50. Terlambat

2.2K 187 68
                                    

"Jadi, masalah Tania sudah bisa diselesaikan?"

Willy mengangguk.
"Setidaknya, dia bisa keluar tiga hari lagi karena bantuan Sean."

Alya menghela napasnya sambil menaruh berkas dari Willy yang baru ia baca itu.
"Dia makan teratur?"

Willy mengangkat sebelah alisnya. "Dia siapa? Tania atau Sean?"

Alya memutar bola matanya jengah. "Tentu saja bosmu."

"Aaahh, aku selalu tepat waktu menyiapkan makannya. Hanya saja, beberapa hari ini makanannya tidak pernah habis."
Lapor Willy, seakan Alya adalah majikannya saat ini. Dan Willy kesal menyadari itu. Harusnya, ia digaji dua kali lipat untuk hal ini.

Huh!
Untung saja dirinya memiliki tingkat kesabaran tinggi, kalau tidak ia pasti akan menghilang saat ini juga.

"Dia masih tidur di apartment?"

Willy menggeleng.
"Selalu di kantor."

"Bagaimana keadaannya?"

Willy menatap datar Alya. Harusnya, wanita ini berkaca sebelum bertanya. Harusnya, wanita ini menyadari keadaannya sendiri terlebih dahulu. Jika Willy adalah orang baru, pasti mengira Alya adalah makhluk halus yang hamil anak gaib.
Tampilannya sangat tidak manusiawi. Kenapa kedua majikannya ini seakan saling menyakiti diri sendiri?
Ada apa dengan mereka?

Seminggu setelah kejadian dikantor itu, Willy berasa seperti berganti peran. Tugasnya bertambah menjadi saling mengawasi keduanya.
Nah! Lagi-lagi ia mengeluh karena saking kesalnya.

"Sebaiknya khawatirkan dirimu sendiri. Jika Sean melihatmu seperti ini, aku jamin dia akan bertambah gila."
Ucap Willy datar.

Alya berdeham sambil memegang lehernya. "Terima kasih buat laporannya. Tolong, sampaikan ucapan terima kasihku padanya karena bantuannya terhadap Tania."

Willy mengangguk. "Dia berpesan untuk menyalakan Line-mu. Setidaknya, ia tahu jika kau membaca pesannya."

"Baiklah. Akan kupikirkan."
Ucap Alya. Karena, seminggu ini ia benar-benar memblokir Sean dari ponselnya.

Alya sebenarnya tahu, jika Sean tidak pernah menyukai hal ini. Sean selalu bilang kalau ia harus bisa tetap dihubungi dan jangan mematikan ponselnya bahkan saat bertengkar sekalipun.

Tapi, ini bukan hanya sekedar bertengkar. Mereka harus menjaga jarak.

"Dia hanya ingin memastikan dirimu baik-baik saja. Itu bisa membuatnya sedikit lebih tenang." Tambah Willy sambil berjalan mundur karena ia harus pamit.

Sean belum tahu dirinya pergi ke mansion keluarga Robbert hari ini. Setahu pria itu, kunjungan Willy adalah dua hari lagi alias sehari sebelum Tania benar-benar bebas.

Alya mengangguk.

"Dia juga bilang, lebih baik pulang ke mansion Gordano karena disana kau lebih aman dan-..."

"Please, i just want to take my time." Potong Alya dengan sedikit rasa jengah karena Sean tetap saja mencoba mengaturnya disaat seperti ini.

Willy pun akhirnya mengangguk pasrah lalu pergi dari mansion keluarga Robbert setelah pamit.

------------

(Seminggu kemudian)

"Non, Bibik temani aja ya."

Alya memencet kunci mobil putihnya yang lumayan lama sudah tidak ia pakai sambil tersenyum kearah pembantunya yang sudah seperti pengganti orangtuanya itu. 
"Gak usah, Bik. Alya bukannya lagi ngerasa keram atau apa kok. Alya cuman checkup terakhir. Karena beberapa minggu lagi, Alya kan bakal ngelahirin."

STILLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang