Prolog

565 46 0
                                    

"Menikahlah denganku, Felicia"

Felic terdiam, dia tak bergerak dari tempatnya berdiri. Dia bingung harus bagaimana menyikapi ajakan itu. Berbagai pertanyaan ruwet bersarang di otaknya saat ini.

Ah ... mungkin saja tadi dia sedang salah dengar, atau mungkin Pak Al masih belum sadar dari sisa mabuk semalam saat pesta. Begitu pikir Felic.

Felic memasukkan jari kelingking ke telinga, seolah berusaha membuat apa pun yang menyumbat pendengarannya menghilang. Dia inget, terakhir kali membersihkan telinga adalah dua minggu yang lalu. Mungkin itu sebabnya dia tak mendengar ucapan si bos dengan benar.

Ya, Felic memang spesies wanita jorok, terserah kalian mau bilang apa, karena nanti saat cerita ini berjalan kalian baru akan tahu sejorok apa Felic itu. Bahkan sekarang bos perfeksionisnya sampai begidik jijik melihat apa yang Felic lakukan. Lebih ke tatapan ngeri.

"Anda bilang apa, Pak? Telinga saya sepertinya sedang bermasa-"

"Saya serius, saya ingin menikah denganmu," potong Al

Felic terdiam lagi, dia menatap horor Al kemudian beberapa detik setelah itu tawanya menggema ke penjuru ruangan. Bagi Felic ajakan menikah dari Al hanya sebuah lelucon. Mana mungkin si bos perfeksionis ini sudi menikahi wanita yang katanya jorok, berantakan, dan bau sepertinya. Sampai di dunia ini ada lebaran monyet pun itu tak akan pernah terjadi. Tidak semudah itu Ferguso.

"Bapak bercandanya nggak lucu, asli," ujar Felic kemudian tertawa lagi.

Al berdecak kesal, lalu melangkah mendekati wanita itu. Dia mengikis jarak di antara mereka.

"Saya sedang tidak bercanda, Felicia Inez Gianina," ujar Al dengan wajah begitu serius.

Felic menghentikan tawa, ekspresi wajahnya berubah serius. Kalau Al sudah menyebutkan nama lengkapnya, itu pertanda dia tengah menegaskan sesuatu. Ditatapnya Al dengan seksama, seolah memastikan bahwa bosnya benar-benar sedang tak bercanda.

"Ta-tapi, kan, saya ini sepesies manusia yang dibenci, Bapak, loh."

"Saya nggak peduli, dan jangan coba-coba menolak atau kamu saya pecat."

Felic terhuyung, jiwanya seperti melayang. Bukan karena ajakan itu sangat romantis. Tapi kenapa dari sekian wanita di kantor ini, laki-laki perfeksionis di depannya justru harus menjatuhkan pilihan itu padanya.

Felic yakin sekali ada niat terselubung dibalik semua ini. Albian Gavriel Wiratama, bukan jenis manusia yang melakukan sesuatu tanpa mempertimbangkan keuntungan. Karena bagi Al tak ada yang lebih berharga di dunia ini dari pada uang.

****

Selamat malam semua, setelah mempertimbangkan banyak hal. Akhirnya aku memilih updet cerita Felys dan Albian di wattpad juga. Setelah sekian lama terombang-ambing karena kebimbangan ciaaah.

Dah lah buruan di vote or komen. Inshaallah akan menghibur. Yang mau Fast updet mlipir aja ke Fizzo

Mendadak Jadi Istri CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang