MIYU-1

19 3 0
                                    

🌸🌸🌸

Kringgggggg........

GUBRAAKKKK!

"ANJI-..."

"Mau bilang apa? Ayo terusin, Mama mau denger."

Potong wanita paruh baya yang masih terlihat cantik diusianya yang telah menginjak kepala empat . Sambil bersedekap tangan, ia melihat putrinya yang terjatuh dari ranjang.

Seingat Dinda saat melahirkan, ia mengucap Bismillah terlebih dahulu, tapi entah mengapa yang keluar seperti ini bentukannya. Berbeda dengan sang kakak yang sifatnya lebih tenang, dewasa, dan sedikit manja padanya.

Anak gadisnya itu lebih urakan, nyeleneh, dan suka bikin rusuh. Jadi bingung, menurun dari siapa anaknya ini? Gak mungkinkan anak tetangga? Orang Dinda yang sudah mengandungnya selama 9 bulan bahkan lebih, lewat dari perkiraan dokter. Atau karena itu?

Sudah abaikan saja...

"Mama heran ya? Waktu tujuh hari kamu lahir Mama adain akikahan, sembelih kambing. Persis kaya yang dilakuin orang diluar sana, kok wujud nya kayak gini?"

"Ihh MAMAAAA...ini pantat aku sakit abis jatoh, malah mikirin kambing akikahan." Rengek gadis itu yang masih duduk diatas lantai sambil mengelus bokongnya.

"Biarin, biar tau rasa." Ucap Dinda masih menyilangkan kedua tangan didepan dada.

"Nanti kalo pantat aku tepos gimana? Gak ada yang mau sama aku dong." Sembari memasang muka sedih, gadis itu mulai berdiri dan mengambil jam sialan yang telah merusak mimpi indahnya bersama Jimin BTS.

"Emang ada yang mau sama modelan preman gang buntu kaya kamu?" Dinda tersenyum melihat anaknya yang terlihat kesal.

Dinda mencari handuk putih, yang ternyata berada diatas ranjang. Kemudian melemparnya tepat di muka anak gadisnya.

"Cepetan mandi."

"Ihh MAMAAAAAAA....." Rengeknya manja

"APA YANG MAMA LAKUIN KE AKU ITU-...J.A.H.A.T." Ujarnya mendramatisir, menirukan adegan film kenamaan yang diperankan oleh Dian Sastrowardoyo.

"Mama tunggu dibawah, dalam 10 menit kamu gak turun si Blacky Mama jual di pasar Kliwon." Setelah itu Dinda melenggang pergi dari kamar sang anak.

"Mama gak asik, main ngacemnya si Blacky." Ucap gadis itu memelas. Fyi, Blacky itu motor Scoopy hitam kesayangan anak gadisnya.

Ia mulai duduk diatas ranjang, dengan handuk dipundak, seraya melihat lekat pada jam weker putih ditangannya. Kenapa tiba - tiba ada jam ini?

"Siapa sih yang naroh lu disini, berisik tau gak lu. Ganggu aja haneymoon gue sama babang Jimin di Roma. Padahal bentar lagi punya anak dah tuh."

"Gak ada akhlak luu."

Praakkk....

Gadis itu membanting jam tersebut entah kemana, yang penting ia tak melihatnya lagi.

"KAY,..BURUAN MANDI." Ajnay, gadis itu tak sadar jika sang Mama belum benar - benar pergi.

"IYA MAMAKU YANG CANTIK." Balas Kay tak kalah kencang dari teriakan sang Mama.

Dinda yang masih berada di tengah tangga, berhenti sejenak. Sembari mengibaskan rambut hitam panjangnya ia menyahuti sang anak.

"Dari Mama muda dulu emang udah cantik kali, kemana aja kamu?" Ucap Mamanya pd tingkat 4G.

Didalam kamar Kay mendengus setelah mendengar jawaban Mamanya. 'Ya Allah ampunilah aku, anaknya ini', batin Kay dalam hati. Setidaknya ia tak berani berkata langsung, bisa mati kelaparan dia karena uang bulanan yang gak bakalan cair. Dari dalam kamar gadis itu tersenyum jail.

"MAMA.." Teriak Kay

"Apa lagi Kay?" Jawab Dinda jengah, tidak tau apa dia Mamanya ini harus masak buat sarapan.

"Kay tau kenapa Kay bisa jadi kaya gini."

"KARENA WAKTU AKIKAHAN MAMA KURANG NGASIH ISI AMPLOPNYA BUAT PAK USTAD." Lanjutnya seraya berlari ke kamar mandi menghindar dari amukan sang Mama.

Dan benar saja setelah puas tertawa dibalik pintu kamar mandi, ia mulai menghitung,

1.....2.....3......

"MIKHAILA ZEVANYAAAAAAA....."

"Kenapa Ma? Kenapa teriak - teriak?" Suara bas itu muncul dari belakang Dinda. Pria dengan perawakan tinggi, putih, rambut cepak, dan jangan lupakan bulu - bulu halus yang menghiasi rahang tegasnya.

Kalo kata author, auto mancing buat dibelai (Author kurang belaian, Dasar)

Pria yang berdiri ditengah pintu kamarnya memandang sang Mama khawatir. Gimana nggak? Orang dia yang lagi asik mandi sampe tutup kuping denger Mamanya teriak kenceng banget.

"Biasa ade-...." Ucapan Dinda terputus setelah sadar akan apa yang dipakai putranya itu.

"ASWIN ARYASATYA...." Teriak Mamanya kencang, tak kalah kencang dari teriakan pertama untuk Kay.

"Kamu mau Mama jantungan Bang?" Tanya Dinda pada Aswin sembari menatapnya nyalang.

"Ya enggak lah Ma? Emang kenapa sih?" Tanya Aswin bingung

"Kamu nggak malu apa? Cuma pakek handuk didepan Mama?" Ya, itulah sebab mengapa Dinda berteriak, putranya itu dengan seenak jidat hanya memakai handuk yang menutupi bawah pusar hingga dengkul. Gimana gak mau pingsan?

Emang gila semua, nih keluarga.

"Kenapa malu Mah? Toh Mama sendiri yang liat, bukan orang lain apalagi tetangga. Bahkan dulu kan Mama yang mandiin Abang pas kecil, udah biasa dong berarti?" Ucapnya tanpa rasa bersalah ataupun malu pada Mamanya.

"Itu dulu Abang, beda sama sekarang?" Jawab Dinda dengan jengkel

"Apa yang beda Mah?" Aswin tersenyum jail pada sang Mama, yang langsung dihadiahi pelototan menusuk, tajam, setajam silet. Ehh;-)...

"Mama potong ya?" Ucap Mamanya mengerikan, seraya memperagakan jari telunjuk dan tengah menyerupai gunting.

Aswin meneguk salivanya dengan susah payah, 'Gawat harus gue selamatin nih masa depan', ucapnya dalam hati dengan tangan yang sudah bersiap menyelamatkan masa depannya itu.

"AMPUN MAH, ASWIN BELUM NIKAH" Dengan kecepatan sepersekian detik, ia sudah melesat pergi dari hadapan sang Mama. Buru - buru ia masuk kamar dan menutup pintu.

"Sabar - sabar, punya anak dua gesrek semua." Ujar Dinda menenangkan dirinya sendiri seraya mengusap dada.

" Ujar Dinda menenangkan dirinya sendiri seraya mengusap dada

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 09, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MIYU (Me & You)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang