Bagian 2. Si Dingin dan Si Panas

11 2 4
                                    

Selamat membaca💕

Selamat membaca💕

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Derren Pramudya

2. Si Dingin dan Si Panas

"Ren..." Bisik teman sebangku yang di panggil. Namun, yang di panggil hanya acuh tak acuh walau mendengarkan bisikan itu.

"Derren..." Bisiknya kembali. Derren memilih untuk memandang lurus kedepan.

"Ih Derren!" Derra yang mulai kesal mengeraskan sedikit suaranya. Padahal dirinya hanya ingin bertanya tulisan apa yang ada di papan tulis, karena dirinya sedikit tidak bisa melihat tulisan itu. Yah walaupun Derra sudah memakai kacamata. Mungkin minesnya sudah bertambah.

Derra membenarkan kacamatanya yang sudah mulai melorot di hidungnya. Lalu, Derra menoleh kebelakang akan meminta bantuan kepada teman belakang bangkunya.

"Hey..."

Kedua orang yang di belakangnyapun mendongak dan memasang wajah bertanya mereka.

"Mau tanya, itu sebelah tulisan memotong apa ya?"

"Memotong yang mana sih?" Teman yang berrambut pendek sebahu berucap kebingungan.

"Menyongsong maksud lo?"

Derra mengecek kembali lagi kepapan tulis. Mempertajam indra penglihatanya. "Oh iya iya, menyongsong." Ucapnya setelah itu menyengir malu.

"Ck. Ambil." Derra menoleh saat sebuah buku di sodorkan kepadanya. Itu milik Derren!

Dengan cepat dirinya mengambil buku itu dan segera menyalin catatan yang berada dibuku. "Makasih." Tak lupa dia menyunggingkan senyum manisnya.

Sudah satu minggu ini dia berteman satu banggku dengan Derren, namun yang ada dirinya hanya di acuhkan. Jika ada perintah dari guru untuk mengerjakan sebangku hanya di rinyalah yang mengerjakan, namun tidak jarang pula hanya Derren yang mengerjakanya. Tidak pernah mereka berdiskusi bersama sama seperti yang lain.

"Ini." Derra menyodorkan buku milik Derren dan dia hanya menerimanya tanpa mengucapkan sepatah katapun. Sudah biasa, batinya berucap.

Ding... Dong... Waktu istirahat telah tiba. Murid murid di persilahkan untuk istirahat belajar, bukan istirahat mencintai dirinya. Silahkan memakan bekal yang dibawa karena berjuang juga butuh tenaga...

Derra tersenyum lega, akhirnya jam istirahat telah tiba. Perutnya sudah berbunyi meminta untuk di isi. Tangan mungilnya cepat bergerak membereskan buku buku yang berserakan di meja dan segera mengambil kotak makan miliknya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 17, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TWODETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang