1. Iyaa, Mahasiswa

2 1 0
                                    

Pagi ini hari pertama Tika masuk kuliah, memang bukan universitas negeri di kotanya, tetapi Universitas ini yang akan  menjadi rumah kedua untuknya, ia begitu bersemangat untuk mengawali hari pertamanya menjadi mahasiswi, iyaa mahasiswi. Se-exited itu dong.

Mungkin bisa dibilang bukan hari pertama masuk kuliah sih yaa karena seminggu sebelumnya Tika sudah menjalani apa yang orang sebut ospek, yang begitu melelahkan jiwa dan raganya. Ospek dan tetek bengeknya memang menjadi bagian sulit ketika seseorang mengalami peralihan dari masa SMA/SMKnya yang sebentar lagi akan berubah menjadi mahasiswa/mahasiswi yang pastinya lebih banyak yang harus dilakukan, ngga sekedar belajar dan nongkrong doang. Karena diumur-umur seperti ini memang masanya untuk pendewasaan diri dan pemantasan diri.

Pemantasan diri disini yaitu adanya keinginan untuk menunjukkan bahwa kamu pantas untuk dipanggil mahasiswa. Ibaratnya, udah ngasih perubahan apa aja sih selama kuliah? Perubahan yang bukan cuma buat diri sendiri, tapi buat orang tua, kampus, organisasi dan lainnya.

Pengenalan kampus sudah usai dari seminggu yang lalu, kini tinggal pengenalan jurusan-yang katanya sih lebih nakutin. Tapi Tika ngga ambil pusing dengan hal ini selama ia masih bisa enjoy dengan kegiatan-kegiatannya yaa okelah tinggal jalanin aja, ngga usah dibuat repot. Tipikal orang yang simpel dan ngga neko-neko tali sekalinya diusik jangan tanya lagi.

PBSI disini dibagi menjadi 2 kelas, dimana sekelas isinya ada 56 anak, dan Tika masuk kedalam kelas A, Tika masuk ke ruang kelas yang masih agak lenggang dan baru  ada beberapa anak saja. Ia mengambil tempat di pojok dekat dinding agar ia bisa menempel dinding, tempat yang strategis untuk tidur, ia meletakkan tas diatas meja, mempersiapkan gawainya kemudian memasang headset untuk mendengarkan podcast-podcast seru di spotify. Tanpa sadar iapun mulai terlelap dialam mimpi.

"Kartika Raras Ayu, mana yang namanya Kartika?" Ucap senior yang sedang melakukan presensi didepan kelas

Senikr itu kemudian memanggil temannya yang lain berbisik-bisik kemudian teman yang tadi berjalan kearah Tika yang masih terlelap dalam tidurnya.

"Dek, enak banget yaa tidurnya sampe-sampe ketua Hima manggil ngga ditanggepin" ucap senior wanita itu sambil menggoyang-goyangkan tubuh Tika

"Eh, maaf kak saya ketiduran" jawab Tika dengan rasa malu yang sudah tak terbendung

"Okee, karena teman kalian sudah bangun, saya akan melanjutkan presensi sambil kalian memikirkan hukuman yang cocok untuk dia"

●○●
Dikantin Fakultas Bahasa dan Seni sedang ramai-ramainya mahasiswa yang mengantri makanan maupun sedang makan bersama teman-temannya.

"Hai Tik, Kenalin gue Rama Prayoga, panggil aja Rama"

"Gue, Siska Azzahra, panggil siska boleh, zahra boleh. Senyaman lo aja"

"Hai temen-temen, aku Kartika. Salam kenal yaa"

"Santai aja kali, gausah kaku-kaku gitu" ucap Rama sambil menyeruput es kopinya

"Haha, sorry guys. Aku ngga terbiasa gunain sapaan lo-gue tau sendiri aku asli mana"

Kompak mereka berdua tertawa mengingat hukuman Tika yang sangat menjunjung kearifan lokal, hukuman disuruh kenalan ngga cuma sekelas tapi dua kelas dong beserta ngenalin budaya daerahnya, sampe ada yang bilang 'lagi promosi buat nyari pasangan atau gimana mbak' saat tika jalan ke kantin. Malu banget ngga si digituin, yaa mau gimana lagi ini juga salah Tika yang ketiduran dihari pertamanya pengenalan jurusan. Mana ada hukuman lain lagi, menjadi anggota Himpunan Mahasiswa! Hmm.

"Dosa apa yaa aku dimasa lalu, sampe hidup gini amat"

●○●
Tika, Siska, dan Rama sedang bernostalgia kenangan masa maba mereka yang diisi oleh tingkah absurd Tika. Nostalgia ini terjadi begitu saja ketika mereka sekarang menjadi anggota Hima yang sedang mengospek para mahasiswa baru. Saat ini mereka sedang menduduki bangku perkuliahan semester tiga, yang katanya si lagi asik-asiknya masa kuliah, katanya lho yaa padahal si sejak semester satu kemarin mereka udah ngga santuy tuh, apalgi mata kuliah membaca yang dituntut buat baca beribu-ribu halaman novel buat diresensi.

Mana yang suka ngatain anak bahasa pelajarannya membaca, menulis, berbicara, menyimak. Hmm, kalian belum pernah ngerasain betapa capeknya baca beribu-ribu halaman buat nulis berlembar-lembar resensi, memahamai bentuk-bentuk linguistik yang komponennya ngga main-main banyaknya, tata bahasa baku Bahasa Indonesia, dan pastinyaa ada latihan lapangannya. Kalo ada yang bilang nulis resensi itu 'Bisa aja si ngambil dari internet kan gampang tuh', nah yang bilang kek gini pasti belum pernah liat dosen yang bilang 'mbak, ini plagiat dari mana? Pengen banget dapet nilai C?'

Kalo dosen udah berfatwa kek gini mahasiswa hanya bisa ngangguk aja, daripada terancam dapat nilai C kan. Tapi ini bukan sekedar huruf gitu lho, yang ngga nentuin apa-apa di masa depan. Yang lebih krusialnya disini adalah kalo buat resensi aja masih nyontek, gimana nanti buat ngajarin anak-anak. Jadi guru itu kan digugu lan ditiru, mau anak didiknya jadi kita dimasa lalu, mau negur eh tapi dulunya kita juga kek gitu. Kan ngga lucu.

Udah mahasiswa harus makin dewasa, buat ngadepin persoalan yang butuh diperhatiin ngga dihindari dan makin nambah rumit semuanya.

Semangat buat para mahasiswa diluar sana, kita sama-sama mahasiwa. Sama-sama udah dewasa harusnya masalah besar diperkecil, masalah kecil ditiadakan. Bukankah memang seperti ini seharusnya pola pikir seorang mahasiswa?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 03, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Langit AksaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang