Happy Reading!
"Kau benar-benar sudah gila, Car. Hari ini aku yang memastikan itu sendiri."
Entah mengapa kata-kata dari Jessica sahabat Caroline tersebut sampai terngiang-ngiang di otak Caroline. Bahkan pikiran dan apa yang akan ia kehendaki setelahnya sama sekali tidak berkesinambungan.
Bekerja sama dengan seorang pembunuh berantai sama saja ia menyerahkan diri sendiri untuk hal tersebut. Memang untuk tugas Caroline sendiri sama sekali tidak berhubungan dengan bunuh-membunuh. Ia hanya perlu melakukan sesuatu hal dan membiarkan orang lain yang akan melakukan misinya.
Berawal dari pertemuan sialnya dengan sang mantan kekasih pada saat itu. Caroline sama sekali tidak menyangka jika mantan kekasihnya mengidap Pshycopath akut. Ya bilang saja begitu karena hampir saja dirinya terbunuh oleh tangan kekasihnya.
Siapa yang menyangka dibalik ceria dan selera humornya seseorang, ternyata menyimpan sejuta kisah dibaliknya. Tentu saja Caroline tidak menyimpulkan hal tersebut dengan semudah itu. Karena sudah lebih dari 3 tahun lamanya mereka menjalani hubungan ini. Awalnya Caroline memang mencari seseorang yang benar-benar tulus mencintai serta menjaganya dengan baik. Namun karena rasa cinta yang terlalu berlebih mantan kekasihnya jadi menganggap bahwa hidup Caroline tidak akan bisa berjalan tanpa kehadirannya. Namun keadaan itu berbalik sepenuhnya ketika Caroline mengungkap satu fakta menyakitkan.
Well, Mau bagaimana pun Caroline tetap berterimakasih kepada mantan kekasihnya, karena berkatnya ia sanggup bangkit dari keterpurukan yang ada.
Beruntungnya Caroline yang saat itu ditemukan oleh seseorang. Menyelamatkan hidupnya secara cuma-cuma, awalnya. Namun pada saat itu juga Caroline berhasil mengungkap satu fakta mengejutkan lagi yang membuat kepalanya serasa ingin pecah. Dan sesegera mungkin mencari tahu kebenaran yang selama ini mengganggunya.
Caroline sengaja mendekati salah seorang anggota geng mafia yang menyelamatkannya dulu untuk membantunya memecahkan masalah Caroline.
Cukup lama ia berpikir. Tidak semudah itu mengambil pekerjaan penuh dengan resiko.
Namun seperti yang diketahui bahwa ini tidak mudah, sampai akhirnya Caroline menelan mentah-mentah apa yang akan terjadi kepada dirinya. Hasrat ingin membalas dendam atas apa yang dilaluinnya selama hidup belasan tahun dalam kesendirian ini yang mendorong dirinya kemari. Ada sesuatu yang harus ia tukar dengan kesengsaraannya.
"Ah ayolah Jess, aku tidak punya pilihan lain. Hanya ini caranya aku bisa mengetahui alasan keluargaku meninggalkanku sendirian."
Caroline masihlah menatap sahabat baiknya yang saat ini terdiam.
"Jess.." Panggil Caroline sekali lagi "Ku mohon. Percayalah padaku karena kau satu-satunya seseorang yang aku punya dan aku percaya." Ucap Caroline penuh ketulusan, ia hanya ingin meyakinkan sahabat yang sudah ia anggap sebagai saudara perempuannya satu-satunya tersebut.
"Baiklah baiklah.. Ku hargai semua keputusanmu, Car. Tetapi ku mohon jaga dirimu baik-baik. Kau itu perempuan. Aku hanya tidak ingin kau uhm.. kau tau kan tempat itu salah dan tak seharusnya kau masuk kedalam sana? tetapi seperti yang kau katakan sebelumnya , Jika ini adalah satu-satunya cara agar kau dapat menemukan segala alasan yang kau cari, aku akan mendukungmu sepenuhnya."
Ada kelegaan dibalik itu semua. Akhirnya Caroline mendapatkan dukungan dari orang terkasihnya tersebut. "Kemarilah, mungkin ini sedikit agak kampungan dan bukan tipe dirimu sama sekali. tetapi tidak ada salahnya jika dicoba. Sini peluk aku anak manis.."
"Cih.. tidak sudi. Peluk saja kursi didepanmu itu." Sarkas Jessica begitu saja. Ah jahat sekali mulutnya itu Caroline sampai ingin menyumpalnya dengan jeruk dihadapannya jika bukan sahabatnya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
LUCIOLÉ
Fanfiction"Kau benar-benar sudah gila, Car. Hari ini aku yang memastikan itu sendiri." "... Sini peluk aku anak manis" "Cih.. tidak sudi. Peluk saja kursi didepanmu itu." - "Ah astaga. Maafkan aku Yoongi-ssi. Apa kau berbicara kepadaku?" "Tidak. Aku berbicara...