Bagian 1. Derra Wiratama

10 2 2
                                    

Penulis tidak luput dari ketypoan:)

Selamat membacaa:)

Selamat membacaa:)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

1. Derra Wiratama

Seorang gadis turun dari angkutan umum yang di naikinya untuk berangkat ke sekolah. Memandangi dengan senyum cerah gedung yang ada di depanya. Berbeda sekali dengan sekolahnya dulu saat SMP. Ini adalah sekolah yang sangat di inginkanya, SMK Pramudya.

Butuh kerja keras baginya untuk bisa masuk sekolah tersebut. Belajar siang dan malam hanya demi mendapatkan sebuah biasiswa. Mengingat Ibunya hanyalah seorang penjahit kecil kecilan.

Derra melangkahkan kakinya untuk memasuki sekolah tersebut dengan senyum yang dari tadi tidak lepas dari bibirnya. Walaupun dibalik senyum itu terdapat luka yang sangat sulit untuk diungkapkan.

Baru beberapa langkah ia berjalan, tubuhnya yang mungil tertabrak oleh seseorang di belakangnya.

"Awh.." Rintih Derra saat dirinya tersungkur kedepan. Kacamata yang di kenakanya pun terpental entah kemana.

"Ck. Ngalangin!" Gumam seseorang yang telah menabraknya. Bukanya membantu dirinya malah pergi meninggalkan Derra yang sedang mencari kacamatanya.

"Ini"

Derra mengangkat kepalanya saat dirasa ada yang menyodorkan kacamatanya. Dengan cepat dirinya mengambilnya dan segera memakai.

Saat sudah dirasa tidak buram kembali penglihatanya, Derra memandang orang yang ada di depanya. Tampak asing dengan wajah itu. Walaupun dia yakin, itu bukan orang yang telah menabraknya.

"Terimakasih." Derra mengucapkan terimakasih dan tidak lupa dengan senyum yang masih melekat dibibirnya.

"Oke, lo nggak papa?"

"Aku, gapapa kok duluan ya" Derra mencoba untuk berjalan. Walau dirasa cukup nyeri di bagian lututnya.

"Beneran? Lutut lo lecet?" Tanya pemuda yang berada di samping Derra dengan khawatir.

"Engga kok, ini gak sakit" Derra mencoba untuk tetsenyum dan kembali melangkahkan kakinya. Toh kelasnya juga tidak terlalu jauh tidak menaiki tangga segala.

Derra menolehkan kepalanya saat ada yang menemaninya berjalan di sampingnya. Ya itu murid yang menolongnya tadi. Tapi mengapa dia mengikutinya? Derra mencoba untuk berfikir positif mungkin kelasnya memang satu arah denganya.

"Kelas gue di sebrang arah sama kelas lo"

Derra tampak terkejut mendengar penjelasan itu. Bagaimana bisa dia tahu apa yang dipikirkan Derra?

"Kamu cenayang?"

"Hahah gue? Cenayang? Haha" Laki laki itu tertawa terbahak bahak mendengar pertanyaan polos Derra.

TWODETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang