpinya.
Tbc