"Kamu selalu tepat waktu, aku ngga bakal marah kalau kamu lama-lama dipanti," ucapku tepat ketika tiyah membuka pintu kamar kami.
"Aku akan mandi dan menyicil skripsiku dulu," dengan mata yang terlihat lelah itu dia berpamitan lalu berajak mencium pipi kananku.
Aku mengangguk.
Aku terlelap sebelum sebuah tangan membangunkanku.
Menatapnya pelan lalu jam dinding, pukul set satu. Perempuan ini selalu saja lupa waktu dan lebih sibuk dariku.
Menyuruhnya berbaring disebelahku dan tidur dengan dia dalam pelukanku.
Sebelum kembali terpejam aku mendengarnya menggumam
"Hari ini aman."Dan jika saja aku tidak mengantuk aku pasti akan tertawa mendengar perkataannya.
---
Seminggu telah berlalu dan aku sama sekali tidak bisa pulang kerumah.
Pesan berupa ijin keluar dari Tiyah pun belum sempat kubalas.
Aku sedang sibuk.
Perusahaan yang sekarang kukelola ini berawal dari vila kecil milik kakak dari mamaku, om Axel.
Setiap hari kukelolah dengan mempertimbangkan segala kenyamanan tamu, makin lama semakin berkembang sehingga aku bisa membangun beberapa vila disekitar daerah batu tersebut. Hingga tepat diumur 23 tahun aku meminjam dan menjual beberapa tanah milik kakek yang diwariskan padaku untuk membangun sebuah hotel kecil yang sekarang bahkan sudah berbintang lima.
Tentu saja tanah milik kakek sudah aman ditanganku kembali.
Aku mempunyai harapan sebelum umurku 40 tahun nanti, aku ingin Mandhela hotel ini sudah berada disetiap kota di Indonesia.
Karena tujuanku itu, aku bahkan tidak bisa berleha-leha meski ingin.
Bulan ini, aku berencana membuka cabang hotel dikawasan Surabaya.
Pulang pergi surabaya-malang memang cepat namun jika dilakukan setiap hari maka akan terasa lelahnya.Maka dari itu aku memilih menginap dirumah milik tanteku yang kebetulan memiliki rumah didaerah dekat lokasi pembangunan.
Mengawasi langsung tanpa perantara adalah ciri khas ku, tidak peduli seberapa sibuk aku tidak akan menerima laporan dalam kertas tanpa melihat lapangan secara langsung.
---
"Akh, ya yah begitu," aku mendesah dengan tangan berada tepat dirambut Tiyah yang sedang asyik mengoral kejantananku.
Sesekali tanganku membantu mendorong kepalanya agar lebih cepat.
Sial, bahkan mulutnya saja bisa sehangat ini.
"Ke keluarkan, yah, kelu-"
Tidak sempat.
Aku mengeluarkannya didalam mulut Tiyah.
Seraya mendelik, perempuan berdiri dan beranjak kedalam kamar mandi.
Lalu aku tertawa pelan.
"Aku sudah menyuruhmu mengeluarkannya," ucapku dan kembali menyuruhnya mendekat.
"Aku tidak mendengar."
Aku mengedipkan sebelah mataku, memasang kembali celana kainku yang masih melekat dikaki.
"Kau bisa meminumnya, orang-orang berkata itu jamu awet muda," aku menggodanya.
"Akan kutelan jika lain kali kita bisa melakukannya secara penuh."
Aku menoleh kembali kearahnya yang duduk nyaman diatas ranjang.
"Kamu tau aku tidak akan menidurimu," ucapku sedikit terlalu keras.
"Mas bisa meniduriku, aku mengijinkannya."
"Aku yang tidak mengijinkan diriku sendiri. Tidurlah, aku tau kau lelah."
Dan malam itu dia kembali tidur memunggungiku seperti yang sudah-sudah.
Alasan yang sama.
Meski setelahnya aku tahu pundak itu bergetar menahan tangis dan aku tetap tak bisa melakukan apapun.Biarlah, dan seperti yang sudah-sudah, dia akan segera melupakan perbincangan kami tadi.
Sekali lagi seperti yang sudah-sudah.
---
"Mas, bangun. Mamamu menelepon beberapa kali," tangan yang aku tau milik Tiyah menggoncang badanku dengan keras.
Aku mengabaikannya, lebih memilih tetap memejamkan mataku.
Bisa tolong sehari saja biarkan aku beristirahat?
"Mas, tolong bangun. Mamamu mengirim pesan lagi bahwa dia akan ke Malang hari ini dan akan mampir kemari."
Aku membuka mataku.
Sekarang aku tau kenapa dia ngotot membangunkanku.Mama akan kemari dan seperti yang sudah-sudah maka Tiyah harus kembali kepanti.
"Ada waktu yang mama tulis dipesan tersebut?"
Tiyah mengangguk
"Beliau berkata nanti sore akan mampir."
Aku menatap jam dinding dan tepat dua jam lagi sore itu datang.
"Lekaslah siap-siap, akan kuantar kamu kepanti," ucapku seraya mengacak rambutku kasar.
Kenapa mama harus datang kemari hari ini?
---
Tbc.
Aku bakal posting chapter selanjutnya kalau vote udah 50biji👌
Jangan lupa follow Instagram @Mandhelafam
Pasti bakal aku follback untuk 50 orang pertama♥️♥️♥️
KAMU SEDANG MEMBACA
Adrian Mandhela
General FictionGenerasi Mandhela. langsung baca saja. Khusus dewasa 21+