"Lihatlah, tuan putri kita sudah bangun." Ucap pria gila setengah brengsek tidak tidak, sepenuhnya brengsek yang menguar dibalik ruangan itu terdengar begitu memuakkan. Siapa yang membuat Caroline tidak sadarkan diri seperti ini? Tentu saja iblis tersebut yang melakukannya.
Asap yang mengepul ditengah tengah ruangan pun terasa amat-sangat menyesakkan hati. Bagaimana Caroline dapat mencerna segala yang ia lihat dan rasakan beberapa jam yang lalu.
"Sayang sekali, gadisku yang dulunya penurut telah berubah. Menjadi sedikit pembangkang, aku jadi penasaran siapa yang mengajarinya.." Lihat sekarang! Dengan sikapnya yang begitu menjijikan kini dengan berani membelai surai indah milik Caroline. Ingatkan Caroline untuk mensucikan diri setelah ini. Karena satu centi tubuhnya serasa tak pantas disentuh oleh lelaki brengsek yang selama ini ia percaya telah menyelamatkan hidupnya yang hancur. Omong kosong! Toh hidupnya lebih hancur dibuatnya sekarang.
Caroline masih enggan berbicara satu patah katapun, terlalu muak merasakan ini semua. Tidak mengindahkan makhluk disampingnya menjadi satu hal yang menyenangkan untuk dilakukan saat ini.
"Ah sekarang ia berani mengabaikanku." Ucapnya lagi.
Caroline memilih memalingkan wajahnya. Tidak memperdulikan lelaki itu sama sekali. Namun sayang, merasa benar-benar diabaikan, lelaki tersebut merasa terpancing emosinya. Kini lengan kekar dan tangannya ia gunakan untuk mencengkram erat rahang milik gadisnya. Tentu saja saat itu juga Caroline merasa terkejut. Oh tuhan, satu persatu perilaku buruk kekasihnya mulai nampak. Selain pandai selingkuh sekarang juga pandai melakukan hal yang kasar?
"Jawab aku jalang!"
Tanpa terasa air mata Caroline menetes begitu saja mendengar pernyataan dari sang kekasih, Apa dia bilang, jalang? Apa tidak ada kata yang terlebih halus? sungguh ini terasa begitu menyakitkan.
"Kau ku suruh menjawab bukan menangis. Apa kau tuli? Caroline-ah kesayanganku?"
Sekarang Caroline menatap lelakinya dengan tatapan yang benar-benar jijik. Apa otaknya mendadak tolol? Bagaimana mau menjawab jika rahangnya ditahan seperti ini? apa ia pikir ini tidak sakit?
Astaga!
Dengan susah payah Caroline menggerakkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri, Karena kedua tangannya yang terikat ia jadi tak bisa bebas menampar, bahkan memukul lelaki tak berperasaan yang ada di depannya.
"Apa maumu? Lepaskan aku." Ucap Caroline tertatih, karena sebagian tenaganya sudah hilang. Bahkan ia belum makan dan minum seharian ini.
"Nah begitu dong. Aku ini merindukan suaramu yang indah itu sayang. Mengertilah."
Caroline hanya meliriknya sekilas. "Cih persetan! Enyahlah kau bersama wanita yang meneriakkan bahkan mendesahkan namamu tadi."
Plakkk...
Oh shit, Ditamparnya pipi mulus milik Caroline. Panas, kelu serta sakit yang Caroline rasakan. Serasa tembus sampai hati yang terdalam. Kembali lagi mengingat betapa harapan-harapan yang Caroline buat serasa runtuh seketika. Luluh lanta meninggalkan bekas yang tidak mungkin bisa hilang. Caroline teamat menyesali di setiap doanya tak lupa ia sematkan nama sang kekasih. Bertujuan agar mereka dapat hidup dengan baik selamanya. Namun apa yang didapatnya? Diam-diam Caroline mengukir senyum. Ia sampai lupa jika di salah satu doanya ia meminta agar dijauhkan dengan yang tidak baik, dan sekarang Tuhan menunjukkan itu. Sungguh scenario yang sulit untuk ditebak.
Saat akan menjawab pernyataan pedas Caroline dan setelah menamparnya begitu saja, tibatiba telepon lelaki tersebut berbunyi. Lantas ia bangun dari tempatnya dan mengangkat telepon tersebut agak sedikit menjauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
LUCIOLÉ
Fanfic"Kau benar-benar sudah gila, Car. Hari ini aku yang memastikan itu sendiri." "... Sini peluk aku anak manis" "Cih.. tidak sudi. Peluk saja kursi didepanmu itu." - "Ah astaga. Maafkan aku Yoongi-ssi. Apa kau berbicara kepadaku?" "Tidak. Aku berbicara...