Chapter 3 - END

2.8K 238 47
                                    

"Aku tidak mau tahu, Phi Mew harus menemaniku ke kedai eskrim hari ini! Aku sedang ingin sekali eskrim."

"Nong...."

"Aku tidak ingin mendengar alasan apapun, Phi!"

Gulf bukanlah orang yang keras kepala, tapi Mew sadar akhir-akhir ini Gulf banyak berubah. Jika dia bilang harus, itu artinya harus dilaksanakan tanpa bisa menerima alasan apapun.

"Dulu kita selalu pulang bersama, kecuali saat Phi dan aku sedang sibuk dengan Klub masing-masing. Jadi sekarangpun aku ingin seperti itu lagi."

"Nong, dengarkan Phi.."

"Tidak! Aku tidak mau dengar." Ditutup kedua telinga Gulf tangannya. "Aku tidak mau dengar alasan apapun."

Mew menyerah. "Baiklah, Nong. Phi akan temani ke kedai es krim, tapi jangan cemberut lagi..."

Gulf tersenyum lebar, Mew tahu senyum itu dipaksakan. Mew sadar bahwa Gulf semakin banyak berubah akhir-akhir ini, tapi dia merasa takut untuk sekedar menanyakannya langsung. Dia takut mendengar jawaban yang tidak dia inginkan, jawaban tentang rahasianya.

"Nong tidak mau makan apa-apa? Jam istirahat sebentar lagi selesai."

"Tidak. Aku tidak lapar."

Kantin sangat ramai. Gulf menatap sekeliling dan tidak terlihat Mild, hari ini dia tidak masuk sekolah.

"Phi..."

"Ya?"

"Aku batal menjadi burung. Aku ingin jadi angin badai, kuat, dan sanggup menghancurkan apapun yang dia lalui."

Mew mengkerutkan keningnya bingung.

"Aku ingin jadi badai di malam hari. Menghancurkan semua, bahkan yang tersembunyi sekalipun."

Dapat Mew rasakan jantungnya yang tiba-tiba berdetak lebih cepat. Semua perubahan yang terjadi pada Gulf membuatnya menyadari satu hal; kebohongannya sudah terbongkar.

"Tidak terasa ya sudah tiga bulan Mild di Bangkok. Waktu kadang berlalu sangat cepat, terlalu cepat untuk perubahan-perubahan yang terlalu mengejutkan."

Mew kehilangan kata - katanya. Dia mulai merasa gelisah.

"Don't try too hard to get far away. My body has already broken into pieces just like you wanted. I can't go a step closer to you."

Lagi-lagi lagu itu. Mew kini sadar ada maksud yang ingin Gulf sampaikan melalui lagu itu sejak dia pertama kali bersendandung.

"I finally set my heart to leave, and it came to me like a harsh storm. It might be a fate that will wash away like the rain. Because it was more painful than a fate shattered like glass. At the end of this walk, I let you know but you wouldn't know."

"Nong Gulf..."

"Phi tahu lagu ini? Aku paling suka lirik terakhirnya..."

Gulf memejamkan matanya.

"I was sick with a love fever. The meaning of these tears trickling to my dried lips. You'll never know.""

Storm (MewGulf version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang