TENTANG AKU

76 7 6
                                    

(I)

Ana Pov

Tak perlu bertele - tele menceritakan bagian awal ini. Langsung saja. Namaku Fisca Erviana Larasati. Biasa dipanggil Ana atau pun 'caca marica hei hei' ketika si Bunda menyuruhku untuk menyanyi. Dengan segala kearifan lokalnya, kalian bisa menebak dari mana asalku. Lahir dari seorang wanita yang biasa dipanggil "Bunda" kecuali jika akunya ingin susu, aku memanggilnya "Mamahlia."

Si bunda itu 'Reinkarnasi' dari dayang sumbi. Bukan karena si Bunda cantik dan awet muda seperti dayang sumbi. Namun, karena dia mampu membuat anak anaknya jatuh cinta terhadapnya lewat segelintir peristiwa peristiwa kecil yang menurutku hanya bisa dilakukan si Bunda. Dia lahir di Bandung, Jawa Barat.

Sejak menikah dengan ayah, tepatnya 1 tahun setelah aku lahir. Dia dibawa ke daerah ayahku yaitu Jakarta, ibukota negara kita. Indonesia. Selama 4 tahun kami tinggal di Jakarta (kalau tidak salah). Hingga pada akhirnya, kami pun kembali ke tempat tinggal kami karena alasan Bunda seorang guru yang dinasnya harus dipindah pindah (aku tidak tau persis apa itu, yang pasti si Bunda di pindahkan ke sekolah yang ada dibandung. Mengingat bahwa si Bunda adalah seorang kepala sekolah).

"Bunda, ana mau jadi kaya Bunda," kataku.

"Kau mau kaya Bunda? Benarkah?"

"Iya. Biar bisa pindah pindah. Pindahnya mau ke luar angkasa, bisa?"

" Bisa, asal punya sayap," ujar si Bunda sedikit berbisik.

"Tapi ana gak punya sayap," kataku.

"Benarkah. Nanti Bunda belikan untukmu. Belinya yang 2 gratis 1." Bunda memelukku.

"Ha ha ha...."

Sedikit kisahku tentang si Bunda, jika harus ku ceritakan semuanya bahkan 1 bagian ini pun tidak akan cukup menampung semua kisahnya. Pokonya bunda segalanya, dia sumber dari segala hal indah yang aku lalui di hidupku.

(II)

Sekarang tentang ayahku, dia lahir di Jakarta. Ayahnya seorang jawara kampung yang cukup disegani. Wajar saja jika ayahku sedikit tegas, karena sistem pendidikannya yang cukup keras. Pernah suatu ketika saat aku duduk dibangku kelas 5 SD, terjatuh dari tangga hingga keningku terluka dan aku menangis sejadi jadinya karena yang aku rasakan itu sangat sakit sekali.

Mungkin jika ayah orang lain pasti akan langsung menggendong hingga memanjakannya, tapi beda dengan ayahku saat itu ia malah membentakku untuk tidak menangis walau pada akhirnya ia mengobatiku juga. Ia berkata bahwa jika aku menangis hanya karena luka fisik, bagaimana aku akan menghadapi luka ketika ayah dan si Bunda pergi menghadap sang ilahi.

Bagaimana aku akan menghadapi luka luka yang orang lain berikan. Bagaimana aku akan menghadapi betapa kerasnya dunia terhadapku. Terserah seperti apa kalian akan menilai ayahku itu. Tapi menurutku, ayahku tameng hidupku.

"Ayah, ana jatuh," kataku sambil memegang bahu kiriku.

"Jatuh dimana ana?"

"Dihatimu ayahhhhhh."

"Anaaaaaa....." peluk ayah

Mungkin banyak yang ingin aku sampaikan tentang ayahku, itu hanya sebagian kecil kisah yang aku sampaikan untuk bisa memahami bagaimana aku tumbuh.

(III)

Bagiku masa kecil ialah masa yang tidak bisa aku lupakan, masa dimana setelah bermain hujan langsung menonton tv dengan segelas susu hangat dan mie rebus telor setengah matang buatan bi Ina, atau membuat kue dari tanah dan panas matahari digunakan untuk proses pemanggangan bersama si Acha.

Sebelum cerita ini semakin jauh, kau harus benar benar tau tentang si Acha. Karena akan sering sekali aku menyebutkannya dalam bagian bagian selanjutnya.

Aku mengenal si Acha sejak hari pertama aku kembali lagi ke Bandung, kira kira usiaku 4 tahun atau 5 tahun aku tak tau pasti. Kebetulan rumah si Acha denganku berdampingan hanya berbatas 3 meter saja.

Saat itu aku tengah bermain sepatu roda di pekarangan rumahku dan aku melihat seorang gadis kecil yang usianya sebaya denganku tengah melihat aku dari kejauhan. Dia Acha. Shasya mustika rahayu.

Dari perkenalan itulah, aku bersahabat dengan Acha hingga sekarang. Dan asal kalian tau saja, Acha adalah orang yang selalu ada dikisah kisahku selanjutnya. Terutama kisahku dengan "Dia" dalam cerita ini. Tak lupa aku juga ingin berterimakasih kepada Author yang dengan senang hati menampung kisahku disini. Terimakasih Silvi Aghnia! Semoga kau pun akan menerbitkan kisahku yang selanjutnya. Aamiin!!!

Tbc~

Akhir CeritaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang