Sejuta bintang bersinar di dalam gelapnya malam, menarik mata seakan tak ingin kehilangan. Seorang perempuan berambut pendek berdiri di depan jendela menatap langit dan berangan-angan bertemu seorang bunda yang tak pernah ia temui. “Hannah, Papa masuk ya?” tanya Papa, orang tua yang selalu sibuk dengan pekerjaannya dan tidak pernah ada waktu untuk anaknya.
“Iya, Pa. Maaf Hannah tidak mendengar Papa manggil tadi,” jawab Hannah yang heran melihat papa masuk kamarnya. “Ada apa, Pa? Tumben Papa ke kamar Hannah.”
“Papa ingin menemani Hannah tidur malam ini. Boleh kan?”
“Boleh-boleh Pa, Hannah senang sekali Papa bisa menyempatkan waktu ke kamar Hannah. Meskipun hanya sekarang,” sindir Hannah. “Oh iya Pa, besok Hannah wisuda. Papa masih ingat, kan?”
“Iya, Papa ingat kenapa?” tanya Papa.
“Besok Papa datang kan?” Papa membalasnya dengan senyuman. “Pa, Hannah ingin sekali, ketika lulus dari SMA Hannah bisa kuliah melalui SNMPTN.”
“Jika kamu bersunguh-sungguh pasti bisa. Papa selalu berdoa agar kelak kamu menjadi orang sukses dan tidak seperti Papa yang hanya peduli dengan harta. Papa tanya kamu, apa impian Hannah ketika dewasa nanti?”
“Hannah ingin sekali jadi dokter. Tapi, Hannah juga ingin jadi seorang fisikawan. Hannah bingung Pa.”
“Impian yang bagus Hannah. Apapun impianmu Papa akan mendukungmu selagi bermanfaat untuk dirimu dan orang lain juga. Papa pesan kepada Hannah, jangan pernah ada kata putus asa ketika ada kegagalan dalam impian. Justru kegagalan itu menjadi guru kita untuk terus mengejar impian.”
“Siap, Papa sayang.”
Papa Hannah berencana untuk pergi ke luar kota selama dua tahun untuk bisnis besar perusahaan. Sengaja rencana tersebut dirahasiakan dari Hannah. Pasti Hannah tidak akan mengizinkan, jika pergi malam ini. Pikir papa Hannah.
Tanpa berpamitan dan hanya menitipkan sebuah amplop yang berisi surat, uang, dan kartu ATM untuk Hannah. “Mbok ini titip buat Hannah. Saya minta tolong jaga Hannah dengan baik. Malam ini saya pergi ke luar kota karena ada rapat besar. Jadi, saya minta tolong juga ke mbok besok datang ke acara wisuda Hannah.”
“Iya, tuan,” kata si mbok. Pembantu Hannah sejak ia masih bayi.
Hannah, seorang perempuan keturunan Indonesia dan Jerman. Ia terlahir dari keluarga yang sangat berkecukupan. Papanya seorang pemilik perusahaan terbesar di Jakarta. Meskipun harta banyak, ia merasa kurang lengkap jika tak ada seorang bunda di sampingnya. Perhatian papa pada Hannah semakin berkurang ketika ia menginjak usia dewasa.***
Matahari belum terbit Hannah sudah pergi ke salon untuk make up wisuda. “Mbok, Hannah titip salam ke papa. Bilang ke papa, Hannah berangkat dulu,” kata Hannah terburu-buru.
“Iya, non,” jawab si mbok seakan tidak mengerti keadaan sesungguhnya.
Setelah make up selesai Hannah langsung pergi ke sekolah. Kesibukan pertama saat tiba di lokasi, Hannah mencari papanya. Ia mencari di setiap ruangan sekolah tapi hasilnya nihil. Kemudian ia pergi menunggu di depan pagar sekolah. Tak heran jika Hannah menunggu kedatangan Papanya dalam acara wisuda, di mana tak akan berulang ke dua kalinya pada masa SMA.
“Hannah, acara sudah dimulai masuk yuk!” ajak Dina. Teman paling dekat dengan Hannah.
“Iya, sebentar lagi aku masuk. Kamu ke sana dulu aja Din. Aku masih nunggu papa.”
Papa mana ya, apa dia lupa? Pikir Hannah dalam hati. Akhirnya ia terpaksa masuk ke dalam aula dengan perasaan sedih dan kecewa. Si mbok tak segan-segan datang ke wisuda Hannah. Ia paling mengerti perasaan Hannah dan menganggap seperti anaknya sendiri.
Nama Hannah terpanggil menjadi siswa terbaik nilai Ujian Nasional di bidang IPA. Bukan bahagia yang ia rasakan saat itu, tapi kesedihan yang mendalam hingga air mata menetes. Lebih berharga dengan hadirnya Papa di sini dari pada prestasi yang kuraih. Gumam Hannah dalam hati. Si mbok akhirnya, menghampiri Hannah ketika wali siswa dipanggil. Jika saja hari dapat terulang lagi, Hannah ingin sekali kembali pada masa ini di mana seorang papa hadir untuknya.
“Non Hannah, selamat ya! Non emang anak yang cerdas persis seperti nyonya,” kata si mbok.
“Mbok tidak bilang ke Hannah, kalau mbok datang. Mana papa, mbok?” tanya Hannah yang tercengang melihat si mbok sambil memeluknya.
“Maafin mbok ya, tuan menitipkan amplop ini untuk non Hannah. Tuan ke luar kota selam dua tahun. Non Hannah, mbok yakin kamu anak yang kuat dan pasti bisa jadi orang yang sukses suatu hari nanti.”
“Terima kasih ya mbok. Mbok sudah menyempatkan waktu untuk datang ke sini. Papa kenapa tidak pamit sama Hannah, mbok?”
“Mungkin, tuan takut melihat non Hannah sedih karena tidak ada yang mendampingi wisuda. Kemarin malam itu bukti tuan sayang sama non Hannah.”***
Semua Hannah lakukan sendiri sejak papa meninggalkannya. Ia sibuk sendiri mencari beasiswa prestasi untuk masuk kuliah. Keuletan Hannah mendatangkan keberuntungan baginya. Beasiswa Prestasi ia dapatkan di kampus impiannya. Kesempatan yang besara bagi Hannah untuk tidak menyia-nyiakan. Ia bersungguh-sunguh demi masa depan yang sukses dan indah.
Telepon berdering dari handphone Hannah. “Tit…tit… tit….”
“Iya, hallo Din. Ada apa anda menelpon?” tanya Hannah.
“Ada berita baru yang harus kamu ingat selamanya,” ucap Dina. Cewek paling heboh satu SMA. “Berita bagus ini adalah…. Jangan marah ya!”
“Ada apa sih, Din?”
“Kamu percaya atau tidak tapi ini nyata asli tanpa rekayasa. Cowok nyebelin itu bakal sekampus sama kamu… pasti bahagiakan mendengar berita ini,” ujar Dina.
“Apaan si Din, nggak jelas banget.”
“Ih, kamu ini Han. Peka dikit napa?”
“Raka maksud kamu?”
“Sip, seratus buat kamu. Pasti bahagia sekalikan dengar berita ini.”
“Terus kenapa kalau dia sekampus sama aku. Kamu cemburu?” cetus Hannah.
“Amit, amit aku pacaran sama cowok sok keren, sok ganteng, dan sok bijak seperti dia. Selamat menikmati ya, sekampus sama dia.”
“Hati-hati ya Din, benci bisa jadi cinta. Sudah ya aku tutup dulu telponnya. Kamu makin nggak jelas, BYE.”
Waktu SMA, Hannah menjadi salah satu anggota OSIS yang diketuai oleh Raka. Ketua yang selalu menolak pendapatnya, sejak itu Hannah sangat tidak suka dengan cowok seperti itu. Mereka berdua selalu beradu pendapat dan Hannah yang selalu mengalah. Setiap rapat selalu tak ketinggalan dengan pertengkaran Hannah dan Raka. Teman-teman menjuluki mereka seperti air dan minyak yang selalu tidak menyatu.***
KAMU SEDANG MEMBACA
Walk of Mine
RomanceHannah, seorang perempuan yang terlahir dari keluarga yang sangat berkecukupan. Meskipun harta banyak, ia merasa kurang lengkap jika tak ada seorang bunda di sampingnya. Hari demi hari, ia lalui dengan cobaan yang bertubi-tubi mengikutinya. Suatu ha...