"Phi Mew ada kerja kelompok lagi?"
Mew mengangguk pelan. Diteguk perlahan coklat panas di gelas plastik putihnya.
"Padahal tadinya aku mau minta Phi Mew mengantarku ke toko buku."
"Gulf mau beli buku apa?"
"Matematika, Phi." Gulf menghela nafas perlahan. "Matematikaku semakin parah sekarang, jadi aku aku mau beli buku panduan tambahan."
"Kenapa tidak minta bantuan Mild, dia kan pintar matematika."
"Dia... Dia sedang sibuk akhir - akhir ini. Entah sibuk apa."
Hening sesaat. Gulf menatap langit yang sedang cerah hari ini. Saat ini mereka sedang di taman sekolah menikmati jam istirahat.
"Aku ingin mejadi burung, Phi."
"Eh?"
"Bisa terbang kemanapun, aku ingin tahu rasanya terbang bebas."
Mew kembali meneguk minumannya perlahan, tapi itu justru membuat debaran hatinya semakin kencang. Dia sadar dia sedang melakukan kebohongan, dan kapanpun Gulf bisa mengetahuinya. Mew bisa merasakan sikap Gulf yang sering aneh akhir-akhir ini, dan ini membuat Mew ketakutan.
"Nong, nanti Phi antar Nong ke toko buku. Phi rasa tidak masalah jika sekali-kali Phi absen dari belajar kelompok."
Gulf dapat melihat senyum di bibir Mew, dan dia tahu senyum itu dipaksakan.
"Iya, Phi. Terima kasih." Gulf pun ikut tersenyum. Kembali senyum gamang dengan sorot mata yang sedih. Dua orang yang saling mencintai sedang saling melempar senyum palsu.
.
.Mild melempar tasnya ke meja belajarnya dengan kesal, lalu direbahkan tubuhnya di kasur berukuran sedang. Semalam dia sudah membayangkan bahwa hari ini akan sangat menyenangkan, tapi kemudian semuanya kacau hanya karena sebuah pesan.
"Phi Mew bodoh!" Umpatan kesal keluar dari mulutnya. "Menyebalkan!"
Mild bangkit dari tempat tidur menuju cermin besar di kamar mandinya. Baju seragamnya kusut dan rambutnya acak-acakan.
"Aku ini sebenarnya siapa bagi Phi?!"
Mild menyalakan westafelnya dan mulai membasuh mukanya, lalu kembali menatap pantulan dirinya di kaca. "Ini terlalu rumit dan menyakitkan, Phi."
Kadang Mild bertanya seandainya waktu bisa dia putar, apa yang akan dia lakukan saat itu.
FLASHBACK ON
Mild membuka pintu kamarnya dengan senyum lebar di wajahnya. Ini adalah pagi pertamanya di Bangkok sejak dia pergi ke Jerman beberapa tahun lalu. Diraih handphonenya, dan senyumnya semakin lebar saat terlihat ada pesan dari sahabat yang paling dia rindukan.
'Mild, sepulang sekolah aku akan langsung ke rumah mu. Oh iya, pacarku akan ikut. Dia takut aku jatuh cinta padamu. Hahaha.'
Mild tertawa pelan, lalu segera dibalas pesan itu.
'Ya ampun! Pacarmu pecemburu sekali, Gulf. Cepatlah datang, jangan terlambat. Mama sudah berjanji akan memasakan masakan Jerman untukmu. Kamu pasti suka.'

KAMU SEDANG MEMBACA
Storm (MewGulf version)
RomanceGulf Kanawut begitu mencintai kekasihnya; Mew Suppasit, dan begitu menyayangi sahabatnya; Mild Suttinut. Tapi kemudian kedua laki-laki itu bermain di belakangnya/ "Aku akan tetap membiarkanmu berbohong, Phi. Aku memilih untuk dibohongi dari pada har...