𝘀𝗲𝗹𝗮𝗺𝗮𝘁 𝗺𝗲𝗺𝗯𝗮𝗰𝗮✨
𝙟𝙖𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙡𝙪𝙥𝙖 𝙙𝙞 𝙫𝙤𝙢𝙚𝙣𝙩 𝙮𝙖, 𝙩𝙝𝙖𝙣𝙠𝙨!🍓
.
.
.
.
.
"Lepasin" suara perempuan terdengar dari ujung sana.
Ya Zen kenal suara itu. Suara Zeli.
Kaki Zen terus berjalan ke sana "Lepasin goblok" kali ini ia yang bersuara.
Lelaki yang sedang mencengkeram tangan Zeli menoleh dan ia tersenyum miring.
"Apa? Lepasin lo bilang? Lo siapa hah? Gue pacarnya Zeli" ujar lelaki itu dengan percaya dirinya.
Zen menghampiri lelaki yang di sebelah Zeli lalu tangannya memukul muka lelaki itu "Gue kakaknya bego"
"Oh ya? Mana ada seorang kakak yang tidak menjemput adiknya dengan tepat waktu" terselip nada meremehkan dari lelaki itu.
"Gue lupa jemput" ujar Zen sangat enteng.
Lelaki itu berusaha berdiri dan berbisik di telinga kiri Zen "kalo mau bisa bagi dua bro, gak usah ngaku jadi kakaknya Zeli"
"Anjing" umpat Zen hingga ia mendaratkan pukulan di wajah lelaki itu untuk kedua kalinya.
Lelaki itu masih berusaha untuk berbicara sesuatu "ayo lah bagi dua boleh kali jang—–" ucapannya terpotong.
"Ah udeh deh muka lo kek tai pergi dari sini" usir Zen "dan hubungan lo sama adik gue selesai" sambungnya sembari menghampiri Zeli yang ketakutan.
Lelaki itu berdiri dan melangkah pergi.
Takut juga dia ya, belagu kayak playboy di pukul dua kali malah kabur batin Zen.
"Ayo pulang" ajak Zen sambil menggandeng tangan Zeli.
"Kak?"
"Hm"
"Kakak gak marah kalo kakak tau Zeli pacaran?" Tanya Zeli sedikit takut
"Marah"
"Terus kok kakak gak bentak Zeli?" Zen yang mendengar itu ingin sekali tertawa tapi ia tahan.
Saat ini mereka sudah sampai di parkiran SMP Fraunhofer lalu Zen menaiki motornya disusul Zeli.
***
"Mba" panggil Amarilis sembari berjalan ke dalam rumahnya.
"Apa non?" Tanya mba Neva sambil berlari menghampiri Amarilis
"Astaga mba ngapain lari-lari?"
"Loh non gak butuh bantuan mba?" Tanya mba Neva
KAMU SEDANG MEMBACA
Amarilis [HIATUS]
Novela Juvenil❝apa halu ini bisa menjadi kenyataan?❞ •𝐀𝐦𝐚𝐫𝐢𝐥𝐢𝐬🍒✨