Waktu itu aku duduk di depan teras rumah
segelas teh hangat dan beberapa biskuit menemaniku.Aku memandang langit
memperhatikanmu.
Sebab senja sangat mirip denganmu, indah.Entah dari mana
kau datang lalu duduk di sebelahku.
Apakah aku bermimpi? Ternyata tidak.Kau memulai obrolan ringan
hingga membahas kenangan.
Kau tersenyum, tetapi aku menangis.Tak terasa senja memudar
berganti malam.
Namun kau masih berada di sebelahku.Aku pergi
sebab adzan maghrib memanggil.
Lalu kau mengucap kata terakhir
sebelum redup bersamaan dengan senja."Aku adalah seseorang yang kau rindukan
tak perlu khawatir, aku tidak pergi.
Tetapi aku yang membiarkanmu pergi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sajak Kemarau dan Hujan
PoetryUngkapan keluh kesah kemarau kepada hujan dan sebaliknya.