PERNIKAHAN YANG KANDAS

82 15 5
                                    


Kinara Ayu Amella tampak berseri-seri. Raut wajahnya merona merah. Semburat kebahagiaan terpancar dari dalam hatinya. Gadis berambut panjang sebahu berwarna hitam itu, selalu terlihat ceria.

Gadis itu hanya hidup dengan seorang wanita tua, yang dia anggap sebagai nenek angkatnya. Seluruh harta peninggalan orang tua Kinara, jatuh ke tangannya.

“Nenek! Brian akan melamar Kin,” ucapnya bahagia.

“Syukurlah, Nak. Setelah selama ini hubungan kalian yang selalu putus nyambung, akhirnya dia berani memutuskan untuk menikahimu. Kapan dia akan melamar?”

“Rencana 13 Juni, Nek.”

Kemudian gadis itu, bergegas naik ke lantai dua menuju kamarnya. Gerak lincah kakinya bagai seirama dengan suasana kegembiraannya saat ini.

“Kin! 13 Juni hari apa?” teriak Nenek dari lantai bawah.

Gadis itu menoleh dan berdiri sambil melongok ke arah sang nenek.

“Sabtu Nek, tinggal tujuh hari lagi.”

“Persiapannya bagaimana, Kin?” suaranya terdengar serak.

“Nenek, enggak usah mikirin! Semua udah Kin urusin,” ucapnya ceria.

Wanita tua itu, tampak tersenyum. Dia ikut bahagia melihat cucunya bergembira. Sesaat Kinara mencoba beberapa pakaian untuk acara lamaran.

Dia tertarik mengenakan pakaian dres panjang berwarna putih, dengan manik-manik yang menghiasi pada beberapa bagian lekuk badan. Gaun itu terlihat anggun dan indah.

Beberapa kali Kinara membentangkan baju itu, di atas kasur. Dia tersenyum puas.

“Perfect!” ucapnya.

Kinara mulai memesan beberapa menu makanan di sebuah catering ternama ibukota. Hingga sebuah notifikasi pesan masuk di ponsel tergelatak di atas kasur.

“Brian,” ucapnya lirih dengan bibir mengulas senyum bahagia.

Namun,  tiba-tiba kedua bola matanya berair. Pandangan matanya lekat membaca pesan itu.

{ Kin, kita putus! Aku membatalkan pertunangan kita }

“Haaaaahhh!” teriaknya tergugu.

Sontak tangannya bergetar hebat. Ponsel itu terhempas ke lantai. Bibirnya bergetar dengan gigi gemeretak.

Setelah terhenyak beberapa saat, Kinara mengambil kembali ponselnya.

Buru-buru dia memijit layar ponsel. Sebuah nama tertulis, my lovely.

Deringan pertama, tidak diangkat. Deringan kedua pun sama. Hingga deringan ketiga, nomer yang dituju tidak terdaftar.

“Kenapa Brian? Ada apa?” teriaknya kalut.

Gadis cantik itu mencoba kembali menelpon. Dengan menggigit ujung jari, dia mondar mandir.  Resah dan panik.

“Apa mau kamu? Kau lakukan ini setelah aku begitu berharap dengan semua janji manis kamu. Kenapa?” teriak Kinara dengan menangis tersedu.

Beberapa undangan untuk kerabat dan teman telah dia sebar. Pesanan makanan di catering pun telah dia beri uang muka.

Kinara akhirnya  terduduk lemas di lantai. Dia tidak pernah menyangka lelaki yang menjadi tempat pelabuhan layar cintanya, telah berpaling meninggalkan semua janji manis yang selama ini mereka rajut.

“Apa salah aku, Brian? Apa?” teriaknya histeris.

Kinara membanting ponselnya hingga hancur berantakan. Dia berteriak histeris dengan memporak porandakan seluruh isi kamar. Termasuk gaun putih yang di persiapkannya.

Balas Dendam Di Bulan JuniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang