ch. 05 - exam ✨

40 5 0
                                    

Ch. 05 - exam

Sampailah, di depan gerbang Pondok Pesantren Ar Rahman, Semarang. Pesantren yang cukup terkenal dan beasiswa-nya.. wah, entahlah. Madinah, woi! Keren banget ga tuh.

Tapi semua yang bersangkutan dengan pesantren, Aletha tetap menganggapnya biasa saja. Membosankan dan gak ada menarik - menariknya.

Pondok Pesantren Putra dan Putri tentu saja terpisah. Keduanya memang ada di satu kampung yang sama, namun jarak antara ponpes putra dan putri sekitar 45 meter.

Katanya, ponpes putri bangunannya masih cukup baru dan masih bagus. Sama seperti ponpes putra, namun ponpes putra sudah bertahun - tahun lamanya berdiri. Mungkin lebih bagus ponpes putri daripada putra.

Untuk bangunan pondok pesantren putri, ada 2 bagian gerbang. Gerbang pertama di dalamnya hanya ada gedung pertemuan, pos satpam, lahan parkir, dan mungkin beberapa rumah guru yang mengajar di pondok ini. nah gedung pertemuan ini biasanya digunakan untuk penjengukan perminggu, namun bisa juga untuk rapat guru.

-

Bunda memarkirkan mobilnya. Kemudian turun bersama Aletha. Aletha berjalan gontai saat ditarik tangannya oleh Bunda. Dia pasrah, dia cemberut dan bete.

Memasuki gerbang kedua. Yap, area pesantren. Susasananya benar - benar sejuk. Yah, tentu saja. Kan daerah pegunungan. Tempatnya juga asri, banyak pohon di sekitar. Ya, bersih!

Aletha menuju ke meja registrasi. Dia mendapat angka 3, angka ini bukan urutan peserta. Namun, selama tes dia akan duduk di bangku 3. Yah, selalu angka 3 pokoknya.

"tes kemampuan dasar, tes hafalan qur'an, tes wawancara lisan dan tulis, itu doang?" tanya Aletha

"iya, begitulah. Ternyata untuk orang tua juga ada tesnya ya?" ucap Bunda

"apa tuh, Bun?"

"tes wawancara tulis. Mungkin buat mencocokkan antara jawaban wawancara anak sama orangtua"

-

The war is begin!

Tes pertama, TKD + wawancara tulis. Tes kemampuan dasar. 3 mata pelajaran, matematika, IPA, dan Bahasa Indonesia. Sesuai angka yang dimiliki Aletha, dia memasuki ruangan 3. Dia duduk dan menerima soal - soal dari ustadzah panitia.

'sesuai rencana, Tha! Kerjain soalnya asal - asal. Ngawuran aja. Gapapa salah, emang dari awal gamau mondok kan? Biarin aja tu Aydandang serabi mondok sendiri!' niat iblis Aletha mulai keluar. Dia mengambil pulpen dan melihat beberapa soal.

'Ya Allah! Apa - apaan, nih? Soalnya gampang banget?! Demi apa? Ini sih gua tau jawabannya. Ih, ini juga! Ih lah kok gampang gini?' Aletha benar - benar kaget, gregetan dengan soal - soal yang mudah itu.

(bagian ini bener - bener based on author's story, huhu)

'apa gua.. jawab pake jawaban bener aja ya? parah sih ini gampang gampang semua' batin Aletha kebingungan.

Pada akhirnya, 'ah udahlah masih ada tes lain. Ini mah gampang. Gua jawab bener aja dah' ya, Aletha menjawab soal - soal itu dengan serius-tidak ngawuran.

Selesai. Dia selesai mengerjakan seluruh soal kemampuan dasar. Sangat mudah baginya dan dia yakin benar semua. Dia mengambil kertas tes wawancara tulis. Soalnya benar - benar banyak. Dia menjawabnya satu persatu.

Sampailah dia pada soal 'apakah ananda menyukai musik?' Aletha bingung dan merasa aneh. 'apa salahnya menyukai musik? Kok soalnya gini? Ada yang aneh. Gua suka tapi.. udahlah gua jawab ga suka. mesti Bunda jawab gua gasuka kan' dia mulai ngawuran di tes wawancara tulis.

-

Dia telah menyelesaikan semuanya. Dia keluar dari ruangan TKD itu dengan penuh rasa sengsara. 'gila, tadi gua kenapa? Gua jawab soalnya seriusan? Gua niatnya kan ngawuran! Kok gini?!!' Aletha menyadari bahwa rencananya gagal.

'lanjut, tes hafalan qur'an. Demi apa, gua aja sekarang lupa surah Al Muthaffifin, duh' Aletha menyandarkan tubuhnya di dinding depan ruangan dan memegang kepalanya-pusing.


-


Skdbhsdghkq idk bruh-


Maaf kalo dialognya sedikit. Lebih banyak narasi nya. I'm so sorry guys huhu


Vote + comment + follow ges uwu <3


BUKAN SANTRIWATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang