Bab 2.

311 25 1
                                    

Muhammad Raihan Firdaus, lelaki yang kini beranjak usia dua puluh empat tahun sedang menjalani tugasnya sebagai Dosen di salah satu Universitas Jakarta. Kedua orang tuanya tinggal di Surabaya, sedangkan ia memilih untuk hidup di Jakarta bersama Kakak Perempuannya-Andira Puspita Zahro. Kakaknya sudah menikah dan memiliki anak perempuan yang berusia baru dua tahun. Raihan anak kedua dari Yusuf Firdaus dan Annisa Fitria Zahro. Kedua orang tuanya memiliki sebuah Perusahaan yang sangat besar di Kota Surabaya dan di beberapa kota lainnya. Ia dibesarkan dalam keadaan mampu. Namun, Raihan bukanlah seorang anak yang ingin selalu dipenuhi keinginannya karena orang tuanya kaya raya. Dia berusaha mandiri walau Papa dan Mamanya seorang konglomerat. Dia bekerja sebagai Dosen karena memang itulah cita-citanya. Jika kakaknya berprofesi sebagai Dokter Umum, maka ia memilih untuk menjadi Dosen. Sudah dua tahun ia tinggal bersama kakak dan abang iparnya. Sebenarnya ada rasa tidak enak pada abang iparnya. Namun abang iparnya malah senang jika ia tinggal bersama mereka. Karena jika abangnya pulang larut, Dira dan anaknya ada yang jaga. Setidaknya jika Raihan pulang lebih awal.

Raihan menyelesaikan Kuliahnya hanya butuh waktu dua tahun setengah. Biasanya jika harus menuntaskan program studinya butuh waktu tiga tahun. Tapi, karena Raihan memiliki kecerdasan ia lebih cepat lulus sarjana dibanding dengan teman-temannya.

Raihan sosok lelaki yang banyak dikagumi oleh para kaum hawa. Namun, sikap Raihan yang begitu cuek terhadap wanita yang bukan mahramnya membuat para wanita malah semakin terus mendekatkan dirinya. Ada yang secara terang-terangan menyatakan cinta padanya, ada yang mengirimi surat pengagum rahasia. Tapi semua Raihan simpan. Bahkan satu pun tidak ada yang Raihan baca. Bukannya sombong, tapi pekerjaannya sudah membuatnya memiliki kesibukan. Raihan tidak mempunyai waktu hanya untuk membaca surat-surat dari para fansnya itu.

Raihan memiliki hidung mancung, bulu mata yang lentik dan juga memiliki wajah yang tampan. Hampir kesempurnaan ada padanya, akan tetapi, ia tak pernah menyombongkan itu pada dirinya maupun orang lain. Lagipula, untuk apa menyombongkan diri? Jika Allah yang maha segalanya? Allah yang menciptakan manusia, dan Allah pula yang mengembalikan manusia itu sendiri. Jadi jangan pernah sombong.

Saat mata kuliahnya telah selesai, ia segera beranjak dari tempat duduknya kemudian mengucapkan salam penutup untuk matkul hari ini.

Raihan berjalan menyusuri koridor kampus, banyak pasang mata yang memandang dirinya terlebih kaum hawa. Menurut Raihan, apakah mereka tidak tau bahwa memandang kepada yang bukan mahram itu haram, lalu mengapa mereka memandangnya seperti itu. Astaghfirullah, Raihan menggelengkan kepalanya pelan.

Sesampainya di Ruangan, Raihan langsung duduk di kursinya. Ia melihat jam tangannya pukul 12:12, lantas ia segera menuju masjid kampus untuk menunaikan kewajibannya sebagai seorang muslim.

Raihan mengambil air wudhu, setelah itu ia langsung masuk masjid. Melaksanakan sholat qobliyah dzuhur lebih dulu, lantas ia teruskan sholat fardhu dzuhur.

Selesai sholat tak lupa Raihan berdoa. Meminta dan memohon pada sang Kuasa. Setelahnya, ia mengambil mushaf kecil yang berada di lemari masjid.

Dengan suara samarnya, ia membaca surah Ar-Rahman. Bukan hanya tampan yang ia miliki, tapi keshalihannya juga membuat para kaum hawa terpesona. Rambut yang basah karena air wudhu begitu pun dengan wajah yang bersinar bak cahaya yang selalu dibasuh oleh air wudhu.

Setelah selesai membaca Al-Qur'an ia lantas menyimpannya kembali, lalu beranjak keluar menuju parkiran. Ia melirik jam tangannya, waktunya ia pulang ke Rumah.

Cahaya Takdirku [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang