Verloren Part 1

61 5 0
                                    

Perutku sangat lapar, yang kumiliki hanya remah roti dari 3 hari yang lalu. Aku masih terkunci di ruangan kecil dan gelap ini. Lelaki itu belum juga kembali dari kota. Ruangan ini begitu dingin, gelap, dan aku tak tau kenapa aku ada disini dengan kaki terborgol. Kepalaku selalu sakit saat mencoba mengingat apa yang telah terjadi. Hal terakhir yang kuingat adalah kepalaku berdarah dan aku dibopong oleh lelaki itu ke rumah ini. Aku bahkan tidak tau siapa lelaki itu dan apa tujuannya membawaku kesini.


"Mami, lihat bunga yang kutemukan. Indah bukan?"

"Iya nak, ini namanya bunga white lily. Biasanya bunga ini melambangkan kepolosan dan kemurnian, sama sepertimu."


Kepalaku sakit sekali, rasanya seperti mau pecah. Lelaki itu sudah kembali, aku harus segera mencari tau kenapa aku ada disini. Ruangan ini masi saja dingin, mungkin memang sedang musim dingin.

"Kamu sudah bangun? Aku membawakan sedikit bubur, ayo makan."

"Lepaskan aku, aku tidak mau makan, aku cuma ingin bebas."

"Ayo makan, ini buburnya, kamu harus makan. Sini biar kusuapi."

"Kamu siapa, kenapa aku ada disini?"

"Aku tinggal disini buburnya, cepat makan sebelum dingin."

Sial, lelaki itu pergi lagi. Dia juga tidak menjawab apa yang kutanya. Coba saja tidak ada borgol ini, aku bisa kabur selagi dia di ruangan ini. Aku harus kabur dari ruangan ini bagaimanapun caranya. Setidaknya aku harus mencari alat komunikasi. Seharusnya dia memiliki handphone. Aku harus mencari cara keluar darisini.


"Selamat ulang tahun Lily, semoga semua yang kamu inginkan terwujud dan kamu tumbuh menjadi orang yang bisa berguan untuk orang lain."

"Makasi, Mami. Lily sayang Mami."

"Ko mami aja, gasayang Papi ni?"

"Makasi juga Papi, Lily sayang Papi."


"Maaf membangunkanmu sepagi ini, aku membawakanmu sesuatu yang pasti kamu sukai. Aku membawa sup ayam."

"Kenapa aku ada disini, cepat katakan, aku tidak tau apa tujuanmu mengurungku disini."

"Kamu tidak ingat apapun?"

"Hal terakhir yang kuingat adalah kepalaku terluka dan kamu membawaku kesini lalu mengunciku."

"Aku akan pergi lagi ke kota untuk membeli bahan makanan, aku akan segera kembali."

Lagi-lagi dia meninggalkanku disini dan lagi-lagi dia tidak menjawabku. Setidaknya dia pergi lagi. Kali ini aku harus memanfaatkannya, aku tidak bisa terus menunggu. Aku harus mencari ada apa di ruangan ini. Mungkin ada sesuatu yang bisa aku gunakan.

Aku merangkak sekeliling ruangan ini, hanya ada lemari yang berisi kain-kain yang tidak jelas, meja kosong yang lacinya berisi tumpukan kertas-kertas berisi gambar yang sangat buruk. Mungkin anak kecil yang menggambarnya. Banyak sekali gambarnya dan hanya berisi gambar bunga saja. Setidaknya ada beberapa paperclip dari tumpukan kertas ini. Lelaki itu mungkin sangat menyayangi anaknya hinga menjaganya dengan sangat rapi.

Ah, akhirnya borgol ini lepas juga, lega sekali rasanya. Sudah lama sekali aku tidak berdiri. Aku harus cepat keluar dari ruangan gelap ini.

Bukk...

Kepalaku sakit lagi dan lagi. Kakiku jadi lemas karna sudah lama tidak berjalan. Aku sampai tersungkur dan pingsan. Lemah sekali aku ini. Aku harus cepat keluar dan mencari alat komunikasi. Ini sudah hari kedua lelaki itu pergi, aku tidak tau kapan dia akan pulang. Hanya tersisa dua paperclip untuk membuka pintu ini.

Terbuka juga, akhirnya aku tidak berada di ruangan gelap itu lagi. Rumah ini benar-benar sederhana, ruang keluarga dengan TV jadul dan sofa yang sudah sobek-sobek. Karpet dari kulit beruang yang benar-benar berdebu. Dari situ, terlihat dapur dengan kompor minyak tanah dan kulkas kecil. Setidaknya ada sebotol susu yang bisa kuminum setelah dua hari tidak makan. Tidak ada telfon rumah ataupun alat komunikasi lainnya. Mungkin aku bisa memanggil tetangga untuk menolongku.

Sialan. Selama ini aku ada di hutan. Selain itu, apa apaan ini, kenapa hutan ini penuh dengan bunga-bunga. Menumbuhkan tanaman hias di hutan itu sangat sulit. Apa lelaki itu sudah gila.

Hanya satu pintu di rumah ini yang tidak bisa kubuka, kemungkinan ini adalah kamar lelaki itu. Paperclip-ku sudah habis, aku harus bagaimana ini. Ini sama aja sia-sia jika tidak bisa kabur. Kaca tertutup teralis dan pintu terkunci. Sepertinya dia memang sudah menyiapkannya. Ada yang datang, sepertinya dia sudah kembali. Aku harus cepat kembali ke kamar. BOTOL SUSU... DIA PASTI MENYADARINYA. Terlambat, dia sudah masuk. Tinggal menunggu waktu saja bagi dia untuk menyadarinya. Lebih baik aku pura-pura tidur saja.

Aku ketiduran kemarin. Aku terbangun dengan keadaan kaki dan tangan terikat. Lelaki itu tertidur sambal duduk di sampingku. Kenapa dia ada disini, apa dia ingin melakukan sesuatu kepadaku. Tidak itu tidak mungkin karna jika dia ingin melakukannya maka dia akan melakukannya saat aku tertidur.

"Kau pasti lapar kan selama aku pergi makanya kamu membuka pintu dan meminum susu."

"Tidak perlu bersikap baik, kau sudah mempersiapkannya kan."

"Aku tidak mengerti maksudmu."

"Dan lagi, apa-apaan taman bunga itu.."

"Taman bunga apa?"

"Sekeliling rumahmu ini taman bunga hias yang sangat sulit ditanam di hutan seperti ini."

"Kau berhalusinasi.."

"Tidak, aku melihatnya sendiri."

"Mulai sekarang pintu ruangan ini akan aku buka, aku yang akan menyuapimu makan karna kamu terikat seperti itu."

Lelaki itu masuk ke kamarnya. Aku harus segera mencari tau apa yang ada di kamarnya. Aku tidak bisa terus-terusan begini.


"Mami, liat apa yang Lily gambar."

"Bagus sekali gambar kamu Lily, tapi kamu harus mencoba menggambar yang lain selain itu."


Lelaki itu benar-benar menyuapin aku makanan, sebenarnya dia cukup baik untuk ukuran penjahat. Dia tidak melakukan hal buruk kepadaku, bahkan dia terlalu baik padauk kadang-kadang. Aku tidak mengerti apa tujuan dia menculik dan menyekapku seperti ini. Aku juga tidak mengerti kenapa orang sebaik dia melakukan ini. Tapi tetap saja, aku harus keluar dari rumah ini. Aku harus mencari tau siapa diriku dan semuanya.


"Pergi kau jangan dekati aku."

"Mami, ini aku, Lily, sadarlah.."

"Bukan, kau bukan Lily, kau itu iblis, kau pasti ingin mencelakakan Lily kan.."

"Tidak Mami, ini aku, Lily."


Aku mulai berpikir bahwa aku akan tetap disini saja, aku mungkin bisa bahagia bersama lelaki itu. Dia pria yang baik, dia lebih sering bercerita sekarang. Dia bercerita tentang pekerjaannya sebagai tukang kayu. Dia juga pandai memasak. Entah kenapa aku sangat menyukai sup ayamnya. Rasanya sangat familiar di lidahku. Aku seperti diberi kehangatan. Aku terlalu berpikir untuk pergi. Aku tidak tau apa yang ada di luar sana, setidaknya aku aman bersama lelaki itu. 

VerlorenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang