Chapter 1

2.6K 172 14
                                    

Laki-laki dengan cardigan biru muda terlihat melamun di sebuah kedai es krim yang sedang sepi. Berkali - kali hembusan nafas terdengar dari bibir mungilnya. Disuapkan sesendok eskrim ke dalam mulutnya, berharap keresahan hatinya bisa berkurang. Kembali dilirik handphonenya yang tergeletak di dekat mangkok eskrim, menunggu sebuah pesan dari seseorang. Seseorang yang begitu dia cintai, seseorang yang begitu dia sayangi, seseorang yang merupakan kekasihnya.

"Phi Mew, silahkan saja kamu berbohong, tapi aku mohon balas pesanku." Gumaman lirih terdengar dari bibirnya. Kembali disuapkan sesendok eskrim ke mulutnya sambil sekali melirik ke handphonenya.

"Phi Mew..." Suara itu terdengar semakin lirih, seolah bisikan angin yang bertiup sendiri dan kesepian.

Laki-laki itu baru akan kembali menyuapkan sesendok eskrim ketika handphonenya berbunyi, ada sebuah pesan masuk.

'Nong Gulf, maaf Phi telat membalas pesanmu. Phi masih dengan teman-teman mengerjakan tugas. Kamu sudah di rumah?'

Laki-laki bernama Gulf Kanawut itu tersenyum membaca pesan yang sejak tadi dia tunggu. Bukan karena dia merasa bahagia, tapi karena dia tahu Mew sedang berbohong. Senyum itu terlihat gamang, dan sorot matanya terlihat begitu sedih.

'Aku mampir dulu ke kedai eskrim, Phi. Sebentar lagi aku pulang. Susuna! Semoga tugasnya cepat selesai.'

Gulf meletakan kembali handphonenya di meja, dan menghembuskan nafasnya berat. Baru saja dia akan memasukan handphonenya ke tas tapi benda itu kembali berbunyi.

'Oke. Hati - hati di jalan, kabari Phi setiba di rumah. Love you.'

Gulf kembali tersenyum; senyum yang lebih gamang, dan sorot mata yang lebih sedih.

"Aku akan tetap membiarkanmu berbohong, Phi. Aku memilih untuk dibohongi dari pada harus kehilanganmu."

Gulf segera mengetik pesan balasan untuk Mew. Tanpa dia sadari air mata sudah mulai melesak keluar dari kedua matanya.

'Love you too, Phi Mew.'

Setelah memasukan handphonenya ke tas, dihapus air matanya cepat menggunakan punggung tangannya.

"Aku tidak boleh menangis. Setidaknya Phi Mew masih mengatakan bahwa dia mencintaiku, walau mungkin... Itu pun hanya kebohongan sekarang."

Langit perlahan mulai berubah warna. Gulf merapatkan cardigannya. Cuaca sebenarnya tidak begitu dingin saat ini, tapi hatinya yang sedang begitu dingin. Hatinya seperti mulai membeku.

.

.

"Weyo! Melamun lagi, Gulf?"

Gulf menoleh. Seorang laki-laki berkulit putih duduk di sampingnya.

"Handphonemu seharian kemarin nonaktif ya, Mild?"

"Iya, aku lupa mengisi baterai handphoneku. Kenapa? Merindukanku?"

Gulf memutar matanya malas mendengar kenarsisan sahabatnya.

"Tadinya aku mau menelponmu, bertanya soal tugas matematika. Tapi handphonemu mati, aku jadi menelpon Boat."

Mild melipat kedua tangannya lalu bersandar di sandaran kursi.

Storm (MewGulf version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang