1: Perihal kehilangan

14 0 0
                                    

Jika suatu hubungan hanya menyebabkan luka, maka lepaskanlah segera luka itu meskipun kau cinta, karena tidak ada cinta yang sakit.
~Mentari Arunika Altara~
•••∆•••

"PULANG SEKARANG GUE BILANG! BUDEG LO?"

Mata elang milik seorang lelaki jangkung berkulit eksotis terus menampakan kemarahan, mukanya memerah, ia mengumpat tak hentinya dalam hati kepada seseorang yang dengan sengaja memutuskan telepon secara sepihak.

Senyum seringai licik tercetak jelas di wajahnya, "Main-main lo sama gue, Tar!"

Dengan kecepatan di atas rata-rata, lelaki bernama lengkap Baskara Erlangga Artama membelah jalan raya di pukul hampir setengah tiga pagi, mencari dan memaksa pulang kekasih nakalnya yang makin hari makin keras kepala.

Di tengah kesibukannya mengemudikan motornya, Baskara berpikir keras, bagaimana hubungan mereka bisa sampai se toxic ini? Bagaimana Mentarinya bisa berubah menjadi nakal seperti ini? Dan bagaimana Baskara bisa menjadi sangat tempramental seperti sekarang? Baskara tidak tahu penyebabnya, yang ia tahu hubungan mereka sudah tidak se sehat dulu lagi. Semuanya berubah, Mentarinya berubah atau mungkin Baskara lah yang berubah sehingga Mentari yang merasakan perubahan itu juga ikut bertingkah laku sama?

Setelah tersadar dari pikirannya, Baskara tiba-tiba berhenti, ia menajamkan penglihatan pada sesosok wanita yang terduduk di pinggir jalan. Dengan inisiatif tinggi Baskara mendatangi wanita itu, dari perawakannya Baskara seperti kenal.

"Mbak," panggilnya sambil menepuk pundak wanita itu sehingga wanita itu mendongak.

Baskara terdiam, ia kaget bukan main dengan wanita yang ada di depannya ini. "Me-mellina?" Ucapnya terbata membuat wanita yang bernama Mellina itu menangis sesenggukan, ia berdiri lalu menghambur ke dalam pelukan Baskara dengan tangis pilu.

Baskara tidak membalas pelukan itu, namun ia membiarkan Mellina memeluknya sampai wanita itu tenang dan bercerita mengapa ia bisa ada disini di tengah malam begini. Jelas Baskara heran sekaligus kaget, karena wanita itu adalah wanita yang tidak gemar keluar rumah, dan rumahnya pun jauh dari sini. Apa yang Mellina lakukan disini?

"Mel, Lo kenapa bisa ada disini?"

Mellina tidak menjawab, ia melepas pelukannya dengan Baskara lalu duduk di trotoar yang sudah sepi manusia ini. Ia menunduk menatap lantai, tangannya berpaut gelisah. Apa yang akan ia katakan pada Baskara? Apa yang akan Baskara pikirkan jika nanti dia mengatakan yang sebenarnya? Otak Mellina terus berpikir keras, ia tidak ingin Baskara berubah padanya setelah tahu bahwa Mellina melakukan sesuatu yang tidak pernah ia pikirkan sebelumnya.

Sementara dengan kegiatan saling diam itu Baskara tidak menatap Mellina, ia menatap depan sambil memikirkan Kekasih tercintanya. Baskara ingat, tadi dia sudah membentak Mentari yang pasti membuat hati wanita itu terluka, wanita satu-satunya dalam hidupnya, terluka karena emosi yang tidak bisa Baskara kuasai.

Dimana gadis nakal itu sekarang? Apakah ia sudah pulang dan menuruti ucapan Baskara agar pulang? Dan banyak lagi pertanyaan yang Baskara pikirkan.

Namun, yang paling Baskara pertanyakan sekarang harusnya adalah, ada apa dengan dirinya? Mengapa ia se marah ini pada Mentari hingga menyuruhnya pulang tengah malam begini?

Kepala Baskara pusing memikirkannya, mungkin ia akan minta maaf pada Mentari esok hari. Tidak mungkin juga Mentari pulang sekarang karena menuruti perintahnya, kan?

Fajar Terakhir Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang