BAB III

203 22 18
                                    

"Tidak ada cemilan daging untukku?" tanya Luis dengan lembut sambil memiringkan kepalanya lucu.

Semua pelayan itu bingung dan bergidik ngeri. Tuan mudanya itu sudah menghabiskan 15 botol darah dan tetap masih kurang. Mereka mulai takut, mereka berpikir darimana mereka mendapat daging? Sedangkan tuan besarnya hanya memberi mereka 20 botol darah.

"Maaf tuan muda, memang berapa yang anda habiskan dalam sehari?" tanya seorang pelayan laki laki sedikit ragu.

"Ayah selalu memberiku 1 manusia dewasa untuk 1 hari..." jawab Luis dengan wajah polosnya.

Tidak memperhatikan wajah pucat dari semua pelayannya. Mereka tidak habis pikir dengan bocah yang menjadi tuan barunya itu. Tuannya itu memang manusia, namun kelakuannya seperti monster.

"Tidak ada ya? Bagaimana jika hewan?"

Semua pelayan itu menatap Luis heran, tawaran bocah itu seakan memberi mereka kesempatan lain.

"Baiklah, kami akan mencarikan anda hewan yang ada" ucap mereka semua serempak. Lalu berjalan rapi menuju pintu untuk keluar.

"Tunggu.." cegah Luis.

"Kau, disini saja. Temani aku..." ucap Luis sambil menunjuk seorang pelayan wanita di barisan belakang.

Semua pelayan tampak menatap ngeri pada pelayan yang ditunjuk Luis. Mereka memperingati pelayan itu agar hati hati. Pelayan itu berjalan mendekati Luis dengan ketakutan. Sedangkan pelayan yang lain mulai berhambur keluar.

"Ada yang bisa saya bantu tuan?" tanya pelayan itu sopan.

Luis menoleh, ia menatap pelayan itu dari atas sampai bawah.

"Siapa namamu?" tanya Luis penasaran.

"Nama saya Linda, tuan"

Setelah mendengar jawaban itu, semua tampak hening. Luis memikirkan hal lain, sedangkan Linda tampak waspada dengannya.

"Apa kau punya keluarga?" tanya Luis membuat Linda terkejut.

"Tidak, saya sendiri didunia ini"

Jawaban yang diberikan Linda membuat Luis tertarik.

"Bagaimana bisa kau menjalani hidup seperti itu? Bukankah itu sulit?" tanya Luis semakin penasaran, ia hanya mencoba mencari sesuatu.

"Tuan, saya mencoba mencari tujuan agar hidup saya lebih berarti. Pada akhirnya anda sungguh datang" jelas Linda.

"Tujuan ya..." guman Luis pelan, pikirannya mulai kembali berkecambuk kearah lain. Untuk apa mereka menunggunya datang.

Linda mendekat ke Luis, wanita itu heran kenapa tuannya menanyakan hal itu padanya.

"Kenapa tuan menanyakan itu pada saya?" tanya Linda penasaran.

Luis mengangkat bahunya tidak tau. "Hanya penasaran saja..."

Linda tersenyum, ia sekarang tau jika tuannya tidak semenakutkan yang mereka kira.

"Dulu, saya juga punya adik seumuran tuan..." ucap Linda mencoba mencairkan suasana.

Luis menoleh. "Kau bilang, kau sendirian?"

"Iya, saya memang sendirian. Adik saya meninggal 4 tahun silam, setelah ia tertabrak kereta seorang bangsawan dan kepalanya hancur karena terlindas roda besinya"

"Kasihan sekali... Kau bisa menganggapku adikmu" ucap Luis sambil tersenyum lembut.

Linda tertegun, ia tak percaya tuannya bisa mengatakan hal itu dengan sangat mudah.

"Dan kenapa kau duduk dibawah? Duduklah disampingku" ucap Luis dengan diktatornya.

"Maaf tuan, saya tidak bisa..."

"Kenapa? Lagipula aku yang menyuruhmu. Tenang saja, aku tidak akan memakanmu jika itu yang kau takutkan" paksa Luis sambil mengeluarkan semua alasan.

Mau tidak mau pun Linda duduk dipinggiran tempat tidur Luis.

"Apa kau dulu pernah menidurkan adikmu?" tanya Luis penasaran.

Linda hanya mengganguk.

"Kau bisa bernyanyi?" tanya Luis lagi.

Linda mulai tak paham dengan apa yang diinginkan tuannya. Dengan sedikit ragu ia mengganguk.

Luis mendekat ke Linda, wanita itu mulai takut jika tuannya itu akan memakannya. Ia memejamkan matanya erat erat, tidak akan bisa menduga apa yang selanjutnya terjadi.

Luis menaruh kepalanya di paha Linda, sambil memejamkan mata. Linda tidak bisa berkata kata. Ia ingin bangkit namun tak sanggup menolak.

"Aku bosan menunggu makananku tiba, bisa kau tidurkan aku?" pinta Luis sambil mencari tempat yang nyaman dipaha Linda.

Sekarang Linda mendapat info baru, selain susah ditebak dan menakutkan. Tuannya ini juga bisa sangat manja.

"Tapi, tuan. Bagaimana...?"

"Ibuku selalu bernyanyi sambil mengusap kepalaku saat ingin menidurkanku. Namun, setelah ia tiada lagi. Aku jadi susah tidur..." mendengar ucapan Luis yang memaksanya secara halus itu membuat Linda lagi lagi mengalah.

"Tuan ingin lagu apa?"

"Terserah, yang penting lagu itu terdengar menyedihkan. Aku akan mudah tidur setelahnya..."

Linda berpikir, sebelumnya ia tidak pernah menyanyikan lagu tidur yang bertema sedih. Namun tak lama ia mendapatkan sebuah lagu yang menurutnya cukup menyedihkan.

.

.

.

Tok toktok

Pintu itu terbuka, semua pelayan itu masuk kedalam kamar. Mereka semua terkejut saat melihat tuannya sudah tertidur pulas lagi. Lalu, mata mereka menoleh serempak ke arah Linda yang berdiri di samping tempat tidur.

Linda menoleh, ia menatap semua pelayan itu sambil tersenyum.

"Kalian bisa menyimpannya lebih dulu, tuan muda sudah tidur kembali" ucap Linda, membuat semua pelayan laki laki keluar dari tempat itu.

Beberapa perempuan berdiri terheran heran disana. Perlahan mereka mendekati Linda.

"Kau baik baik saja bukan?" tanya salah satu pelayan dengan suara lirih.

Linda menoleh lalu mengangguk, senyuman itu masih belum luntur dari wajahnya. Linda memanglah pelayan paling muda diantara semuanya.

"Kau tak berubah menjadi seperti tuan muda kan?" tanya pelayan itu lagi.

"Tentu saja tidak, ia memanggilku hanya untuk menidurkannya" jawab linda sambil melirik Luis.

"Baiklah, ayo kita kembali. Tugas sudah selesai bukan?"

Mereka semua mengangguk serempak sambil keluar dari kediaman Luis. Pintu besar berbahan kayu itu tertutup rapat setelah mereka semua keluar. Hening, tidak ada hal yang mengeluarkan suara di dalam kediaman itu.

Luis tiba tiba membuka matanya, netranya yang berwarna golden itu melirik ke samping. Tak lama ia bangkit, duduk termenung diatas tempat tidurnya. Sebuah seringai tercetak jelas di bibirnya. 

.

.

.

Tbc

Hem, malem banget aku up. :) maapkan, aku lagi ketik dan revisi novel lain...

Luis: Demon BloodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang