[15] Hate to Admit

299 39 17
                                    


Han Jisung berdiri di atas bebatuan tinggi itu. Percik deburan air asin itu menghantam wajahnya. Kedua mata indahnya terpejam menikmati sapaan angin.

Jauh di bawah sana Jisung lihat ombak saling beradu dengan kokohnya karang. Jauh di depan sana ia lihat pemandangan laut yang tak berujung. Jauh di dalam lubuk hatinya Ia masih sulit menerima.

"Satu tahun berlalu dan aku masih dalam pilu."

Waktu berlalu cepat dan semuanya berubah dalam sekejap.

Han Jisung berubah. Hilang sudah si manis yang dulunya secerah sang fajar. Luntur sudah tawanya terkikis oleh kesedihan. Lenyap sudah bahagianya ditelan duka.

Namun ada satu hal yang tak lekang dari pribadi Jisung. Cinta untuk Hyunjinnya.

Walau raga sudah tak dapat lagi bisa bersambut. Bahkan Jisung pun tak tahu kemana raga itu berpulang. Namun cinta itu masih tetap untuk Hyunjinnya.

Tangan mungilnya menggenggam erat sebuah pesawat kertas buatannya. Mendekap erat tepat di dadanya. Kedua mata itu terpejam erat. Menyampaikan isi hatinya.

Pesawat kertas itu diterbangkannya. Terbang dibawa angin membawa satu pesan dari hatinya. Semakin tinggi pesawat itu terbang, semakin meluruh tubuh rapuhnya itu jatuh.







Han Jisung benci kepada angin
Angin yang membawanya menari dalam tawa semu, serta Angin yang menghempas bahagianya dalam sendu. Angin yang membawa cintanya terbang terlalu tinggi hingga takkan pernah kembali.

Namun pada angin pula ia berbisik

"Tolong bawa dia kembali..."








end.

PAPER PLANE Where stories live. Discover now