Klek-
Kubuka pintunya ragu-ragu, belum sempat kulihat ada apa pintu sudah ditutup dari luar, ah sial! Aku sungguh takut saat ini!
"Permisi..." ucapku takut-takut. Mataku menjelajah ke sekeliling ruangan serba putih ini, hanya ada sofa besar dan meja yang menjadi penghias.
"Eh, ada orang?" aku terkejut bukan main, ketika dari belakang kudengar suara seseorang, kuberanikan diri menoleh dan kudapatkan seseorang perempuan boyish, rambutnya pendek dan dicat pink, matanya besar, hidungnya kecil tapi mancung, pipinya chubby dan merona dan terakhir kulihat senyum yang begitu indah hasil dari perpaduan bibir tipis pink-nya dan gigi yang tersusun rapi.
Gadis ini menggunakan hot pants berwarna putih gading yang sukses memamerkan kedua kaki dan paha mulusnya, dipadankan dengan sweater berwarna soft pink membuatnya terlihat amat sangat manis.
Untuk beberapa saat aku terpesona, ia sungguh cantik, hanya membayangkan bisa menyentuh bibir pinknya dengan bibirku saja sepertinya sudah membuatku horny. Ditambah membayangkan tanganku mengelus paha mulusnya, belum lagi ---
"Hei, apa kau baik-baik saja?" tanyanya lalu menyentuh wajahku dengan tangannya yang begitu halus. Ah rasanya seperti terbang ke langit ke tujuh.
Namun ketika ia mendekat, aku melihat keganjilan dilehernya, seperti ada tonjolan, sejak kapan wanita punya... jakun?
Tanpa sadar kusentuh lehernya, dan tonjolan itu kurasakan dengan jelas.
"Kau? Apa kau punya kelainan? Kenapa ada jakun dilehermu?" tanyaku bingung, ia mengernyit.
"Memangnya aneh? Kau juga punya jakun kan?"
"Iya, tapi kan aku laki-laki!"
Beberapa saat ia terdiam lalu menyipitkan mata tajamnya, "YAH! AKU JUGA LAKI-LAKI!" teriaknya didepan wajahku.
"A-apa?" aku memandangnya tdak percaya, mahluk seindah ini adalah laki-laki?
"Aku ini laki-laki! Apa perlu kutunjukkan milikku?" ucapnya seraya menurunkan resleting celananya.
"Yah! Tidak perlu tidak perlu!" aku pun menahan tangannya, lalu pandangan mata kami bertemu. Betapa terkejutnya ketika tiba-tiba ia mendorongku ke sofa lalu duduk dipangkuanku.
"Apa yang kau- emphhhh..." tanpa izin dariku ia langsung melumat bibirku dengan bibir nya, tangannya memegangi wajahku dan bibirnya semakin kasar menciumiku, menjilatinya seperti menjilati permen, ia gunakan lidahnya untuk memaksa mulutku terbuka, dan anehnya aku tidak bisa menolak, bibirnya terlalu nikmat untuk disia-siakan.
Aku pun mulai terbawa permainannya, kuhisap bibirnya yang terasa begitu manis lalu sedikit memainkannya, membuatnya mengeluarkan suara lenguhan yang mulai membangkitkan birahiku, sejenak melupakan bahwa ia memiliki alat kelamin yang sama sepertiku.
"Siapa namamu?" tanyanya susah payah ketika aku semakin mengeksplor bagian mulutnya.
"Jeno..." ucapku cepat lalu kembali menciuminya. Menarik lidahnya untuk beradu.
"Ahnn~ J-jenh..."desahnya sambil memanggil namaku, membuat birahiku naik berkali lipat.
"Ah..." suara menggelikan pun keluar dari mulutku ketika tanpa izinku ia meremas alat vitalku yang masih terbungkus celana sambil membalas ciuman-ciumanku, aku semakin merasakan bagian sensitif tubuhku itu mengeras, tangannya yang lain mulai meraba-raba tubuh polosku.
Sesaat ciuman kami terlepas, kupejamkan mataku ketika ia menjilat aliran saliva kami di bagain leherku, lalu kembali memasukkan lidahnya kemulutku dan tanpa ragu aku menyambutnya.
Tangannya kembali bermain di area sensitifku, ia membuka resleting celanaku dan tangannya menelusup ke balik boxerku, mencari-cari benda yang sudah semakin mengeras.
"Ahhh..." erangku keras begitu milikku disentuh secara langsung oleh tangannya, dengan lihainya ia memijat bagian sensitifku itu, membuatku merasa nikmat berkali lipat.
"Yours is so huge..." bisiknya lalu menjilat telingaku, "This is my favorite..."
Lalu ia pun berjongkok dihadapanku, tersenyum manis seakan tidak ada yang salah, kemudian mulai menurunkan celanaku, begitu malu ketika milikku yang sudah menegang terpampang jelas didepan wajahnya. Tanpa ragu ia mulai menggosoknya dan menjilati ujungnya, ah ini benar-benar gila!
Salivanya ia gunakan untuk membasahi seluruh bagian milikku, ia jilati dengan begitu cepat, lalu mulai memasukkan milikku kedalam mulutnya, bisa kulihat ia sedikit kesulitan menyesuaikan ukuran milikku dengan mulutnya yang kecil, namun itu hanya beberapa saat karena selanjutnya dengan lancar ia mulai menghisapnya.
"Ahhnnn..." sungguh ini gila! Bahkan ia berusaha menggodaku dengan berkali-kali menggigit kecil twins ballku. Aku hanya bisa menikmatinya sambil sedikit menjambak rambutnya dan sesekali menggerakkan pinggulku agar milikku semakin masuk ke mulut nikmatnya.
"Ah, aku-aku sepertinya..."
"You're going to cum?" tanyanya, aku mengangguk lemas, "Kalau begitu, we're done!" ia tersenyum lalu bangkit.
"Apa? Hei apa kau gila? Aku hampir sampai sedikit lagi..." protesku kesal.
"Memang ini tujuannya..." ia kembali duduk dipangkuanku dan melingkarkan tangannya dileherku, "Bersiaplah untuk pemotretan..." bisiknya lalu menciumku lagi, segera kutepis tubuhnya lalu beranjak bangun, membetulkan celanaku.
Aku pun berjalan menuju pintu, "Namaku Na Jaemin, kau boleh panggil aku Jaemin..." teriaknya sebelum kumenutup pintu.
"Cih, kau pikir aku peduli!!!" sungutku kesal.
=====
Aku pun kembali menghampiri Sooman, dengan sedikit kesulitan karena aku benar-benar sedang terangsang sekarang, bahkan dapat kulihat milikku yang tegang dari luar celanaku.
"Tuan..." panggilku, ia pun menoleh, menatapku sesaat lalu ia bertepuk tangan senang, "SEMPURNA! Kau benar-benar mendapatkan ekspresi itu sekarang, mari kita mulai pemotretannya!"
Aku mendengus kesal lalu menuju arena pemotretan, dengan cekatan beberapa kru segera merapikan rambut dan make up-ku, aku hanya diam karena sungguh, merasa horny benar-benar membuatku tersiksa.
"Duduk di sofa itu Lee Jeno..." tunjuk pengarah gaya, aku menurutinya, "Iya bagus, tetaplah pasang ekspresi seperti itu, lihat ke kamera satu, oke siap! Satu...dua...tiga..." dan blitz kamera mulai menghujani tubuhku.
"Sekarang tetap begitu sambil bayangkan orang yang kau benci..."
Kembali bayangan ayahku terlintas, "Ya, perfect!" ucap pengarah gaya dan kamera kembali mengambil gambarku, "Sekarang pindah ke atas ranjang..." titah pengarah gaya sambil menunjuk ranjang yang memang sudah disediakan, "Beraktinglah kau sedang tidur namun kau tidak tidur, pikirkan segala hal yang membuatmu frustasi..."
Aku menurutinya, kupejamkan mataku lalu mulai memikirkan beberapa hal, tiba-tiba wajah orang yang tadi merangsangku muncul, bibirnya, matanya... semuanya sungguh membuatku frustasi!
"Yah, sungguh luar biasa Lee Jeno!" puji sang pengarah gaya, lalu ia kembali memerintahku melakukan pose-pose lain sampai tanpa sadar dua jam sudah berlalu, akhirnya pose terakhir selesai yang berarti pemotretan hari ini selesai.
Kulihat Donghae sudah menungguku dengan cengiran menyebalkannya.
"Apa kau? Puas melihatku begini?" ucapku kesal sambil menunjuk area milikku.
"Eh? Kenapa bisa begitu?"
"Menurutmu?" kujitak kepalanya lalu segera menuju kamar mandi untuk menyelesaikan urusanku sendiri! Ah sial!
Sepanjang melemaskan milikku, wajah Jaemin -atau siapa namanya aku tidak peduli- terus menerus memenuhi pikiranku, setelah selesai dengan urusanku, aku kembali ke kantor dan bertanya tentang Jaemin, sialnya mereka bilang Jaemin baru saja pulang.
Ah sudahlah... sebaiknya lupakan tentang hari ini! Dunia keartisan memang benar-benar gila!
To be continued..
Gimana udah puas lom? 🌚
Jeno: belom lah yakale!!!
69 votes kita leggoo next chap 🌚
KAMU SEDANG MEMBACA
S(t)uck with U [Nomin🔞] ✔
FanfictionLee Jeno, seorang selebriti pendatang baru, mendapatkan job pemotretan majalah. Namun, pemotretan majalah ini bukan seperti yang dibayangkannya saat tiba-tiba sang director memintanya untuk memasang ekspresi horny. "Bagaimana aku bisa horny dalam w...