C

27 0 0
                                    

Frans tak habis pikir melihat penampilan putra sulungnya yang babak belur dengan seragam berantakan, berjalan sempoyongan mendekatinya.

"Pa! Mama udah pulang?"

Glen melemparkan tubuhnya di sofa besar berwarna abu-abu. Di seberang meja, sang papa menatap sendu, menyeruput kopi hitam yang tadi berada di
atas meja. Dia tak menggubris pertanyaan putranya.

Glenn tertawa nyaring. Tawanya terdengar jelas, hampa. "Dia nyium istri papa di sana. Hahahah... Yaampuun bener-bener keluarga gila. Bangsat! Hahaha...." tawanya tak juga berhenti.

"Fresya nyariin kamu. Dia nangis terus sampe matanya bengkak." ucapan frans membuat glen menghentikan suara deritanya.

"Kenapa dia nyariin glen? Harusnya dia tuh nyariin bapaknya. Harusnya dia nggak tinggal disini. Harusnya~ dia itu nggak boleh lahir dari rahim mama gue!" glen berdiri.

"Tapi dia tetep adik kandung kamu."

"Nggak ada yang ngarepin dia lahir didunia ini pa! Bahkan mama sempet mau bunuh diri karna dia kan?! Kalo aja nggak ada papa—"

"Eca nggak boleh ada di cini ya pa?"

Kedua lelaki itu tertegun. Menoleh kompak melihat gadis kecil berumur enam tahun yang berdiri di ujung tangga dengan mata berkaca-kaca. Frans langsung berdiri. Menghampiri 'putri'nya yang hampir terisak di sana.

"Enggak, eca boleh kok disini sampe kapanpun, ya? Jangan nangis. Kak glen tadi cuma lagi acting doang."

"Eting tuh apa pa?" wajahnya langsung berubah. Frans bersyukur insting keingin tahuan anak kecil muncul di waktu yang tepat.

"Acting itu... Pura-pura jadi orang lain kayak yang eca lihat di TV biasanya." mencoba mengalihkan pikiran yang seharusnya belum pantas 'anak' dari istrinya ini pikirkan. Frans menghela lega saat fresya mengangguk paham.

Sedari tadi, glen hanya memandang jengah pada drama yang papanya mulai. Pria itu menjelaskan definisi acting saat dirinya sendiripun sedang dalam mode itu sekarang. Sampai kapan papanya bisa menyembunyikan fakta terburuk gadis kecil itu. Dia sudah muak.

Fresya memperhatikan gerak gerik kakaknya yang melewatinya begitu saja. "Kakak kok mukanya merah-merah? Digigit nyamuk ya? Tapi kenapa berdarah?"

Glen menghentikan langkah. Tangannya memutar handle pintu juga ikut berhenti. Ia menunduk. Dia tidak boleh sampai lupa, bahwa gadis itu adalah anak dari perselingkuhan mamanya. Hanya karna melihat kepolosan dan keluguan seorang anak kecil, glen harus mempertahankan egonya.

Dia tak menjawab. Membuka pintu dan masuk ke dalam kamarnya. Menutup pintu dengan keras hingga membuat fresya berjengit kaget.

Frans menahan nafas sesaat. Takut-takut jika saja glen habis kesabaran dan mengatakan siapa fresya sebenarnya. Dia bernafas lega sesaat, namun kembali dibuat ditikam rasa bersalah saat fresya bertanya, "kakak... Marah sama eca ya pa?" kedua bola mata fresya kembali berair.

***
Langit-langit kamarnya seakan menjadi objek yang paling menarik saat ini. Glen berbaring diatas kasur setelah membersihkan diri. Mengingat kejadian beberapa jam yang lalu, hatinya meringis ngilu.

Di sudut kafe, glenn menatap tajam dua objek yang tengah bercengkrama. Mengumbar senyum yang beberapa tahun ini jarang bahkan tidak sama sekali ia dapatkan di rumah.

bad positionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang