#02

29 3 5
                                    

Saat bel pulang berbunyi. Sontak membuat seluruh siswa berhamburan keluar gerbang untuk melakukan kegiatan di alam mereka.

"Lo pulang di jemput?" tanya manda sambil memakai tas nya yang berwarna biru muda.

"Iya" desis tasya sambil memasukan buku ke dalam tas.

"Sama siapa? Sopir? Temen baru lo? Ato abang angkat lo?" cerocos manda yang membuat tasya agak bingung harus meladeninya bagaimana. Tasya berusaha untuk tenang agar dirinya tidak termakan emosi. 'Huff... Tenang tasya' sambil mengelus dada nya.

"Oi, jawab dong sya?" kesal amanda karena dirinya tidak di hiraukan oleh tasya.

"Iya! gue di jemput sama tukang ojek online. puas lo?" decak tasya sedikit meninggikan volume suaranya. Dan itu mampu membuat semua orang yang mendengarnya mungkin enggan untuk bertanya, namun lain hal nya dengan amanda yang terlihat biasa saja dan malah tertawa.

"Lah... kok sama tukang ojek sih, sama gue aja yuk?" tawar manda karena merasa kasihan pada teman nya ini.

"Males gue, lain kali aja deh!" pinta tasya kepada gadis di hadapan nya.

"Ck, demen amat sih lo naik ojek, Bentar.... Ato jangan-jangan lo tertarik ya sama abang ojeknya" rancau amanda yang membuat tasya naik pitam dengan seketika.

"Enak aja, eh kalo ngomong itu jangan asal di gas aja" marah tasya dan mendorong tubuh manda lumayan keras, sehingga membuat empunya merasa terdorong ke samping.

"Yaudah, gue balik duluan ya tasya dan semoga cinta lo di balas sama akang nya, hehehe" bisik amanda ke telinga tasya, dan membuat tasya naik darah akibat perkataan nya itu. Amanda yang menyadari bahwa tasya sudah mulai emosi dengan ulah nya langsung berlari meninggalkam tasya sendiri di sana.

"Awas lo ya man" teriak tasya yang hanya di balas jempol oleh amanda.

Kini dirinya sendiri karena tadi amanda sudah duluan pergi, tasya berjalan sendirian menulusuri koridor sekolah dan juga sebuah permen karet yang sedang di kunyah dalam mulutnya. Setiba dirinya di parkiran dekat dengan gerbang sekolah ia menghentikan langkah kaki nya karena melihat sosok lelaki yang baru ia kenal beberapa jam yang lalu di kantin, ia memperhatikan sosok lelaki itu dalam diam karena sepertinya lelaki itu ingin pergi meninggal kan parkiran sekolah ini. namun saat si cowok hendak memakai helm manik matanya tak sengaja berjumpa dengan manik mata tasya keduanya saling beradu tatap dan pada akhirnya tasya memalingkan wajahnya karena ia risih di tatap seperti itu dan segera berjalan cepat ke arah gerbang utama untuk menuju halte bus.

Setibanya di halte tasya menduduki ke dua bokong nya, lalu detik kemudian fokusnya teralih atas kejadian tadi, ia merutuki sikapnya yang tadi karena ketahuan melirik cowok itu diam-diam. Dan saat itu juga ia melirik arloji nya yang sudah menunjukkan pukul 4 lewat dan beralih menatap langit yang kini mulai berganti dengan warna jingga bercampur hitam menandakan sebentar lagi bulan akan datang.

Ojek yang sudah ia tunggu sedari tadi akhirnya sampai , dengan sigap tasya menaiki ojek tersebut sambil memakai helm yang di berikan tadi. 15 menit perjalanan yang harus tasya tempuh, kini motor itu sudah berada di depan pekarangan rumahnya.

"Makasih akang" sambil memberikan ongkos kepada tukang ojek online.

Tasya melangkah cepat menuju rumahnya ia tidak mau membuat mama nya menunggu dirinya dan mungkin akan ada banyak pertanyaan yang harus tasya jawab pastinya.

Namun ketika dirinya ingin membuka pintu pagar berwarna itam yang mulai usang, tasya mendengar sebuah suara klakson motor. Refleks membuat tasya membalikkan badannya.

Mata abu abu tasya langsu membulat seperti guli karena heran dengan sosok yang ada di hadapan nya ini "lho, kok lo bisa ada di sini sih" kaget tasya karena tak menyangka bahwa cowok yang tadi sempat iya temui di parkiran sekolah kini sudah berada di depan rumah nya.

"Ternyata lo ingat juga sama gue" kekeh cowok itu sambil memarkirkan motor besarnya di samping tasya.

"Ngapain lo ada di sini, oh.... Pasti lo ngikutin gue kan. Lo mau nyulik gue iya?" tebak tasya dan tak lupa volume suara yang sudah agak meninggi sambil berhati hati dengan cowok yang berada tepat di depan nya.

"Gausah kepedan amat" seru cowok itu sambil tersenyum kecil menampilkan deretan gigi susu nya yang rapi.

"Terus ngapain lo di sini?" tanya tasya sekali lagi.

Belum sempat cowok itu membalas ucapan tasya, tiba-tiba sebuah suara memanggil namanya, langsung saja wajahnya berubah menjadi bocah penakut, takut jika abang nya akan melihat dirinya sedang berbicara dengan lelaki yang baru ia kenal, bahkan nama nya saja tasya belum tau.

"Tasya!!! kamu udah pulang?" dia benar-benar bingung harus bagaimana jika abang nya melihat ini.

"Eh, lo mendingan pulang sana gih" usir tasya, jujur hari ini ia tidak ingin terkena sial.

"Kalo gue gak mau gimana?" ancam nya.

Tasya yang mendengar balasan cowok yang ada di hadapannya langsung saja menarik cowok itu agar pergi dari rumahnya. "Gue gak peduli, pokoknya lo sekarang pergi dari rumah gua okey?" pinta tasya sambil bermohon agar cowok ini mau mendengarkan permintaan nya.

"Okey gue pergi, tapi bilang sama abang lo jangan teriak teriak nanti lo cepat tua" setelah mengucapkan kata itu dia langsung pergi dan tak lupa senyum manis yang ia perlihatakan sebelum motor nya menghilang di balik jalan.

"Tasya!" Panggil seseorang sambil membuka gerbang hitam yang mulai usang. Di sana sudah ada tasya sambil tersenyum ke arahnya "iya bang, ada apa?"
Tanya tasya dengan wajah seperti tidak terjadi apa-apa.

Abang nya melirik ke sekitar rumahnya dan kemudian beralih menatap tasya "tadi abang kayak dengar suara motor deh?" tanya abang nya. Kepada adik perempuan satu satunya di keluarga mereka.

"Oh.... Itu..... Te-tetangga rumah kita ta-tadi dia bawa motor, abis itu di- dia liat tasya yang baru pulang sekolah. ya, kami ngomong bentaran doang kok kak" Tasya terpaksa berbohong karena ia tau bahwa abang nya pasti akan marah jika ia berbicara dengan laki-laki yang baru ia kenal.

Reza yang melihat adik nya yang sudah kelelahan langsung saja menyuruh tasya untuk masuk "eum... Yaudah masuk ke dalam sana gih" ia terlihat iba terhadap adiknya.

"Ia bang reza" sahut tasya. Reza adalah abang ke sayangan tasya, namun ke dua kakak beradik itu sangat jarang berbicara. Mungkin karena faktor sang kakak yang memutuskan untuk mengekos dari pada tinggal di rumah, alasan reza lebih memilih mengekos agar dirinya tidak terlalu jauh untuk pergi ke kampus. Dan itulah sebabnya kenapa mereka sangat jarang berkomunikasi.

Sebelum tasya masuk ke kamar, tiba-tiba ia teringat dengan mama. Langsung aja tasya melihat seisi ruangan namun yang di cari tak menampakkan batang idungnya, lalu tasya memutuskan untuk bertanya pada abang nya.

"Bang reza! Mama kemana? Tumben sore gini gak ada di rumah" tasya melemparkan tatapan penuh tanya ke reza abangnya.

"Gak tau, tadi sih katanya mau keluar bentar" acuh abangnya lalu beralih menatap layar tv yang mensajikan berbagai tayangan.

Tasya yang sudah tau jawaban nya walopun tidak sepenuhnya, langsung pergi menuju kamar tercinta, di dalam kamar tasya langsung meletakkan tas nya di atas kasur dan berjalan menuju ke arah kamar mandi yang berada di dalam kamarnya. Setelah beberapa menit malakukan ritual mandi sorenya ia langsung keluar dengan pakaian piyama nya dan duduk di hadapan meja rias yang berukurang sedang. Tasya menatap dirinya sendu ia mendengus kesal lalu memandang sebuah kalung yg ia kenakan, kalung itu berbentuk hati dan di dalam sana ada foto ayah dan ibu nya.

"Kenapa akhir akhir ini mama sering banget sih keluar?" gumam tasya masih tetap memandangi kalung itu.

                          ∆∆∆


28mei20

Aliatulriza 🍃

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 28, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RassaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang