5 • Pulang Bareng

51 0 0
                                    

"Pulang bareng yu Ris!" pinta Davino ketika Risa baru saja keluar dari kelas. Ia sengaja menunggu Risa untuk mengajaknya membeli beberapa camilan sebelum pulang kerumah.

"Yukk"

Namanya Naupan Davino Prasetya, biasa dipanggil Vino. Cowok putih tinggi yang telah menjadi gebetan Risa selama tujuh bulan terakhir ini, dan tak lupa juga tetangga sahabatnya, Riana.

Mereka berjalan menyusuri koridor menuju gerbang sekolah "oh iya, lo kemarin kemana, ko gabisa dihubungi?"

Risa menoleh "guee kemariin, abis ketemu sama Rizan, terus malemnya gabuka hp sama sekali hehe"

"Rizan temen masa kecil lo itu?"

"Iya"

"Oh" Rizan ber 'oh' tanpa berniat memperpanjang.

"Caa, Vinn" sahut seseorang di belakang mereka.

Ana berlari dan menyusul kedua orang di depannya "Icaa mau pulang bareng Vino?"

Risa hanya mengangguk sedangkan Vino menjawab "iyaa, Risa pulang bareng gue. Sekalian mau mampir juga ke minimarket, ya kan Ris?"

"Eh ngapain ke minimarket?" tanya Risa bingung.

"Ada yang mau di beli, sebentar kok"

"Terus gue pulang sama siapa?" tanya Ana entah pada siapa.

"Sama gue" suara berat itu terdengar di balik punggung Ana.

"Hah? Engga, ga mau!" tegasnya begitu melihat Fattan yang muncul.

"Kamu pulang sama Fattan aja Na" sahut Risa.

"Gamauuu Caa" rengek Ana.

"Udah sama gue aja napa si, dari pada sendiri tar ada yang nyulik mau lo" ucap Fattan dengan tangan yg menggenggam satu tali tasnya.

"Gue lebih mending diculik daripada harus berduaan sama lo, yang ada gue ke siksa tau ga" tegasnya dan langsung meninggalkan Risa, Vino, dan Fattan.

Baru dua meter Ana berjalan tangannya sudah di cekal, siapa lagi kalo bukan ulah sahabat rese nya, Fattan.

"Kalo yang nyuliknya ganteng kaya gue gini mau gak?" goda Fattan dengan mata genitnya.

"Najiss gamauu!"

"Gue heran deh sama lo, masa gue yang ganteng gini lo tolak. Curiga gue tipe lo om-om." Fattan masih menggenggam tangan Risa, dan kini jaraknya lebih dekat untuknya berbisik di telinga Ana. "Ohh, apa jangan-jangan lo juga open BO yaa buat om-om berkumis?" lanjutnya asal.

Ucapan Fattan tadi membuatnya kesal, ekspresinya berubah dan langsung menepiskan keras tangannya yang di pegang Fattan. "Apaan si lo anjing, mulut lo ga ngotak banget tau ga".

Suara Ana cukup keras hingga membuat Davino dan Risa yang berada di belakangnya tersentak dan penasaran akan hal yang dibisikan Fattan yang membuat Ana berucap kasar.

Ana yang akan beranjak kembali tertahan oleh Fattan "makannya pulangnya sama gue, lagipula sejak kapan sih mulut ada otaknya". Kini Fattan menarik tas Ana, di tarik yaa bukan di dorong, artinya kini posisi Ana terseret dengan jalan mundur karna tarikan Fattan yang begitu kencang.

"Icaaaa ih tolonginn Anaaa" harapnya berteriak tak perduli tatapan sebagian siswa yang masih ada di sekolah. "Fattan ih lepasin bangsatt" kesalnya sambil terus berusaha menjaga diri agar tidak jatuh.

"Berisik bego, diliatin tuh sama kakak kelas" ucap Fattan begitu melewati dua orang cowok yang tengah menatap Ana kasian tapi urung untuk membantu.

"Vinooo, Icaaaa, tolongggg guee mau diculikk" teriakan Ana kini jauh lebih keras dari sebelumnya.

Carissa dan Davino hanya tertawa melihat tingkah Riana dan Fattan, keduanya kini berjalan pelan mengikuti arah koridor.

Tangan kekar Vino menyelusup senyap mencari gandengan di sebelahnya. Risa yang merasakan itu hanya tersenyum diam, pipinya merona dan jantungnya berdegup kencang membuat dia salah tingkah.

Sampai di parkiran Risa sudah tidak melihat ada Fattan dan Ana di sana, mungkin mereka sudah pulang, cepat sekali.

Tautan itu terlepas ketika Vino mengambilkan helm untuk Risa, dia tidak memberikan helm itu begitu saja, melainkan memasangkan langsung pada kepala Risa. Begitu pengamannya telah terkait Risa tersenyum dan berucap "ehehe makasii".

Davino hanya tersenyum lalu naik ke motor dan memakai helmnya juga "yuu, naikk" pinta Davino. Risa naik dan lalu mereka pergi meninggalkan sekolah.

"Tar kita jadi mampir ke minimarket?" tanya Risa setelah beberapa meter dari sekolah.

"Jadii, gue mau beli camilan sekalian top up game" jelasnya sedikit berteriak.

"Lo suka nyemil jugaa ternyata yaa" jawab Risa sedikit terkekeh.

Davino hanya tersenyum "mana tangannya" pintanya.

Risa sedikit bingung tapi segera menyodorkan tangan kirinya ke depan. Davino langsung meraih tangan Risa dan menempatkannya di perut.

"Eh ehh" merasa kaget Risa kembali menarik tangannya kebelakang.

Davino terkekeh pelan "ih sini tangannya" jari Davino menelusup ke belakang mencari kembali tangan yang tadi sempat memeluknya.

Risa sebenarnya peka. Bukan tidak mau, tapi tadi itu terlalu tiba-tiba membuatnya terkejut. Hingga kemudian jari Davino kembali meraih tautan yang tadi sempat terlepas.

Tidak dapat dipungkiri lagi jika keduanya sama-sama merasakan debaran jantung yang begitu cepat, bahkan pipi Risa sedang merona saat Davino melihatnya lewat kaca spion.

Sampainya di minimarket Risa tidak langsung turun karna akan menunggunya di motor saja, namun tangan Davino menariknya untuk ikut juga ke dalam.

"Lo pilih aja makanan yang lo mau, biar gue yang bayar" ucapnya to the point.

"Ehh kok gituu sii" jawab Risa terheran.

Davino terkekeh "gue kesini cuma mau top up kok, tapi sekaligus jajanin lo" tangannya pun terangkat untuk mengacak rambut Risa.

"Ehh gausah gapapa" tolak Risa karna merasa tidak enak.

"Udah cepet pilih aja, gue temenin sinii" ajaknya kemudian berjalan ke rak makanan.

***

Rizan yang sedang menikmati indahnya kota Bandung tersentak saat sebuah motor menyalipnya begitu cepat, berjalan ugal-ugalan padahal sedang membonceng seorang wanita.

Di liriknya sepion di samping kanan untuk memastikan tidak ada lagi yang akan menyalipnya, lalu ia menancap gas membawa motornya berderu pada jalanan, berniat mengejar motor tadi untuk sekedar mengingatkan bahwa aksinya sangat berbahaya apalagi ada perempuan yang sedang di boncengnya.

Dari jauh Rizan sudah mulai melihat motor tadi, nampak sekali dari belakang jika perempuan itu sangat ketakutan, bahkan berpegang sangat erat dengan kepala yang terbenam.

Sesekali terdengar perempuan itu meminta berhenti. Ketika semakin dekat Rizan malah perlahan menurunkan speed motornya, hingga ia berhenti di bawah rindangnya pohon, menatap kepergian motor tadi dengan ekspresi yang sulit untuk diartikan. Beberapa saat Rizan masih mengamati kepergian mereka, sampai akhirnya ia memutuskan untuk berputar arah dan pulang ke rumahnya.

***

Don't forget to vote n coment guys❤

06.09.20

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 19, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Forget and Back Fall in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang