Luis tiba tiba membuka matanya, netranya yang berwarna golden itu melirik ke samping. Tak lama ia bangkit, duduk termenung diatas tempat tidurnya. Sebuah seringai tercetak jelas di bibirnya.
"Sandiwara yang bagus..." ucap Luis sambil meraih salah satu botol darah.
Sebenarnya Luis tidak benar benar tertidur, ia hanya menetralkan nafasnya seperti orang tidur sambil memejamkan mata. Luis ingat betul, bagaimana bunyi lagu mengerikan yang Linda nyanyikan untuknya. Setelah itu Luis meraba leher belakangnya, dilihat tangannya yang penuh bercak darah itu.
"Berniat memotong leherku rupanya..." gumannya sambil mengulas senyum kecil.
Sayatan itu memang tidak terlihat karena terletak dibelakang, dan tertutup kerah bajunya yang memang lusuh dan kotor dengan darah kering. Ya, Linda mencoba membunuhnya. Luis tidak mempermasalahkannya, karena sebelum dirinya dibunuh, pelayan yang lain datang tiba tiba. Membuat rencana Linda gagal dalam sekejap.
"Bukan sebuah tabrakan, tapi kau yang memukul kepalanya dengan batang besi hingga hancur. Linda Tamplin, di diaknosa gila sejak 5 tahun silam. Memiliki catatan pembunuhan berencana pada keluarganya sendiri. Dan ayah membebaskan Linda dari tahanan rumah sakit jiwa" guman Luis sambil melemparkan catatan yang telah dibacanya ke perapian.
"Apa lagi yang kau inginkan ayah?"
'Tidak sia sia juga aku mengambil semua catatan catatan ini dari dalam tasnya tadi' senangnya.
"Ayah, aku memang gila sekarang. Tapi aku tidak bodoh. Untuk apa kau membuat semua ini?" Luis kembali ke tempat tidurnya, mengambil salah satu botol itu lagi untuk diminumnya.
"Mungkin tak lama lagi aku akan berakhir disana juga"
"Tahanan rumah sakit jiwa" imbuhnya.
Luis Eduardo, adalah seorang anak yang jenius. Meski semua siksaan itu didapatkannya setiap hari, tampaknya itu tidak berpengaruh sama sekali terhadap otaknya. Sering dia mencuri catatan catatan ayahnya tanpa pria itu tau, hanya untuk mencari tau penyakit apa yang dideritanya.
Dan apa alasan yang mendorong pria itu melakukan semua ini bahkan sampai merusaknya.
Menaruh botol yang dibawanya, Luis berjalan menuju sebuah almari besar didalam ruangannya ini. Terlihat berpasang pasang pakaian mewah yang tak pernah sekalipun dipakainya, berjajar begitu rapi didalam sana.
Mengambil salah satu pakaian itu, Luis menatapnya penuh bingung. Dia tidak tau bagaimana cara memakai pakaian itu, semua itu terlihat begitu rumit dan dirinya merasa sudah bodoh sekarang. Dan karena dirinya juga tidak tau bagaimana caranya melipat pakaian, Luis hanya meletakkan pakaian itu disisi tempat tidur.
Tapi setelah melihat kemeja lusuhnya sekali lagi, mau tidak mau Luis harus mengganti pakaiannya.
"Tidak ada pilihan lain?" tanyanya pada diri sendiri.
Luis melepas kemeja putih dengan bercak merah. Mengambil kembali pakaian mewah itu lalu memakainya, tidak tau apakah benar atau salah Luis tetap memakainya. Setelah dirasanya cukup rapi, ia berjalan keluar dari dalam kamar.
Sambil menoleh kekanan dan kiri mengingat jalan, Luis berjalan menuju ruang utama dirumah ini. Tadi, ayahnya sudah mengajaknya berkeliling dan ia masih ingat jelas tempatnya.
Melihat Tuan mudanya tiba tiba berjalan menuju ruang utama, semua pelayan itu terkejut. Luis yang telah dilaporkan tidur entah kenapa bisa bangun. Dengan ragu ragu mereka mengikutinya, takut jika sampai tuannya tersesat.
Luis menaiki sofa itu, duduk tenang disana sambil melirik kearah lorong. Kulit putih bersih dengan wajah menawan yang terkesan misterius, surai silvernya yang halus dan lebat hampir menyentuh bahu, jangan lupakan bulu matanya yang panjang dengan nertra golden menyala.
Sejenak pelayan pelayan itu terpesona dengan wajah menawan Luis, hingga suara itu mengintrupsi mereka hingga terkejut.
"Aku tau kalian mengikutiku sedari tadi, keluarlah dari sana. Dan panggilkan semua pelayan lainnya untuk kemari..." perintah Luis dengan tegas pada 2 pria yang sedari tadi mengikutinya.
Dua pelayan itu langsung pergi mencari pelayan lain dengan tergopoh gopoh. Takut karena Tuannya itu tau keberadaan mereka.
Sambil menunggu semua pelayannya, Luis melipat kakinya sambil bersandar disandaran sofa. Matanya terpejam, memikirkan idenya matang matang.
Tak lama sebuah senyuman lembut terlukis diwajahnya takkala mendengar derap langkah yang menggema itu. Luis membuka matanya sambil menegakkan tubuhnya lagi, menatap wajah heran dari para pelayannya.
Namun pandangannya tiba tiba terhenti pada Linda yang berdiri sambil menundukkan kepalanya, pelayan itu berdiri dibarisan paling pojok kiri. Tepat dibarisan paling belakang, membuat Luis sedikit mengulas seringai.
"Duduk!" perintah Luis, membuat semua pelayan itu seketika duduk bersimpuh dilantai. Tepat dihadapannya duduk yang duduk disofa.
Luis turun dari sofa itu, berjalan melewati satu per satu pelayannya sambil menghitung jumlahnya.
"Aku punya peraturan baru untuk kalian semua.." ucap bocah itu, membuat semua pelayannya menegang.
"Pertama, harus selalu ada makanan atau darah jika aku bangun. Jika tidak, kalian sebagai gantinya mau atau tidak" peraturan pertama yang Luis ucapkan membuat semua pelayan itu mencatatnya baik baik dalam otak mereka.
Tentu saja tidak ada yang dengan bodohnya mau menjadi makanan Luis, tidak dapat membayangkat saat dagingmu terkoyak. Merasakan perih dan sakit sambil melihat wajah lugu Luis yang begitu menikmati hidangannya.
"Kedua, aku tidak suka kebohongan, pemberontakan, dan penghianatan. Jika kalian melanggarnya, kalian bisa tidur ditempat penyimpanan makanan seterusnya. Ya, setidaknya jika aku tidak lapar.." lanjutnya sambil mengedikkan bahu, dengan wajah tersenyum seolah itu bukanlah hal yang buruk.
"Ketiga, aku hanya butuh orang yang setia menemaniku. Tidak butuh yang lain.." ucap Luis yang tiba tiba berhenti didepan Linda.
"Seperti dia..." ucapnya sambil menunjuk Linda yang tertunduk.
Luis berjongkok, tanpa berkata apapun ia memeluk pelayannya itu. Namun tangannya mengambil sesuatu yang terselip di belakang pakaian wanita itu perlahan.
"Seperti teman..." ucap Luis terlewat lembut.
Jleb..?
"Akhh, kau..!"
"Yang menusuk dari belakang.." ucapnya sambil menyeringai.
Luis melepaskan pelukannya sambil mencabut sebilah pisau itu dari punggung Linda. Luis menjilat darah yang mengalir pada bilah pisau itu. Ia bisa merasakan aroma anyir menggoda penciumannya, membangkitkan rasa yang begitu aneh dan baru itu untuk melakukan hal lain.
"Bagaimana jika 1 lagi? Sepertinya akan seru..."
Semua pelayan itu menelan ludahnya saat melihat itu, namun tidak ada yang berani beranjak dari sana. Seolah mereka sudah terpaku disana, tetap kaku ditempat tanpa tau harus melakukan apa.
Linda bangkit dari sana, ia berlari menjauh menghindari Luis yang terlihat berbahaya untuknya. Apalagi saat dirinya tak membawa senjata apa pun.
"Linda, aku ingin bermain. Kenapa kau pergi?" tanya Luis menautkan alis sambil menampilkan ekspresi sedih dibuat buat.
"Bocah macam apa sebenarnya kau itu! Kau lebih baik dipanggil iblis!!" teriak Linda dikejauhan.
Mendengar hinaan Linda, Luis kembali tersenyum. "Baiklah, aku akan jadi iblis hari ini... Ayo, main" ucapnya sambil berjalan menyusul Linda.
.
.
.
Tbc
Gk jadi kasih tanda warning😂 kepotong soalnya...
Oke, bab berikutnya akan ada scene gore. Tidak terlalu gore, hanya permulaan. Tapi tetap bukan buat anak dibawah umur okey?
Up 2 novel sekaligus, tumben sekali aku rajin😂
KAMU SEDANG MEMBACA
Luis: Demon Blood
غموض / إثارةUpdate setiap hari - Rabu - Tidak ada yang tidak mungkin didunia ini. Rasa sakit yang tak lagi kurasakan membuatku penasaran akan arti sebenarnya tentang 'Rasa sakit'. Aku hanyalah sebuah senjata. Bagi mereka aku hanya sebuah media, yang dibuang jik...